Banyak Baca Banyak Tahu Tidak Baca Sok Tahu

Banyak Baca Banyak Tahu Tidak Baca Sok Tahu

Hampir semua orang Indonesia tidak berminat membaca. Kata mereka membaca bikin otak jadi kusut. 

Hidup sudah berat jangan ditambah berat lagi dengan membaca. Saking malasnya membaca, pengumuman penting yang ditempel di pintu bank, puskesmas, sekolah, tempat ibadah, dan tempat umum lainnya jadi sering diabaikan.

"Kok gak ada pengumuman kalau jam bukanya mundur?"

"Itu pengumumannya sudah ditempel di pintu masuk," kata Pak Satpam sambil menunjukkan lima jarinya ke arah pintu depan.

"Mana saya tahu ada pengumuman, saya, kan, gak dengar."

Alasan Orang Tidak Suka Baca

 

Orang malas membaca karena menganggap membaca sama dengan menguras otak yang mengharuskan kita berpikir keras. 

banyak baca

Kalau baca jurnal ilmiah mungkin iya, tapi kalau baca pengumuman, majalah, novel, bahkan komik, apa iya sampai menguras otak segala?!

Nyatanya banyak dari kita yang minat bacanya rendah karena alasan dan anggapan berikut.

1. Buang-buang waktu

Banyak orang lebih memilih nonton TV, TikTok, dan YouTube Shorts saat senggang daripada membaca buku.

Membaca buku dianggap buang-buang waktu karena tidak ada unsur hiburannya yang bisa mengurangi stres. Padahal hasil penelitian membuktikan baca buku bisa mengurangi stres.

2. Buang-buang duit

Buku, majalah, novel, komik harganya mahal bikin boros buang-buang uang. Lebih baik beli yang lain daripada beli buku. Habis selesai dibaca bukunya cuma disimpan gak kepake. Begitu anggapan sebagian dari kita.

Padahal nonton TikTok, YouTube Short, atau Instagram Reels juga pakai kuota yang dibeli dengan uang. Kita beli buku bisa dipinjamkan ke orang lain, disumbangkan ke perpustakaan sekolah, atau diwariskan ke anak-cucu.

3. Nambah beban pikiran

Hidup sudah berat, kok, ditambah berat lagi dengan membaca. Anggapan itu terjadi karena orang mengira aktivitas membaca sama dengan belajar.

Ini terjadi karena ketidakpahaman banyak orang terhadap buku berjenis novel, majalah, komik, kumpulan cerpen, atau kumpulan puisi. Karena menganggap semua buku sama seperti buku pelajaran sekolah, maka orang mengira membaca buku cuma nambah beban hati dan pikiran.

4. Tidak bisa buat hiburan

Membaca memang cuma melibatkan huruf dan kata-kata tanpa gambar dan suara. Dibanding nonton TV dan TikTok, membaca nampak membosankan dan tidak ada hiburan yang bikin hati senang.

Padahal bacaan tanpa gambar dan suara bisa bikin kita berimajinasi menggambarkan rupa dan watak tokohnya. Membayangkan pemandangan dalam novel sampai ke adegan terkecil juga bisa memicu imajinasi dan bikin baca jadi seru banget!

Membaca Menghidupkan Saraf Otak

 

Banyak baca bikin kita banyak tahu karena otak menyerap lebih banyak informasi dibanding saat kita menonton. Makanya orang yang tidak pernah baca cenderung sok tahu karena otaknya tidak terisi banyak informasi.

Informasi yang didapat dari gosip dan gibah itu gak sama kayak proses membaca lho, ya, karena aktivitas otaknya tidak aktif.

Proses membaca juga ternyata malah bikin saraf otak membentuk jaringan rumit dan rumitnya jaringan itu bikin otak kita sehat.

Healthline mengungkap penelitian scan MRI pada otak yang mengungkap saat kita membaca, sirkuit dan sinyal di otak membentuk jaringan yang kompleks. Makin sering kita membaca jaringan sirkuit dan sinyal itu makin kuat.

Inilah yang bikin membaca punya manfaat untuk mencegah penurunan kognitif (daya pikir) seiring bertambahnya usia. Kita bisa terhindar dari pikun. Membaca buku dan majalah juga membuat pikiran kita kita tetap aktif.

Selain menghidupkan saraf dan jaringan di otak, membaca juga berguna untuk mengurangi stres, menurunkan tekanan darah dan detak jantung, serta memperbesar peluang panjang umur.

Studi jangka panjang yang melibatkan 3.635 peserta dewasa dalam jangka waktu 12 tahun menemukan bahwa mereka yang membaca buku bertahan hidup sekitar 2 tahun lebih lama dibandingkan mereka yang tidak membaca.

