Jilbab Fisik Lebih Penting Dari Jilbab Hati

Pamer aurat di negeri yang mayoritas penduduknya beragama Islam ini seperti tiada akan berakhir. Di tempat belanja mewah, pasar, gang senggol, bahkan dipinggir jalan seringkali kita lihat paha dan dada bertebaran. Media yang paling sering jadi pelopor pameran paha-dada adalah televisi, terutama Trans7 dan Trans TV.  Di televisi kita bisa gampang menemukan acara dimana perempuannya hanya berkutang dan bercelana super pendek. Bahkan koki acara masak-memasakpun ikutan berbaju minim. Padahal sebebas-bebasnya negara barat para chefnya berpakaian sopan untuk acara masak di televisi.

Kenapa kok para perempuan lebih senang memamerkan tubuh indahnya daripada menyembunyikannya? Kalau dipamerkan bukannya jadi tidak eksklusif ya, kan semua orang, terutama laki-laki, jadi bisa gratis memelototinya. Mestinya, mengambil contoh pada media massa, semakin eksklusif semakin tinggi nilainya. Karena itulah Islam menjaga perempuan supaya eksklusif (baca: tidak pamer aurat) sehingga terjaga kehormatannya.

Kalau ditanya, "Apa yang menghalangimu dari berjilbab, saudariku?" Umumnya mengatakan, "Saya ingin menjilbabkan hati dulu sebelum memakai jilbab dan menutup aurat." Padahal jilbab dalam arti bebas berarti menutup. Kalau berjilbab hati berarti menutup hati dari hidayah-Nya dan ajaran Islam. Menutup aurat adalah kewajiban muslimah yang tercantum dalam Quran dan Hadits. Kalau kewajibannya sudah begitu masa mau ditawar-tawar?

Ada lagi yang bilang, "Yang penting hati gw. Allah lebih tahu hati gw tetap takwa." Baiklah, logikanya, jika mengaku bertakwa kita tentu ikhlas menjalankan perintah Allah untuk berhijab/jilbab sebagai bukti ketakwaan. Kalau suami kita bilang "I love You" di telinga kita, kita tentu senang bukan?! Tapi kalau dia bilang i love you cuma dalam hati, mana kita tahu dia benar sayang pada kita atau tidak.

Jawaban lain yang juga populer adalah, "Urusan ibadah biar jadi urusan saya dan Tuhan. Tuhan tidak perlu jilbab saya." Iya betul! Allah tidak perlu jilbab, shalat, puasa, dan haji kita. Tapi kitalah yang perlu melakukan semua yang diperintahkan itu untuk dapat "password" Allah memasuki surga-Nya. Ketika kiamat tiba manusia akan hidup kekal, entah di surga entah di neraka. Sebelum ke alam kekal tentu kita perlu bekal. Shalat, puasa, haji, melakukan semua perintah Allah dan Rasul-Nya, termasuk menutup aurat, adalah bekal menuju kehidupan kekal.


Alasan lain yang membuat perempuan malas berjilban adalah jilbab beserta baju panjangnya membuat perempuan tidak nyaman karena panas, gerah, tidak praktis, dan membuat susah bergerak. Padahal itu hanya masalah kebiasaan saja. Tiap hari kita rela menghabiskan waktu untuk bersolek, memilah-milih baju, dan menata rambut sebelum berangkat kerja. Memakai jilbabpun demikian, hanya masalah kebiasaan. Lagipula panas gerah karena berjilbab tidak ada apa-apanya dibanding panas neraka.

Lagi-lagi, berjilbab sama seperti shalat dan puasa. Kalau fisik kita tidak melakukan shalat dan puasa karena merasa sudah dikerjakan dalam hati maka sama saja kita tidak shalat dan puasa karena tidak melakukannya secara fisik. Jilbabpun demikian.

Jilbab Gaul
Yup, sedang trend yang namanya jilbab gaul alias berpakaian serba panjang tapi ketat, kerudungnyapun dililit-lilit dileher menampakkan bentuk kepala dan bukannya menutup dada, juga mengenakan ciput berkonde alias cepol.

