Memilih Medsos yang Tepat Untuk Self Branding, Pendongkrak Profit, dan Pelayanan Publik

Kita tidak harus punya semua akun media sosial kecuali kita artis dan selebritas duni hiburan, dan seleb internet seperti, contohnya, Ria Ricis dan Gen Halilintar. 

Artis dan selebritas dunia hiburan perlu selalu berhubungan dengan para penggemar sebagai bagian dari karir mereka. Begitu pun para selebritas internet atau seleb medsos yang pekerjaan utamanya memang membuat konten di media sosial.

Kalaupun punya semua akun medsos, kita tidak perlu aktif setiap hari memperbarui postingan di medsos. Kita punya kehidupan di dunia nyata yang lebih bermanfaat dan orang-orang di sekitar yang membutuhkan keaktifan kita.

Sebelum aktif di salah satu medsos, mari kenali dulu karakteristik medsos supaya apa yang kita inginkan di medsos tersebut lebih efektif dan mendukung tujuan kita.

 1. TikTok

 

Mengutip data dari We Are Social, pada 2023 pengguna aktif TikTok tercatat ada 1,09 miliar di seluruh dunia. Indonesia jadi negara nomor dua sebagai pengguna TikTok terbesar di dunia sebanyak 113 juta akun per April 2023. Di nomor satu ada Amerika Serikat dengan 117 juta pengguna.

Besarnya pengguna TikTok ini yang membuat jualan para pedagang laris manis bak kacang goreng walau minim subsidi ongkir seperti yang ada di lokapasar (marketplace) lain semacam Tokopedia dan Shopee.

Kalau kamu pedagang yang ingin mempercepat perputaran barang dan kas, kamu harus rajin bikin live untuk menarik minat para TikTokers. Perputaran barang dan uang yang cepat di TikTok juga jadi alasan pedagang berani memberi harga yang lebih murah daripada di marketplace lain.

TikTok paling cocok untuk kamu yang sering gabut dan suka bikin konten secara spontan. TikTok murni untuk hiburan tanpa ada unsur edukasi apa pun. Makanya tidak cocok untuk personal dan company branding.

2. Instagram

 

Instagram identik dengan keindahan, baik keindahan manusia, panorama, pemandangan, interior, eksterior, dan semua hal. Maka medsos ini cocok buat promosi tempat wisata, produk dan layanan terbaru, dan self-branding,

Sebagai medsos yang karakternya cocok untuk self-branding. Kamu bisa mencitrakan diri sesuai keinginanmu, entah kamu ingin dilihat sebagai orang kaya, suka sedekah, ramah, gaul, apa adanya, dan semua yang ingin kamu citrakan.

Instagram juga tempat para selebritas memajang segala aktivitas mereka dan lama-lama menarik minat orang biasa untuk melakukan hal serupa. Karena semua hal indah-indah, rupawan, mewah, dan megah inilah yang membuat Instagram dikenal sebagai media sosial tempat pamer.

3. Twitter

 

Twitter berbasis teks atau kalimat, jadi pengguna tidak perlu memposting foto atau gambar apa pun, cukup mengetik beberapa baris kata, lalu posting. Sangat simpel. Makanya Twitter ideal untuk orang yang ingin mengeluarkan ide, mengomentari sesuatu, atau bahkan curhat masalah sehari-hari.

Twitter juga medsos paling tepat bagi perusahaan untuk merespon secepat mungkin keluhan netizen sebelum jadi viral. Ini sesuai karakteristik Twitter yang berbasis teks. Jadi kalau pengguna produk atau layanan tertentu punya masalah mereka bisa langsung nge-twit dan me-mention akun yang bersangkutan tanpa harus memfoto apa pun dulu.

Namun karena merupakan medsos microblogging, banyak pengguna yang membuat akun anonim supaya merasa lebih bebas bercerita, mengungkapkan pendapat, atau curhat. Inilah yang membuat peredaran berita bohong (hoaks) kemudian marak di Twitter.

4. Facebook

 

Facebook sudah makin ditinggalkan muda dan para pesohor. Makanya yang masih menggunakan Facebook sekarang lebih banyak orang-orang tua.

Sejak lama Facebook punya fitur grup yang memungkinkan orang dengan minat sama membentuk sebuah grup dan rutin berdiskusi, namun keberadaan grup itu lantas dilupakan karena pengguna Facebook yang mayoritas orang tua tidak banyak menggunakan grup.

Pun walau Facebook juga punya fitur live seperti Instagram dan TikTok serta posting status seperti microblogging Twitter, namun sudah jarang orang yang menggunakannya sebab hampir semua pengguna Facebook kini beralih ke Instagram.

Untuk media promosi, layanan publik, dan kampanye, Facebook efektif untuk menjangkau orang berusia diatas 45 tahun.

Telegram dan WhatsApp Business


Perusahaan, kementerian, dan lembaga publik kini juga sudah menggunakan WhatsApp Business untuk pelayanan yang lebih privat kepada konsumen atau publik.

Lewat WhatsApp Business perusahaan bisa melakukan promosi dan layanan baru langsung ke tangan konsumen. Lebih praktis karena konsumen atau pengguna layanan tidak perlu repot lagi mencarinya di medsos atau website perusahaan.

Sama seperti WhatsApp yang merupakan aplikasi pesan instan, keberadaan Telegram untuk mengirim informasi ke ratusan orang sekaligus membuatnya lebih unggul dari WhatsApp. A

kan tetapi, karena mampu menampung ratusan orang sekaligus dalam satu grup, Telegram sering disalahgunakan untuk penyebaran film-film bajakan, konten porno, dan perjudian. Citra Telegram di Indonesia agak negatif karena sering dijadikan penyebaran tiga hal yang melanggar hukum tersebut.

Perusahaan dan unit usaha yang ingin menjangkau pelanggan baru, pelanggan tetap, dan calon pelanggan bisa menggunakan WhatsApp Business yang disetel menggunakan pesan otomatis (bot/robot algoritma. Pesan otomatis itu kemudian bisa diambil alih oleh customer service atau admin bila ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh bot tersebut.

Kita bebas menggunakan medsos sesukanya asal tidak melanggar UU ITE seperti menyebar fitnah, ujaran kebencian, dan mempermalukan nama seseorang. Lebih penting lagi gunakan medsos sesuai kepentingan dan kebutuhan. Dengan begitu kita bisa menyeimbangkan hidup di dunia nyata dengan kesenangan di media sosial.

2 komentar

  1. Terima kasih mbak Yana buat artikelnya yang selalu keren.. salam hangat

    BalasHapus


EmoticonEmoticon