Adopsi dari Panti Asuhan Lebih Baik Dari Adopsi Anak yang Punya Orang tua Kandung
Dipaksa menyerahkan bayinya
Terpaksa menyerahkan bayinya
Ilustrasi anak adopsi (emperbaca.com diolah dari Wepik) |
Ilustrasi anak adopsi (emperbaca.com diolah dari Wepik) |
Spirit doll atau boneka arwah tersohor di dunia mungkin masih dipegang Chucky dan Annabelle, sebab mereka sampai difilmkan berkali-kali. Namun, bila Annabelle benar ada di kehidupan nyata, Chucky hanyalah tokoh fiksi.
Boneka arwah belakangan ini jadi tren sejak beberapa selebritis, seperti Ivan Gunawan, Soimah, Siti Badriah, Celine Evangelista, Lucinta Luna, dan Ruben Onsu memamerkannya di akun medsos masing-masing.
Ivan Gunawan dan dua boneka arwah yang dimilikinya (pop.grid.id) |
Mereka mengadopsi spirit doll dari Furi Harun, cenayang yang memang mengoleksi boneka arwah dari berbagai negara.
Disebut adopsi (bukan beli) karena boneka arwah harus diperlakukan seperti bayi dan anak, seperti diberi makan, diajak ngobrol, diganti bajunya, bahkan diajak main dan jalan-jalan.
Boneka arwah lazim ditemui di Thailand dengan nama luk thep yang berarti malaikat anak. Disebut begitu karena bentuknya menyerupai bayi atau anak-anak.
Luk thep disebut dapat membawa keberuntungan bagi pemiliknya dalam hal kelancaran rejeki, jodoh, dan dapat melindungi pemiliknya dari malapetaka.
Bila luk thep diisi arwah orang yang sudah meninggal, maka spirit doll yang ada di Indonesia diisi oleh elf dan fairy, bukan jin.
Spirit doll juga dikatakan aman karena bukan pesugihan atau jimat dan semacamnya.
Tunggu! Elf dan fairy?
Makhluk halus cuma ada jin, jadi yang dimasukkan ke dalam boneka arwah adalah jin, sebab manusia yang telah mati telah menetap di alam kubur sambil menunggu kiamat tiba. Tidak mungkin arwah manusia tinggal di dalam boneka.
Orang polos alias yang tidak punya kemampuan indera keenam seperti paranormal, indigo, dukun, dan sebagainya dapat terjerumus ke jurang delusi dan halusinasi bila kebablasan memelihara boneka arwah.
Menurut laman Very Well Mind, delusi atau waham adalah bagian dari gangguan psikotik. Penderitanya punya keyakinan yang tetap dan salah yang bertentangan dengan kenyataan.
Lazimnya orang dewasa merawat anak betulan alias anak manusia, bukan boneka. Menurut psikolog Nuzulia Rahma Tristinarum, tidak lumrah orang dewasa memperlakukan boneka seperti bayi manusia, karena orang dewasa sudah bisa merawat anak sendiri atau anak asuh.
Kasus seperti Ivan Gunawan yang keukeuh menyatakan dua spirit doll yang dimilikinya sebagai anaknya sendiri, adalah bentuk pelarian karena ingin punya anak, tapi situasi dan kondisinya belum memungkinkan.
Efek psikologis lain, orang memelihara boneka arwah karena ada rasa ketidakpercayaan diri dan kesepian.
Boneka arwah dianggap sebagai sahabat dan pelindung. Padahal sebaik-baiknya pelindung adalah Allah SWT, bukan?
Islam melarang kita menyimpan patung dan boneka yang menyerupai manusia dan hewan karena dapat mengundang jin untuk menempatinya.
Kalau boneka seperti Teddy Bear, Teletubbies, atau Mickey Mouse, sih, boleh ya. Anak-anak perempuan malah dianjurkan bermain boneka untuk melatih motorik, imajinasi, serta tanggung jawab dalam merawat mainannya.
Boneka yang jadi mainan anak-anak boleh disimpan dan dimainkan asal bentuknya tidak menyerupai manusia dan hewan sungguhan.
Bentuk boneka arwah amat menyerupai manusia (bayi dan anak-anak), jadi memelihara boneka arwah sama dengan memelihara jin.
Di sisi lain, boneka arwah harus diperlakukan seperti anak manusia supaya pemiliknya dapat keberuntungan. Yang begini bisa menjauhkan muslim dari akidahnya karena mencari keberuntungan tidak lewat jalan Islam.
