Alasan Perempuan Gak Suka Video Call

Alasan Perempuan Gak Suka Video Call

Sebelum tahun 2010 kalau kita mau pesan taksi, nomor telepon rumah jadi syarat supaya order kita diterima. Nomor telepon rumah atau kantor membuktikan kita serius memesan taksi dan gak nge-prank.

Dua orang sedang video call

Itu karena nomor handphone waktu itu tidak bisa dipercaya karena mudah dibeli dan dipakai cuma sekali, jadi dianggap rentan untuk dipakai menipu. 

Nomor Handphone dan Video Call 


Sekarang pembelian SIMcard untuk nomor handphone harus menggunakan NIK (Nomor Induk Kependudukan) jadi tidak bisa lagi tiap bulan gonta-ganti SIMcard kecuali penjahat. Karena itulah posisi nomor handphone kini kuat sampai digunakan untuk bermacam transaksi online.

Posisi telepon rumah untuk ngobrol, janjian, ketemuan, atau bertukar kabar juga sudah digantikan oleh nomor handphone. Tidak puas cuma dengar suara, kini orang menggunakan video call untuk ngobrol sambil tatap muka.

Meski praktis karena bisa bicara sambil melihat wajah seseorang seperti bertemu langsung, nyatanya video call tidak disukai banyak perempuan. Banyak perempuan yang cuma mau video call dengan suami, anak, dan saudara kandung karena alasan kenyamanan.

Mereka risih kalau video call dengan orang diluar keluarga sendiri meski ke sesama perempuan. Kalau pun harus video call dengan orang lain mereka harus saling janjian dulu mau video call jam berapa supaya si perempuan bisa menyiapkan diri dulu di depan kamera.

Karena itulah banyak perempuan gak suka video call dan berikut alasan perempuan gak suka video call.

1. Berjilbab

Perempuan berjilbab harus menghindarkan auratnya terlihat oleh orang yang bukan mahram. Kadang kita dapat video call dari istri, suami, anak, atau keluarga saat mereka sedang di jalan, di kantor, di mall, dan di mana pun yang bikin wajah kita bisa tidak sengaja terlihat orang lain.

Orang yang tidak sengaja lewat itu bisa tidak sengaja juga melihat wajah si perempuan yang sedang tidak berkerudung. Spontan si perempuan jadi harus menunduk untuk menghindari wajahnya terlihat laki-laki yang bukan mahramnya.

Hal itu merepotkan sekali. Makanya banyak perempuan berjilbab yang gak suka video call karena mereka harus memakai kerudung saat video call berlangsung.

2. Cuma Dasteran

 

Perempuan yang lagi di rumah biasanya cuma pakai daster. Ada juga yang pakai celana pendek dan kaus kutung Rambut pun cuma diuntel ke belakangan dengan wajah tanpa makeup.

Banyak perempuan yang malu video call saat berdaster dan tidak berdandan karena merasa privasinya jadi terbuka di depan umum. Saat video call bukan cuma penelepon saja yang melihat, orang yang cuma lewat di belakang layar juga bisa melihat. Jadi privasi kita seolah terbuka lebar.

Related: Mematikan Centang Biru WhatsApp untuk Privasi Maksimal

Jadi banyak perempuan tidak suka menerima panggilan video (video call) dadakan saat mereka tidak bisa bersiap lebih dulu.

3. Lagi Kerja

 

Panggilan telepon suara masih bisa diterima menggunakan earphone sambil merapikan buku, menyapu, bahkan menyetir. Kalau video call kita harus standby di depan kamera handphone dan jadi tidak bisa mengerjakan apa-apa. 

Perempuan suka menelepon sambil mengerjakan sesuatu untuk memanfaatkan waktu secara maksimal. Makanya perempuan gak suka video call karena membatasi kebebasan mereka nyambi-nyambi mengerjakan sesuatu.

4. Gak Bisa Sambil Santai


Meski menerima video call dari sesama perempuan juga bisa sambil tiduran dan rebahan, tapi tidak elok dilihat di layar. 

Banyak perempuan gak suka video call dan lebih suka telepon suara saja yang lebih santai dan bisa sambil rebahan dengan privasi yang lebih terjaga. 

Video Call Keluarga Dekat


Video call meski fungsinya untuk membuat orang merasa seperti bicara tatap muka, tapi banyak perempuan yang privasinya seolah diobrak-abrik.