Studi tersebut juga menyimpulkan bahwa orang yang membaca minimal 3,5 jam per pekan memiliki kemungkinan 23% untuk hidup lebih lama dibanding mereka yang tidak membaca sama sekali.

Singkatnya, ini manfaat membaca (versi cetakan) bagi tubuh dan pikiran kita:

  1. Menurunkan tekanan darah dan detak jantung.
  2. Mengurangi stres. Membaca novel fiksi bergenre fantasi bisa membuat kita berkhayal mengikuti alur cerita yang bisa bikin stres berkurang.
  3. Terhindar dari pikun karena otak diajak aktif berpikir.
  4. Panjang umur karena terhindar dari stres, darah tinggi, dan jantungan.
  5. Meningkatkan empati.
  6. Menambah wawasan dan kosa kata.

Samakah Membaca Buku versi Cetak dengan Ebook?

 

Beberapa studi menunjukkan membaca di buku, kertas, dan bentuk cetak lain (majalah, koran dsb) membuat kita memahami dan mengingat lebih banyak apa yang dibaca dibandingkan kalau kita membacanya di format digital dalam ponsel, tablet, atau komputer.

Membaca di layar bikin kita membaca lebih cepat karena mata memberi rangsangan ke otak untuk mengenalinya sebagai konten digital, bukan konten cetakan. Ini yang membuat kita tidak bisa memahami dan menyerap informasi secara maksimal saat membaca di layar dibanding kalau kita membaca buku cetakan.

Selain itu mata akan lebih cepat lelah kalau kita membaca di layar karena cahaya yang datang berasal dari layar dan hanya fokus ke mata. Kalau kita membaca buku cetak, cahaya yang didapat berasal dari cahaya matahari atau lampu yang menerangi seluruh ruangan tempat kita membaca jadi mata tidak cepat lelah.

Jadi supaya dapat manfaat maksimal dari membaca, bacalah buku, majalah, atau komik dalam versi cetak, bukan yang ebook. Baca sambil rebahan boleh, tapi jangan sambil tiduran supaya mata tidak jadi minus.

Sekarang kita sudah tahu alasannya kenapa banyak baca banyak tahu, tidak baca sok tahu.

Bingung Mau Nulis Apa

Bingung Mau Nulis Apa

Bingung mau nulis apa sebetulnya jarang dialami oleh penulis pemula. Para penulis profesional dari novelis sampai jurnalis justru yang paling sering mengalami kebingungan mau nulis apa.

Penulis pemula biasanya banyak ide, tapi mereka masih takut-takut dalam menulis. Takut tulisannya jelek, takut gak ada yang baca, dan ketakutan lain yang sebetulnya tidak perlu.

Apa itu Penulis Pemula? 

 

Saya berpendapat sebetulnya tidak ada yang namanya penulis pemula karena semua orang bisa menulis. Menulis bukanlah profesi yang mengharuskan kita belajar secara khusus seperti dokter, apoteker, atau arsitek.

Saya sendiri kuliah di jurusan jurnalistik karena saya suka menulis. Di jurusan itu ada mata kuliah Bahasa Indonesia Jurnalistik. Mata kuliah itu dianggap enggak banget karena sebelumnya kami sudah belajar Bahasa Indonesia.

Saya, sih, gak masalah dan enjoy saja menerima semua materi yang berhubungan dengan bahasa. 

Jadi, setiap orang bisa jadi penulis asal dia senang membaca dan mau mengerti kaidah kepenulisan. Di negeri kita kaidah kepenulisan ada di EYD (Ejaan yang Disempurnakan) yang bisa kita akses di ejaan.kemdikbud.go.id.

Sementara itu, seseorang disebut penulis profesional kalau dia sudah membuat tulisan yang dikenal dan diakui secara luas atau sudah memenangi penghargaan di dunia kepenulisan.

Writer's Block


Semua penulis pasti pernah bingung mau nulis apa. Wajah sudah di depan laptop, tapi ide gak datang-datang. Makin lekat menatap layar malah makin blank

Penyebab seorang penulis bingung mau nulis apa:

1. Sudah keseringan menulis. Saking seringnya nulis, otaknya jadi buntu dan tidak lagi cepat menelurkan ide. 

Ini biasa terjadi pada para blogger (narablog) yang tiap hari menulis satu topik khusus untuk blognya atau penulis spesialis.

Penulis spesialis adalah penulis yang biasanya menulis hanya satu topik dan mendalami topik itu, misal pendidikan saja, kesehatan saja, otomotif, atau resensi film.

Sedangkan penulis generalis adalah penulis yang menulis bermacam topik dengan pembahasan yang seperlunya.