Islam hanya mengenal jin, tidak ada elf dan fairy, karena jin disebut dalam Quran dan Hadits.
Ringkasnya begini;
Iblis itu pasti jin (karena membangkang perintah Allah), tapi jin belum tentu iblis. Iblis sudah pasti setan, tapi tidak semua jin adalah setan karena ada jin yang muslim. Manusia dan jin yang jahat disebut sebagai setan (karena setan bukan makhluk, melainkan sifat).
Bila kita punya spirit doll yang berisi jin, jin itu bisa mengundang jin-jin lain untuk datang ke rumah kita. Jin jahat dapat datang tanpa diundang karena dia melihat ada jin-jin yang berdatangan ke suatu rumah.
Jadilah rumah kita ditempati jin jahat alias setan. Setan yang nangkring di rumah kita dapat membawa pengaruh buruk. Kita jadi mudah marah, rumah terasa tidak nyaman, malas beribadah, dan pikiran cenderung negatif terus.
Yang lebih parah, percaya bahwa boneka arwah dapat membawa keberuntungan, kebaikan, dan perlindungan berarti menyekutukan Allah. Dosa besar.
You know, orang-orang yang miara khodam di keris dan batu akik aja ga sampe segitunya memperlakukan jin piaraan mereka.
Spirit doll diberi makan dan minum seperti manusia, kadang diberi softdrink dan makanan ringan kemasan.
Saya pikir, walaupun kita tajir melintir, uang untuk merawat boneka arwah lebih baik disumbangkan ke panti asuhan, rumah jompo, dan lembaga sosial yang mengurus zakat-infak-sodaqoh.
Kepercayaan yang meyakini boneka arwah membawa keberuntungan tidaklah sama dengan Islam. Islam punya cara sendiri untuk umatnya meraih kebaikan dan keberuntungan melalui cara yang diridhoi Allah.
Aksi Bela Islam sudah tahu semua kan yes. Kemarin tuntutannya supaya Basuki di proses hukum karena menista Surat Al Kaidah ayat 51 tentang pemimpin non muslim. Padahal sebelum Aksi Bela Islam dilakukan proses hukum terhadap Basuki sudah berjalan. Beberapa saksi sudah diperiksa Bareskrim Polri. Basukipun sudah datang kesana untuk memberikan keterangan.
Setelah aksi 4 November 2016 Basukipun ditetapkan sebagai tersangka kasus penistaan agama Islam. Lalu ada rencana aksi 25 November menuntut Basuki dipenjara. Tapi banyak kecaman karena aksi dianggap tidak relevan lagi, maka diubah jadi doa bersama dan aksi super damai pada 2 Desember 2016 di Monas.
Kenapa ngotot sekali menginginkan Basuki dijebloskan ke penjara, bahkan kalau perlu mati sekalian? Memangnya Basuki menindas umat Islam? Seberapa parah Basuki menghina Al Quran? Padahal kalau kita lihat video asli Basuki yang berpidato di Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, tidak ada konteks Basuki melecehkan Al Maidah 51. Beliau dalam konteks menyindir politikus yang suka membodohi rakyat yang menggunakan Al Maidah untuk kepentingan pribadi dan golongannya. Video itu kemudian dipotong dan diberi caption provokatif oleh Buni Yani sehingga konteks yang asli jadi berubah menjadi pelecehan Al Maidah 51.
Kenapa Basuki harus dipenjara? Supaya Basuki gagal jadi gubernur dan APBD DKI bisa jadi tambang emas bagi para maling berdasi. PNS korup juga aman bekerja asal-asalan yang penting pendapatan maksimal. Pengusaha-pengusaha hitam juga senang kalau gubernurnya bukan Basuki karena segala perda bisa diterabas dengan asik.
Dan supaya Basuki tidak jadi gubernur, duit 100 milyar (yang katanya sumbangan dari rakyat Indonesia) pun rela dirogoh. Umat Islam diprovokasi bahwa Jokowi memihak Basuki supaya berhasil jadi gubernur DKI yang kafir. Potongan video dan caption karya Buni Yani disebar kemana-mana supaya rakyat percaya Basuki menista Islam.
Presiden Jokowi sendiri sudah mengisyaratkan bahwa ada aktor politik dibalik Aksi Bela Islam yang berkaitan dengan Pilkada DKI.