Maka biasanya video call dilakukan pada hubungan yang dekat seperti suami ke istrinya, orang tua ke anaknya, dan hubungan pertemanan yang sudah sangat dekat. 

Itu pun lihat dulu sikonnya. Kalau kita menelepon di tempat umum di mana banyak orang berlalu lalang, sebaiknya tidak melakukan video call, cukup panggilan telepon suara saja. Ini untuk menghindari rasa malu dari orang orang yang kita video call.

Kalau memang ingin video call karena ingin ngobrol sudah lama tidak bertemu, misalnya, janjian dulu dan katakan pada pukul berapa kita akan video call. Gunanya untuk memberi kesempatan mereka ganti baju dulu, pakai jilbab dulu, dandan, atau mencari tempat nyaman untuk video call.

Kalau mereka keberatan dan memilih panggilan suara saja maka kita tidak perlu maksa harus video call. Tidak semua perempuan suka video call dan alasan diatas mengungkap kenapa perempuan gak suka video call.

Video Call Bikin Ngomong Teriak-teriak


Video call membuat posisi mikrofon di handphone jadi lebih jauh dari mulut dan telinga. Ini menyebabkan banyak orang jadi ngomong lebih kencang saat video call supaya suaranya terdengar ke seberang layar.

Orang di seberang layar pun sama-sama merasa harus teriak supaya suaranya terdengar. Jadilah orang yang sedang video call kadang seperti teriak-teriak. Maka sangat tidak nyaman kalau harus video call dalam jangka waktu lama.

Kalau saat bertelepon suara kita bisa ngobrol berjam-berjam, maka saat video call kita cuma betah beberapa menit saja.

Beda E-Commerce, Social Commerce, dan Marketplace

Beda E-Commerce, Social Commerce, dan Marketplace

Electronic commerce (e-commerce), marketplace, dan social commerce sama-sama tempat jual-beli barang di internet yang sering disebut juga sebagai toko online. Namun dari ketiganya ada perbedaan yang mencolok mulai domain yang dipakai buat berdagang sampai karakteristiknya.


Singkatnya bisa dibilang kalau e-commerce adalah toko online yang dikelola langsung oleh individu atau perusahaan. Sedangkan marketplace adalah pasar online yang mempertemukan antara pembeli dan penjual yang dikelola pihak ketiga. Kemudian social commerce adalah medsos yang merangkap pasar online.

Berikut penjelasan lengkap tentang beda e-commerce, social market, dan marketplace.

E-commerce atau Electronic Commerce (Niaga Elektronik)

 

E-commerce adalah website atau situs yang menjual barang sekaligus menerima pembayaran dan mengirim barang langsung kepada pembeli. Pemberian potongan harga, bebas ongkir, dan promo kepada pembeli tergantung dari pemilik website.

Dibanding marketplace dan social commerce, e-commerce amat jarang memberi potongan harga apalagi bebas ongkir. Itu karena mereka memperhitungkan segalanya dari sisi komersil. Kalau dengan diskon bebas ongkir atau promo mereka masih bisa untung, barulah mereka memberikan diskon itu.

Jadi bisa dibilang kalau e-commerce adalah toko online yang sesungguhnya. Contoh dari e-commerce yang masih ada sejak lama sampai sekarang adalah estilamama.com, jakartanotebook.com, muslimgaleri.co.id, dan bhinneka,com.

Sebelum ada marketplace dan social commerce, banyak orang yang membuat toko online untuk menjual aneka kerajinan tangan buatannya, menjual baju, e-book, dan elektronik

Sekarang hampir tidak ada perorangan yang membuka e-commerce dan memilih jualan di marketplace dan social commerce. Membuat e-commerce biayanya lebih mahal karena harus membeli domain, menyewa server, dan meluangkan waktu untuk promosi toko online.

Marketplace (Lokapasar)

 

Marketplace punya padanan bahasa Indonesia sebagai lokapasar. Tokopedia, Bukalapak, Shopee, Bibli, Lazada, Zalora, dan JDID adalah platform marketplace yang mempertemukan penjual dengan pembeli.

Pemilik marketplace bebas memberi diskon, bebas ongkir, dan cashback kepada barang yang dijual di platform-nya. Hanya saja pemberian seperti itu menggerus biaya operasional marketplace. 