Jilbab gaul atau apapun istilahnya boleh saja asal tetap syar'i. Pakaian tidak ketat, tidak membentuk lekuk tubuh, tidak tipis atau menampakkan siluet tubuh, dan kerudungnya harus menutup dada. Sementara soal ciput kita harus hati-hati terhadap ciput cepol.

Ciput bercepol tidak boleh digunakan karena menipu penampilan yang mengesankan si pemakai jilbab punya rambut panjang yang digelung. Pemakaian ciput cepol membuat kepala dan rambut tampak lebih besar dan tebal. Inilah yang namanya menipu dan menipu itu haram. Lagipula rambut adalah mahkota juga aurat perempuan yang boleh diperlihatkan kepada mahramnya saja. Ciput cepol mengesankan bahwa si pemakainya sedang memamerkan rambutnya tinggi menjulang. Ini yang dinamakan seperti punuk unta.

Jika jilbab terlihat menonjol karena si pemakai mengikat rambutnya, bukan karena rambut palsu atau ciput cepol, hal itu tidak apa selama ia mengikat/menggelung rambut panjangnya dibagian bawah kepala, bukan dibagian atas seperti punuk unta.

Dengan demikian ciput cepol bisa disamakan dengan rambut palsu yang adalah haram karena biasa dipakai perempuan-perempuan kafir. Kita dilarang berpakaian mengikuti cara berpakaian perempuan kafir.

Ada yang mengatakan bahwa kalau ciput cepol haram kenapa MUI tidak mengeluarkan fatwa haram? Karena soal jilbab (beserta ketentuan pemakaiannya) sudah dijelaskan dalam Quran dan Hadits shahih jadi tidak perlu fatwa MUI lagi. Fatwa MUI diperlukan untuk kasus-kasus tertentu yang perlu ijtima ulama.

Jadi kesimpulannya jilbab itu penting ya? Iya, tapi yang penting itu menjillbabkan hati dulu sebelum pakai jilbab betulan. Begitu kata mereka yang menolak berjilbab. Padahal secara harfiah jilbab/hijab itu artinya penutup, kalau hatinya dijilbabkan berarti sengaja ditutup untuk melaksanakan ajaran Islam sebagai agamanya juga untuk menerima ridho Allah. Salah satu cara meraih ridho Allah adalah dengan berjilbab menutup aurat sesuai perintah-Nya. Apapun ibadah yang kita lakukan hanya untuk mencari keridhoan Allah supaya diterima oleh-Nya.

“Katakanlah kepada wanita-wanita beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak daripadanya.’” (Qs. An-Nuur: 31)

Dan firman-Nya,
“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka menjulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenali, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al-Ahzaab: 59)

“Wanita itu adalah aurat, jika ia keluar rumah, maka syaithan akan menghiasinya.” (Hadits shahih. Riwayat Tirmidzi (no. 1173), Ibnu Khuzaimah (III/95) dan ath-Thabrani dalam Mu’jamul Kabiir (no. 10115), dari Shahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhuma)

Dari Abu Hurairah -Radiyallahu ‘anhu-, beliau berkata bahwa Rasulullah -Shallallahu ‘Alaihi Wasallam- bersabda :
“Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat : [1] Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan [2] Para Wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk syurga dan tidak akan menciun baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim No. 2128)

"Hai Asmaa' ! Sesungguhnya seorang perempuan apabila telah datang waktu haidh, tidak patut diperlihatkan tubuhnya melainkan ini dan ini (Rasulullah berkata sambil menunjuk muka dan kedua telapak tangannya hingga pergelangannya)" (HR. Abu Dawud dari Aisyah r.a)

Dari Abdullah bin Umar, bahwa Rasulullah shallallahu ' alaihi wasallam melihat padanya ada dua baju yang dicelup dengan celupan kuning. Maka beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, " Sesungguhnya ini termasuk pakaian orang-orang kafir, janganlah kamu pakai keduanya. " (HR. Muslim).

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, " Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk dari kaum tersebut ." (HR. Abu Dawud dan shahih) 

1 komentar

  1. Alhamdulillah...ini pelajaran berharga buat saya
    Trimakasih banyak

    BalasHapus


EmoticonEmoticon