Coba pakai logika. Tidak mungkin orang dari daerah mau ke Jakarta kalau tidak dikasih duit atau diprovokasi. Apalagi orang daerah itu tidak melek YouTube sehingga hanya dengan disodorkan screenshot Facebook Buni Yani ditambah ancaman, "nanti kualat 7 turunan kalau melawan habib", maka terbakarnya iman Islam mereka melawan Basuki calon gubernur kafir penista Islam.
Maka berbondong-bondonglah mereka ke Jakarta. Sebagian datang dengan pikiran kosong dan setengah bingung, sebagian datang karena senang bisa tamasya gratis ke ibukota, makan dijamin, transportasi dikasih, diberi uang saku lagi.
Apapun dalih FPI, kami tahu bahwa Aksi Bela Islam bukanlah benar-benar membela Islam, tapi menggulingkan Basuki supaya gagal jadi gubernur DKI. Selain itu untuk menggoyang pemerintahan Jokowi supaya situasi politik memanas. Politik yang panas menghambat pembangunan ekonomi sehingga kesejahteraan rakyat mandek. Kalau pemerintahan Jokowi mandek maka pemerintahan presiden sebelumnya akan terlihat kinclong menakjubkan.
Benar yes, buat apa ngotot unjuk rasa besar-besaran kalau tidak ada udang dibalik batu.
Aksi damai yang sesungguhnya adalah tidak adanya aksi intimidasi yang dibalut dengan aksi super damai.
Sebagian besar perempuan pemakai hijab pasti mengalami "gegar fashion" saat awal-awal mengenakan hijab. Cari tutorial sana-sini untuk pemakaian hijab pesta, hijab kantor atau untuk jalan-jalan. Semua jenis hijab dibeli, ciput aneka warna menumpuk dan peniti serta bros-bros memenuhi meja rias.
Ada yang berhasil menjadi pemakai hijab trendi yang mengikuti mode, tapi lebih banyak yang gagal.
Kelompok yang gagal ini lantas kembali di hijab "klasik" yaitu jilbab segitiga dan ciput model bandana. Pakaianpun paling banter gamis, bukan dress, dan tunik.
Sebenarnya saat perempuan memutuskan menutup auratnya, ia harus ingat bahwa mode bukanlah yang utama, tapi syarat berpakaian yaitu tidak ketat membentuk lekuk tubuh, tidak tipis menerawang, dan tidak memperlihatkan tonjolan buah dada. Syarat itu rasanya mudah dilakukan sebagai patokan untuk membeli pakaian.
Kalau untuk pakaian dan hijab pesta beli saja hijab instant tinggal pakai. Tak perlu repot menguntel-untel pashmina atau shawl dikepala dan leher, tak perlu tusuk-tusuk peniti, dan tak usah pasang aksesori di kerudung. Bajupun banyak gamis cantik khusus pesta, tinggal pakai.
Pada muslimah yang meyakini bahwa warna busana muslimah haruslah gelap dan tidak berwarna-warni, malahan hanya memakai pakaian hitam, coklat tua dan abu-abu. Ini karena ada tafsir hadits yang menyaratkan bahwa warna baju muslimah tidak boleh mencolok sehingga mengundang perhatian. Ukuran baju merekapun benar-benar longgar dengan hijab lebar panjang. Merekapun tidak pernah pakai celana panjang karena celana identik dengan laki-laki, sedangkan perempuan dilarang memakai pakaian yang menyerupai laki-laki. Saat mereka naik motorpun tetap pakai rok.
Jadi sebenarnya kita muslimah tak perlu repot-repot memakai baju mode terbaru dengan aneka model hijab. Cukup ikut syarat berpakaian yang diberikan agama saja. Aturan agama dibuat bukan untuk merepotkan manusia tapi mengatur supaya manusia hidup nyaman, teratur, dan bahagia.
Jangan sampai niat berhijab malah bikin kerepotan yang dibikin-bikin sendiri. Muslimah yang baru berhijab tak perlu repot menjadi hijaber modis, niatkan saja penampilan menutup aurat lillahi taala. Insya Allah jd pede memakai hijabnya meski tidak fashionable (^^)/
---------------------------------------------------------------
“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melaknat lelaki yang menyerupai wanita dan (melaknat) wanita yang menyerupai lelaki.” (HR.al-Bukhari no. 5885)
Saya senang melihat makin banyak perempuan menutup aurat dengan mengenakan jilbab. Apalagi dengan adanya kelompok beranggotakan para perempuan yang bernama Hijabers. Cara berkerudung dan baju-baju mereka modis, fashionable, dan tidak melulu berupa rok atau celana panjang. Islam mengajarkan kesederhanaan, meski anggota Hijabers kadang terlihat berlebihan dalam berbusana, tapi patut diapresiasi mereka berjilbab karena Allah.