Makanya cuma sedikit dari marketplace yang dapat untung dari mengelola platform jual-beli itu. Di Indonesia, sejauh ini, marketplace yang untung baru Bukalapak. Untung yang dimaksud disini mereka sudah dapat laba setelah mengeluarkan biaya untuk operasional marketplace, gaji karyawan, dan pajak.

Dari sisi pembeli, belanja di marketplace lebih menguntungkan daripada di e-commerce karena bebas ongkos kirim (ongkir), dapat potongan harga, dan kadang dapat cashback pula. Subsidi seperti itu sebetulnya merugikan marketplace karena membuat pengeluaran sangat bengkak yang lalu disebut sebagai bakar duit.

Social Commerce


Social commerce adalah media sosial sekaligus marketplace. Jadi selain bisa melihat postingan orang lain, kita bisa berbelanja juga. Para pengguna medsos yang punya banyak follower sering dibayar untuk jualan produk tertentu.

Jadi selain mejeng atau jadi content creator, pengguna medsos juga bisa nyambi jualan dan dapat komisi dari tiap barang yang terjual atau dibayar sesuai jam tayang atau sesuai perjanjian yang disepakati bersama.

TikTok Shop (sebelum ditutup) adalah social commerce yang paling banyak digunakan orang Indonesia. Penyebab pemerintah melarang dan menutup TikTok Shop karena di sana ada persaingan tidak sehat yang diberlakukan bagi barang impor dari Tiongkok.

Barang serupa dari Tiongkok diijual dengan harga jauh lebih miring dari yang diproduksi dalam negeri. Jadi semacam perang harga yang disubsidi besar-besaran oleh TikTok.

Sekarang ini Facebook Shop dan Instagram Shop juga terancam ditutup karena melalui Permendag Nomor 31 tahun 2023 platform medsos tidak boleh lagi melakukan transaksi jual-beli seperti marketplace.

Kalau mau tetap jualan, platform medsos harus membuat platform jualan yang terpisah, jadi tidak di satu aplikasi, sebab izin dan perhitungan pajaknya juga beda.

Pertimbangan Utama Orang Belanja Online

 

Dulu orang lebih senang belanja langsung ke toko untuk melihat, memegang, dan mencoba langsung barang yang diinginkannya. Selain itu ketakutan akan menerima barang yang tidak sesuai dengan yang dipajang di toko online juga jadi faktor orang enggan belanja orang.

Sekarang kita sudah tidak ragu beli apa pun lewat internet karena sudah terbiasa dan mengerti apa yang harus dilakukan supaya tidak tertipu.

Berikut pertimbangan utama orang memilih belanja online terutama karena alasan praktis.

1. Barang yang diinginkan tidak dijual di kota tempat tinggal. Kalau sudah begini belanja online jadi pilihan utama daripada harus keluar kota untuk membeli barang impian.

Tiket konser juga sering dijual online untuk memudahkan penonton di kota yang berbeda membeli tiket konser musisi favorit mereka.

2. Mencari barang unik yang dibuat dan dijual terbatas. Ada barang yang cuma dijual online dengan edisi terbatas supaya eksklusif.

Untuk membeli barang itu orang harus mengakses situs e-commerce dan melakukan transaksi di sana.

3. Bisa pesan sesuai selera. E-commerce dan marketplace sering menawarkan membuat kaus, poster, sepatu, atau aksesori yang didesain sesuai selera kita.

Daripada repot mencari alamat tempat yang membuat desain custom lebih baik mencarinya di marketplace atau e-commerce.

4. Harga jauh lebih murah dari toko fisik. Hampir semua barang yang dijual di internet lebih murah dari yang dijual di toko fisik.

Sudah lebih murah, dapat casback pula, gimana gak tergiur.

***

Mau belanja di toko fisik atau di internet sama saja. Yang penting jangan boros dan perhitungan betul-betul. Hindari utang dengan paylater dan sejenisnya karena bisa bikin kita lupa diri.

Diskon dan cashback besar yang ditawarkan paylater dkk itu bisa jadi perangkap yang membuat kita terjerat utang. Apalagi kalau digunakan untuk beli barang yang tidak bukan kebutuhan mendesak. 

Mau belanja di mana pun, pengeluaran tidak boleh lebih besar dari pemasukan kita.