Penulis generalis sedikit beruntung karena selagi bingung mau nulis apa, dia bisa nulis topik yang beda dari yang ditulisnya sehari-hari. Misal biasanya dia nulis pendidikan. Saat lagi bingung mau nulis apa dia lalu terpikir menulis politik.

2. Kebanyakan ide. Kebanyakan ide bikin kepala bingung ide mana yang harus ditulis lebih dulu. Mau nulis A, tapi B kayaknya lebih menarik untuk ditulis duluan. 

Begitu terus akhirnya kita malah bingung mau nulis apa. Kebanyakan ide pada akhirnya bikin kita gak jadi nulis.

3. Banyak pikiran diluar menulis. Ingin hati menulis apa daya pikiran sedang ada di tempat lain. 

Walau sudah ada ide mau nulis apa, pikiran yang sedang galau, gundah, atau bad mood juga bikin kita jadi bingung mau nulis apa.

Akan tetapi, bingung mau nulis apa beda dengan writer's block

Writer's block adalah kebuntuan tiba-tiba yang dialami penulis saat akan menyelesaikan tulisannya. Jadi si penulis sudah menulis beberapa paragraf atau bab, tapi tiba-tiba buntu dan tidak bisa melanjutkan tulisannya

Meski sudah ada outline (kerangka) tulisan dan tingga; mengikutinya, tetap saja buntu.

Sedangkan kalau kita mengalami bingung mau nulis itu artinya belum mulai nulis sama sekali, tapi kita buntu duluan saking bingungnya mau nulis apa.

Bantuan AI

 

Bolehkah saat kita bingung mau nulis apa lalu minta bantuan artificial intelligence seperti ChatGPT atau BingChat?

Boleh saja, tapi tulisan itu akan hampa tanpa soul seperti kalau kita baca teks di buku pelajaran..

Kalau terpaksa pakai bantuan AI untuk membuat puisi, misalnya, jangan jiplak mentah-mentah. Gubah puisi itu dengan kata-kata dan gaya kita sendiri supaya enak dibaca, tidak kaku, dan terasa kalau puisi itu dibuat oleh manusia.

Lagipula secanggih-canggih AI membuat puisi, puisi buatan otak manusia tetaplah yang terbaik walau penulis pemula sekalipun. Ini karena manusia tahu kata-kata yang dipakai sehari-hari dan mampu menempatkan kata demi kata secara proporsional dalam kalimat.

Apa yang Harus Dilakukan Kalau Sedang Bingung Mau Nulis Apa? 


1. Perbanyak baca. Membaca bikin otak terstimulasi karena rangsangan ke otak saat membaca berjalan lebih lambat daripada saat menonton di layar.

Stimulasi yang lambat ke otak justru membuat sel saraf bekerja optimal. Otak kita jadi mampu berpikir secara terstruktur. Dengan begitu ide nulis bisa muncul dari aktivitas membaca dan dari bahan bacaan.

2. Menjauh dari laptop. Saat kita bingung mau nulis apa, beban mental makin berat karena perasaan harus menulis saat itu juga.

Menjauh dari laptop sementara waktu berguna untuk menyegarkan pikiran dan mengembalikan ide menulis.

3. Menikmati teh atau kopi beserta kudapannya. Sambil menjauh dari laptop kita bisa menikmati kudapan beserta teh atau kopi.

Kurang asupan gula bisa mempengaruhi kinerja otak yang bikin kita jadi blank. Namun, gulanya jangan kebanyakan. Minum teh atau kopi tanpa gula kalau kita menikmatinya bersama cake yang manis.

***

Semua orang pasti pernah mengalami kebuntuan. Saat sedang bingung mau nulis apa, yakinlah itu cuma sementara. Nanti kita akan balik lagi menulis sesuatu yang enak dibaca dan membuat kita merasa hidup.

Tahun Ajaran, Tahun Pelajaran, dan Cara Menulis Angka Tahun Ajaran

Tahun Ajaran, Tahun Pelajaran, dan Cara Menulis Angka Tahun Ajaran

Tahun ajaran baru di Indonesia dimulai pada Juli dan berakhir pada Juni tahun berikutnya. Dari Juli tahun ini ke Juni tahun berikutnya kita sebut dengan satu tahun ajaran.

Belakangan sering kita baca 'tahun pelajaran' alih-alih 'tahun ajaran'. Sebenarnya yang betul itu tahun ajaran atau tahun pelajaran?