Alhamdulillah, meski cara berbusana saya tidak fashionable seperti kelompok Hijabers tapi saya bersyukur menjadi bagian dari orang yang mengenakan jilbab.
Pada akhir 2011, waktu hamil 5 bulan anak pertama, saya baca status teman SMP saya di Facebook yang menganjurkan muslimah untuk tidak menunda mengenakan jilbab, sayapun terusik. Saya mencari dalil-dalil dalam Quran dan Hadits tentang jilbab.
Memang benar, muslimah wajib mengenakan jilbab ketika sudah memasuki usia baligh. Tidak ada tawar-menawar. Alhamdulillah sejak itu saya pakai jilbab kalau keluar rumah atau jika ada tamu bukan mahram bersilaturahim ke rumah.
Akan tetapi, karena pemula, dulu saya maunya berjilbab modis. Karena kalau cuma pakai jilbab dan baju yang "sekedar" menutup aurat rasanya kuno, seperti ibu-ibu pengajian yang tidak trendi.
Sayapun rajin melihat youtube, mempraktikkan aneka tutorial jilbab, jepit sini pakai peniti disana, lilit sana lipat sini. Ternyata, repooott! Kalau dipakai saat jalan-jalan atau ke acara tertentu memang pe-de rasanya. Berjilbab tapi gaul dan keren. Tapi ketika sudah masuk waktu shalat kerepotan itu datang.
Alhamdulillah, suami saya termasuk orang yang tidak suka menunda shalat. Sering ditengah acara kami shalat sebentar. Buka jilbab gaul itu ternyata merepotkan.
Memasangnya lagi lebih merepotkan karena tidak semua masjid/mushola menyediakan cermin.
Untungnya sekarang banyak jilbab instant langsung pakai. Tanpa banyak peniti bisa tetap rapi. Melepas dan memakainyapun gampang. Sekarang saya lebih sering pakai bergo atau kerudung segiempat yang dilipat segitiga, paling praktis deh! Suami juga tak peduli saya dandan cantik atau tidak kalau keluar rumah, yang penting cara berpakaian saya harus syar'i. Tapi ya kalau kucel juga kan gak bagus, minimal bedakan sama lipstikan lah meskipun cuma ke warung, ehehee!
Meanwhile, saya prihatin dengan banyak muslimah berjilbab tapi tidak shalat. Baju dan jilbab mereka bagus-bagus, modis, tapi sampai waktu shalat hampir habis mereka tidak juga shalat. Ini kebanyakan saya lihat di kantor-kantor dan mall. Saat bulan Ramadhan apalagi. Banyak perempuan berjilbab santai makan di restoran fast food. Okelah mereka sedang datang bulan dan tidak puasa. Akan tetapi, karena jilbab mereka itu mereka dipandang sebagai orang sholehah. Sebaiknya orang sholehah menahan diri untuk tidak terang-terangan makan-minum ditempat terbuka (umum) di bulan Ramadhan, bulan spesial bagi umat Islam.
Pun begitu ketika bulan Ramadhan memunculkan buka puasa bersama. Puasa tapi tidak shalat. Buka puasa bersama tapi bersama-sama tidak shalat.
Hal-hal demikian memunculkan pemikiran saya bahwa kebanyakan perempuan berjilbab karena trend, bukan karena Allah SWT.
Munculnya pemakai jilbab bercelana ketat, dada membusung, dan penggunaan cepol dikepala menambah keyakinan saya bahwa jilbab sekarang adalah bagian dari trend fashion, bukan kesadaran untuk menjadi muslimah sejati.
Islam tidak melarang perempuan mengenakan baju bagus sesuai trend, asal sesuai syar'i. Tapi jangan pula karena merasa belum dapat hidayah lantas kita menunda memakai jilbab. Hidayah itu dicari bukan ditunggu. Kalau kita sudah tahu kewajiban muslimah memakai jilbab, lantas kenapa menunda menutup aurat?
Semoga saja kita tidak termasuk perempuan yang mengenakan jilbab karena ingin dipandang solehah, melainkan karena Allah, bukan pula karena lingkungan dan trend, Aamiin!