Matikan Centang Biru WhatsApp Untuk Privasi Maksimal dan Menghindarkan Buruk Sangka

Matikan Centang Biru WhatsApp Untuk Privasi Maksimal dan Menghindarkan Buruk Sangka

Pada aplikasi pesan instan WhatsApp kita bisa mematikan centang dua biru alias Read Receipts supaya orang tidak tahu kita sudah baca pesan WhatsApp atau belum. Bagi sebagian orang, tidak bisa melihat centang biru pada pesan yang kita kirim bisa jadi menyebalkan.

Foto: Kelly Chiello/Shutterstock via The Cut

Makanya ada ahli agama yang mengatakan kalau mematikan centang dua biru WhatsApp sama dengan perbuatan tercela karena sama dengan berbohong.

Akan tetapi, mematikan centang biru WhatsApp justru ada manfaat yang menghindarkan kita dan orang lain saling berburuk sangka. 

Coba kalau kita lihat pesan kita sudah dibaca, tapi belum dibalas lamaaaaa sekali. Bukankah kita akan lebih buruk sangka melihat pesan sudah centang dua biru-tapi tidak dibalas-daripada yang centang yang abu-abu?! 

WhatsApp membuat banyak fitur yang menjaga privasi penggunanya yang tidak ingin diketahui kapan mereka online dan terakhir terlihat (Last Seen and Online), dan pesan terbaca (Read Receipts) yang mematikan centang biru jelas untuk mengakomodir pengguna yang ingin privasinya terjaga. 

Tidak semua orang ingin diketahui apakah dia membaca pesan atau belum dan kapan dia membalas.

Jadi sebenarnya tidak ada hubungannya dengan agama karena fitur itu dibuat untuk memenuhi keinginan orang yang ingin aktivitas ber-WhatsAppnya diketahui semua orang.

Manfaat Mematikan Centang Biru WhatsApp


Mematikan Read Receips atau centang dua biru pada pesan WhatsApp kita gunakan kalau ingin privasi yang maksimal dan menghindari buruk sangka orang lain.

1. Skala prioritas

Ada orang yang memakai nomor WhatsApp yang sama untuk pribadi, pekerjaan, dan bisnis untuk efisiensi. 

Kalau sedang sibuk, dia akan membaca pesan yang masuk, tapi tidak menjawabnya saat itu juga karena ada pekerjaan atau pesan lain yang lebih mendesak untuk dibalas.

Jadi dia akan membaca pesan yang masuk dan kalau dirasa tidak urgent, dia akan menandainya dengan Mark As Unread untuk dibalas beberapa saat yang akan datang.

2. Ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggal

Saya beri contoh ada ibu rumah tangga yang sedang asyik chatting dengan bestie bertukar resep, tiba-tiba dia mencium bau gosong dari dapurnya. 

Si ibu pun langsung menaruh hp dan lari ke dapur dengan posisi WhatsApp masih terbuka dengan centang biru yang terpampang. 

Si bestie yang sedang chatting dengannya tentu penasaran, kok online dan sudah centang biru, tapi tidak balas-balas. Padahal si ibu sedang berjibaku menyelamatkan masakannya yang gosong di dapur dan tidak sempat lagi membaca WhatsApp.

Mematikan centang biru WhatsApp bisa menghindarkan salah sangka antar dua orang yang sedang chatting atau bertukar pesan.

3. Ada waktu menjawab pertanyaan dan pernyataan

Mematikan centang biru bisa memberi kita waktu untuk berpikir secara jernih dan bija kepada orang yang bertanya dan meminta pada kita.

Misal ada orang yang bertanya bagaimana menghadapi orang-orang yang mencibir dirinya karena anaknya terlibat tawuran. Pertanyaan ini butuh pemikiran beberapa saat supaya kita bisa memberikan respon yang bijak kepada orang tersebut.

Kita tidak akan bisa berpikir lebih jernih untuk menjawab pertanyaan karena merasa diburu-buru harus menjawab secepat mungkin hanya karena tidak enak hati sudah terlihat kalau kita sudah membaca pesan itu.

Hal sama berlaku pada orang yang dimintai pendapat tentang rumah tangga, keuangan, anak, jodoh, dan sebagainya. Kita perlu waktu untuk merespon pesan WhatsApp sebelum memberikan jawaban yang pas.

4. Menolak permintaan utang

Kalau ada teman yang mau pinjam duit, tapi kita enggan meminjamkan kita punya waktu untuk mencari alasan yang tidak menyinggung perasaannya.

Utang Rp1-2 juta yang kita pinjamkan ke orang lain sangat besar kemungkinannya tidak dikembalikan. Entah karena mereka benar-benar miskin atau menganggap kita kaya yang sudah tidak butuh Rp1-2 juta.

 Maka dengan mematikan centang biru kita punya waktu untuk tidak langsung menjawab permintaan utang tersebut. Bahkan kalau kita tidak menjawab pun tidak apa-apa karena tanda centang di WhatsApp mereka menandakan pesan belum kita baca.

Hubungan Asmara dan Agama


Psikolog yang khusus menangani hubungan asmara Madeleine Mason dari lembaga psikologi Maclynn menyarankan orang yang sedang menjalani hubungan percintaan untuk sama-sama mematikan Read Receips atau Laporan Dibaca. Hal ini untuk menghindari overthinking, panik, dan rasa saling curiga antar keduanya kalau melihat centang biru terpampang, tapi pesan belum dibalas.

Karena itulah saya yakin kalau mematikan centang biru WhatsApp tidak melanggar keyakinan agama saya sebagai orang Islam karena tidak melanggar akidah dan tauhid terhadap Allah SWT, alasannya karena:

1. Semua orang sudah tahu ada fitur mematikan centang biru. Artinya fitur ini bisa digunakan dan tidak dimaksudkan untuk menipu karena memang disediakan dari WhatsApp sebagai penyedia aplikasi pesan instan.

2. WhatsApp adalah urusan duniawi. Ini artinya mematikan centang biru WhatsApp adalah perkara duniawi yang boleh dilakukan asal tidak melanggar syariat agama.


Jadi kita tidak perlu ragu menonaktifkan fitur Laporan Terbaca sebab tidak berdosa. Malah akan menghindarkan diri dari berburuk sangka terhadap orang lain yang disebabkan pesan sudah centang biru, tapi pesan belum juga dibalas.
Memilih Medsos yang Tepat Untuk Self Branding, Pendongkrak Profit, dan Pelayanan Publik

Memilih Medsos yang Tepat Untuk Self Branding, Pendongkrak Profit, dan Pelayanan Publik

Kita tidak harus punya semua akun media sosial kecuali kita artis dan selebritas duni hiburan, dan seleb internet seperti, contohnya, Ria Ricis dan Gen Halilintar. 

Artis dan selebritas dunia hiburan perlu selalu berhubungan dengan para penggemar sebagai bagian dari karir mereka. Begitu pun para selebritas internet atau seleb medsos yang pekerjaan utamanya memang membuat konten di media sosial.

Kalaupun punya semua akun medsos, kita tidak perlu aktif setiap hari memperbarui postingan di medsos. Kita punya kehidupan di dunia nyata yang lebih bermanfaat dan orang-orang di sekitar yang membutuhkan keaktifan kita.

Sebelum aktif di salah satu medsos, mari kenali dulu karakteristik medsos supaya apa yang kita inginkan di medsos tersebut lebih efektif dan mendukung tujuan kita.

 1. TikTok

 

Mengutip data dari We Are Social, pada 2023 pengguna aktif TikTok tercatat ada 1,09 miliar di seluruh dunia. Indonesia jadi negara nomor dua sebagai pengguna TikTok terbesar di dunia sebanyak 113 juta akun per April 2023. Di nomor satu ada Amerika Serikat dengan 117 juta pengguna.

Besarnya pengguna TikTok ini yang membuat jualan para pedagang laris manis bak kacang goreng walau minim subsidi ongkir seperti yang ada di lokapasar (marketplace) lain semacam Tokopedia dan Shopee.

Kalau kamu pedagang yang ingin mempercepat perputaran barang dan kas, kamu harus rajin bikin live untuk menarik minat para TikTokers. Perputaran barang dan uang yang cepat di TikTok juga jadi alasan pedagang berani memberi harga yang lebih murah daripada di marketplace lain.

TikTok paling cocok untuk kamu yang sering gabut dan suka bikin konten secara spontan. TikTok murni untuk hiburan tanpa ada unsur edukasi apa pun. Makanya tidak cocok untuk personal dan company branding.

2. Instagram

 

Instagram identik dengan keindahan, baik keindahan manusia, panorama, pemandangan, interior, eksterior, dan semua hal. Maka medsos ini cocok buat promosi tempat wisata, produk dan layanan terbaru, dan self-branding,

Sebagai medsos yang karakternya cocok untuk self-branding. Kamu bisa mencitrakan diri sesuai keinginanmu, entah kamu ingin dilihat sebagai orang kaya, suka sedekah, ramah, gaul, apa adanya, dan semua yang ingin kamu citrakan.

Instagram juga tempat para selebritas memajang segala aktivitas mereka dan lama-lama menarik minat orang biasa untuk melakukan hal serupa. Karena semua hal indah-indah, rupawan, mewah, dan megah inilah yang membuat Instagram dikenal sebagai media sosial tempat pamer.

3. Twitter

 

Twitter berbasis teks atau kalimat, jadi pengguna tidak perlu memposting foto atau gambar apa pun, cukup mengetik beberapa baris kata, lalu posting. Sangat simpel. Makanya Twitter ideal untuk orang yang ingin mengeluarkan ide, mengomentari sesuatu, atau bahkan curhat masalah sehari-hari.

Twitter juga medsos paling tepat bagi perusahaan untuk merespon secepat mungkin keluhan netizen sebelum jadi viral. Ini sesuai karakteristik Twitter yang berbasis teks. Jadi kalau pengguna produk atau layanan tertentu punya masalah mereka bisa langsung nge-twit dan me-mention akun yang bersangkutan tanpa harus memfoto apa pun dulu.

Namun karena merupakan medsos microblogging, banyak pengguna yang membuat akun anonim supaya merasa lebih bebas bercerita, mengungkapkan pendapat, atau curhat. Inilah yang membuat peredaran berita bohong (hoaks) kemudian marak di Twitter.

4. Facebook

 

Facebook sudah makin ditinggalkan muda dan para pesohor. Makanya yang masih menggunakan Facebook sekarang lebih banyak orang-orang tua.

Sejak lama Facebook punya fitur grup yang memungkinkan orang dengan minat sama membentuk sebuah grup dan rutin berdiskusi, namun keberadaan grup itu lantas dilupakan karena pengguna Facebook yang mayoritas orang tua tidak banyak menggunakan grup.

Pun walau Facebook juga punya fitur live seperti Instagram dan TikTok serta posting status seperti microblogging Twitter, namun sudah jarang orang yang menggunakannya sebab hampir semua pengguna Facebook kini beralih ke Instagram.

Untuk media promosi, layanan publik, dan kampanye, Facebook efektif untuk menjangkau orang berusia diatas 45 tahun.

Telegram dan WhatsApp Business


Perusahaan, kementerian, dan lembaga publik kini juga sudah menggunakan WhatsApp Business untuk pelayanan yang lebih privat kepada konsumen atau publik.

Lewat WhatsApp Business perusahaan bisa melakukan promosi dan layanan baru langsung ke tangan konsumen. Lebih praktis karena konsumen atau pengguna layanan tidak perlu repot lagi mencarinya di medsos atau website perusahaan.

Sama seperti WhatsApp yang merupakan aplikasi pesan instan, keberadaan Telegram untuk mengirim informasi ke ratusan orang sekaligus membuatnya lebih unggul dari WhatsApp. A

kan tetapi, karena mampu menampung ratusan orang sekaligus dalam satu grup, Telegram sering disalahgunakan untuk penyebaran film-film bajakan, konten porno, dan perjudian. Citra Telegram di Indonesia agak negatif karena sering dijadikan penyebaran tiga hal yang melanggar hukum tersebut.

Perusahaan dan unit usaha yang ingin menjangkau pelanggan baru, pelanggan tetap, dan calon pelanggan bisa menggunakan WhatsApp Business yang disetel menggunakan pesan otomatis (bot/robot algoritma. Pesan otomatis itu kemudian bisa diambil alih oleh customer service atau admin bila ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh bot tersebut.

Kita bebas menggunakan medsos sesukanya asal tidak melanggar UU ITE seperti menyebar fitnah, ujaran kebencian, dan mempermalukan nama seseorang. Lebih penting lagi gunakan medsos sesuai kepentingan dan kebutuhan. Dengan begitu kita bisa menyeimbangkan hidup di dunia nyata dengan kesenangan di media sosial.

Enam Kecerdasan Buatan yang Bisa Diajak Ngobrol Selain ChatGPT

Enam Kecerdasan Buatan yang Bisa Diajak Ngobrol Selain ChatGPT

Tahun 2022 kemunculan ChatGPT menghebohkan jagat maya karena kecerdasan buatan chatbot (chatting robot) berbasis NLP tersebut bisa membuat puisi, merangkai artikel, menerjemahkan, memberi pendapat, meringkas jurnal, bahkan mencari dalil Al-Qur'an dan Hadis.

ChatGPT


Kecerdasan buatan (artificial intelligence) besutan OpenAI ini sementara hanya dapat diakses melalui website. Kalau ada aplikasi ChatGPT di Play Store dan App Store bisa dipastikan itu palsu. Nantinya akan ada versi ChatGPT berbayar.

Para guru dan dosen juga mesti waspada soal keberadaan ChatGPT karena kecerdasan buatan ini bisa membuat karya tulis dan makalah bahkan merangkum beberapa jurnal jadi satu.

Alih-alih membuat karya tulis menggunakan pikiran mereka sendiri, siswa dan mahasiswa bisa saja menggunakan ChatGPT. Hasil yang dibuat ChatGPT memang mirip dengan otak manusia.

Dia bahkan bisa mendiagnosis penyakit dengan akurat, seperti dikutip dari Insider. Dokter dan ilmuwan komputer di Harvard bahkan menemukan kalau ChatGPT membuat diagnosa lebih baik daripada dokter kebanyakan.

Natural Language Processing (NLP)


Supaya efektif chatbot harus mampu menerjemahkan ucapan dan bahasa manusia menjadi sesuatu yang dapat dipahami oleh komputer. 

Proses memahami, menganalisis, dan menanggapi tulisan dan ucapan manusia disebut sebagai natural language processing (NLP/pemrosesan bahasa alami).

NLP bekerja dengan mengambil input teks atau suara dari manusia, memecahnya menjadi kode-kode komputer dari artificial intelligence yang dibuat manusia, lalu menentukan arti input tersebut. 

Terakhir, chatbot mengenali entitas didalam ucapan/tulisan yang membantu menentukan detail maksud. Entitas biasanya adalah hal-hal seperti tanggal, waktu, tempat, nama, atau lokasi yang memberikan kekhususan lebih lanjut untuk maksud pengguna.

Chatbot kemudian menghasilkan dan mengirimkan respons yang sesuai dengan suara dan tulisan sesuai tujuan si manusia menghubungi chatbot tersebut.

Kerja chatbot ini hanya berlangsung dalam sepersekian detik saja, jadi kita cuma perlu menunggu 1-2 detik untuk mendapat jawaban dari chatbot.

Berikut kecerdasan buatan (artificial intelligent) berbasis NLP yang serupa seperti ChatGPT.

1. Microsoft Bing Chatbot

Kalau ChatGPT bisa kita gunakan dengan gampang di website openai.com, Bing Chatbot terhubung dengan mesin pencari Bing kepunyaan Microsoft.

Bing Chatbot tidak perlu aplikasi kalau kita pakai di desktop (komputer dan laptop). Namun kalau mau menggunakannya di handphone, kita harus mengunduh aplikasi Bing di Play Store, App Store, Samsung Store, atau lainnya.

2. Google Bard

Google Bard rilis pada 21 Maret 2023 dan didesain untuk menstimulasi percakapan dengan manusia menggunakan NLP.

Sayangnya saat ini Google Bard baru tersedia di Amerika Serikat dan Britania Raya. Pengguna juga harus berusia 18 tahun keatas untuk menggunakan chatbot Google Bard ini.

3. Character AI

Versi beta-nya dapat dicoba di situs beta.character.ai. Tampilannya sederhana mirip ChatGPT dan jawaban yang kita tanya lumayan lengkap.

Kita memilih karakter chatbot untuk kita tanya. Ada karakter Mario Bros juga. Bila ChatGPT sudah bisa menerima pertanyaan dan menjawab dalam bahasa Indonesia, Character AI belum.

Pertanyaan yang diajukan dalam bahasa Inggris juga tidak semuanya dimengerti oleh Character AI. Mungkin karena masih versi beta.

4. YouChat

Selain di websitenya web.youchat.com, chatbot ini dapat diunduh di Play Store dan App Store. 

6 kecerdasan buatan serupa ChatGPT

Selain ngobrol dengan chatbot, kita bisa mengajak teman bergabung, chatting, dan saling mengiri foro-video. Jadi YouChat bisa jadi media sosial juga.

5. JasperChat

Sebelum menggunakan JasperChat kita akan ditanya dulu mau pakai JasperChat untuk keperluan apa. 

Chatbot selain ChatGPT

Sayangnya JasperChat ini berbayar dan kita dapat free-trial 7 hari untuk mencoba JasperChat.

6. WriteSonic

Chatbot ini tampak menspesialisasikan diri untuk membantu para blogger membuat konten yang SEO-friendly. Bukan cuma itu, orang yang ingin pasang iklan di Facebook Ads dan Google Ads juga bisa minta bantuan WriteSonic untuk membuat kata-kata yang memancing minat orang.

Lagi-lagi chatbot ini gak gratis. Sebelum membayar, kamu bisa coba free-trial maksimal 10.000 kata dari WriteSonic. 

Apakah keberadaan kecerdasan buatan WriteSonic bakal mengancam lahan pencaharian para penulis freelance

Baru-baru ini, Economic Times melaporkan bahwa para penulis naskah amat khawatir akan keberadaan ChatGPT dan mesin pembuat naskah lain.

Orang awam bisa dengan mudahnya dikelabui oleh mesin dan menganggap hasil tulisan itu sebagai buatan manusia. Selain itu, ChatGPT dkk juga rentan menyebarluaskan plagiarisme. Karya seorang penulis bisa dicomot dan dianggap sebagai hasil karya kecerdasan buatan.

Keberadaan kecerdasan buatan ini juga membuat para penulis dibayar lebih murah dari sebelumnya.

***

Semua chatbot diatas tidak mengizinkan obrolan atau pertanyaan yang menyangkut rasisme, pornografi, dan pornoaksi.

Sejauh ini keenam chatbot tidak akan menampilkan hasil yang berkaitan dengan hal yang dilarang tersebut.

My Conservative Thought Saying That Video Sharing Platform Is Ruin Our Brain

My Conservative Thought Saying That Video Sharing Platform Is Ruin Our Brain

I'm new to TiKTok because I'm not interesting to it until I have so much words that have to come out from my brain. So I need media to where I can write in a simple quotes.

I have Twitter, but doesn't fit to the quotes I wanted as it is known as microblog platform. The main post on Twitter is words.


Related: Because Life Isn't Like We Seen on Social Media

Then I created TiKTok account for emperbaca.com about a month ago. I have posted six contents so far. Unlike other content, I created only quotes that launches directly from my own thought.

These are the reasons why I thought video sharing like TiKTok or Snack or Capcut will ruin your brain because it work as same as social media. Those can distract you from your happy real life or worst, it can caused you some mental health concern.

1. Because we only watch, not read.

Our brain doesn't actively stimulate when we watch and stimulate better every time we read book, news, novel, poetry, poem, and any kind of literature.

Insider tells us that reading consistently strengthens connections in the brain, improves memory and concentration, and may even help you live longer. 

Healtline also cited same benefit. Researchers have foundTrusted Source that students who read books regularly, beginning at a young age, gradually develop large vocabularies. And vocabulary size can influence many areas of your life, from scores on standardized tests to college admissions and job opportunities.

2. Lack of creativity due to our desire to be like someone who viral.

We think we super creative by making funny and authentic video, but in fact we just want to have millions follower like Syahrini or Kim Kardashian.

We can be professional doctor, writer, graphic designer, engineer, even dedicated firefighter or police in real life instead by less watching TiKTok, SnackVideo, Capcut, and other video sharing platforms.

3. Block our talent off. 

There are some people who were born as entertainer, but not every people have to be entertainer.

What if we naturally enterpreneur-born? Or we have academic intelligent as a doctor, scientist, or even firefighter and police?

Related: Filter Bubble, Perangkap Internet yang Menyesatkan Pikiran dan Menyempitkan Wawasan

If you create something new and its useful for so many many people in real life, you are the real and truly influencer. We do not have to be internet celebs. We also do not have to online on social media throughout the day because it can caused us some mental health issues.

***

In my subjective opinion, YouTube is the only useful video sharing platform where we can learn new skills like playing music instruments, swimming, dance, handy craft, and many things. However, if we only watch YouTube Shorts that has similar nature to TikTok, Snack, and Capcut, that will ruin our brain as well.

TiKTok, Snack Video, and Capcut are only for entertainment purposes which we supposed to not watch it frequently. Otherwise we addictive to it and feel those are affected our lives. Hence it is only a fata morgana to us.

I agree that content creator is now considered as a real job, but what happens in our future if young people want to be content creator instead of paramedic, as example, or teacher, engineer, diplomat etc.