Etimologi Tahun Ajaran dan Pelajaran


KBBI mengartikan pelajaran sebagai:

  1. n yang dipelajari atau diajarkan: ~ Bahasa Indonesia; daftar ~
  2. n latihan: ~ mengetik
  3. ihwal belajar

Sedangkan ajaran artinya:

  1. n segala sesuatu yang diajarkan; nasihat; petuah; petunjuk: ia senantiasa memegang teguh ~ orang tuanya
  2. n paham: ~ terlarang

Ternyata KBBI juga punya kata turunan, yaitu tahun ajaran yang artinya tingkatan masa siswa belajar; masa belajar dalam tahun tertentu. Dengan begitu jelas kata yang sesuai kaidah bahasa Indonesia adalah tahun ajaran, bukan tahun pelajaran.

Selain itu, kata pelajaran juga bisa bermakna yang diajarkan dan langsung dapat dipraktikkan, semisal mengetik, menyetir mobil, menjahit, kelistrikan, bangunan, dan keterampilan informal lainnya yang ketika dipelajari langsung dapat dipraktikkan.

Sementara itu, kata ajaran lebih cocok digunakan untuk hal-hal yang perlu pemikiran lebih dulu sebelum mempraktikkannya, seperti Matematika, IPA, IPS, Agama, Sosiologi, Antrologi, dan lain-lain.

Maka untuk mempertegas aktivitas akademik yang dilakukan di sekolah yang merupakan satuan pendidikan formal, maka penggunaan kata 'tahun ajaran' lebih tepat daripada 'tahun pelajaran'.

Takwim dan Penulisan Tahun Ajaran


Takwim diambil dari bahasa Arab yang artinya penanggalan atau kalender. KBBI mengartikan tahun takwim sebagai tahun berdasarkan kalender (berawal dari 1 Januari dan berakhir pada 31 Desember).

Tahun ajaran tidak dimulai pada 1 Januari sampai 31 Desember, melainkan sejak Juli tahun ini dan berakhir pada Juni tahun berikutnya. Itu berarti dalam satu tahun ajaran ada dua takwim.

Ejaan yang Disemburnakan Edisi Kelima (EYD V) menyebut fungsi garis miring digunakan dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa 1 tahun yang terbagi dalam 2 tahun takwim.

Karena menggunakan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim, maka penulisan tahun di tahun ajaran menggunakan garis miring (sering disingkat menjadi garing), yaitu tahun ajaran 2024/2025 bukan tahun ajaran 2024-2025.

Kalau kita tulis tahun ajaran 2024-2025 artinya satu tahun ajaran akan berlangsung dari Januari 2024 sampai Desember 2025

Sedangkan kalau ditulis dengan garis miring yaitu tahun ajaran 2024/2025 artinya satu tahun ajaran di sekolah berlangsung di antara tahun 2024 dan 2025

Di antara tahun 2024 dan 2025 bisa berarti Juni 2024 sampai Juli 2025 atau sejak Agustus 2024 sampai Juli 2025 seperti tahun akademik di perguruan tinggi.

Tahun Ajaran atau Tahun Pelajaran?

 

Isi Permendikbudristek soal sekolah, peserta didik, kurikulum, dan lainnya menggunakan kata 'tahun pelajaran' sementara KBBI menggunakan 'tahun ajaran'. Lalu mana yang harus kita ikuti dan yakini kebenaran penulisannya?

Di Kurikulum Merdeka juga ada Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Kata projek merupakan bentuk tidak baku dari proyek. Idealnya Kemdikbudristek menggunakan kata Proyek alih-alih Projek pada P5 karena KBBI dibuat oleh Badan Bahasa yang ada dibawah Kemdikbudristek.

Meski demikian, hal itu mungkin untuk kepraktisan karena tidak semua orang paham kata baku dalam bahasa Indonesia.

Berkenaan dengan tahun ajaran atau tahun pelajaran, mereka yang berprofesi sebagai tenaga pendidik boleh menulisnya dengan 'tahun pelajaran' mengikuti pedoman dan petunjuk dalam banyak Permendikbudristek yang ditujukan untuk sekolah dan tenaga pendidik.

Namun, kita yang bukan tenaga pendidik harus menulisnya dengan 'tahun ajaran' mengikuti kaidah di KBBI dan EYD V yang bisa kita lihat di situs ejaan.kemdikbud.go.id dan kbbi.kemdikbud.go.id.

Menghindari Head Hopping Saat Membuat Cerita Fiksi

Menghindari Head Hopping Saat Membuat Cerita Fiksi

Kita sebagai pengarang menceritakan perasaan dan sudut pandang beberapa karakter dalam satu adegan.

Head hopping terjadi ketika sebuah cerita atau adegan diceritakan dari sudut pandang satu tokoh, tapi tiba-tiba beralih ke sudut pandang tokoh atau narator yang berbeda. Hal ini terjadi ketika penulis secara tidak sengaja memasukkan pemikiran, pengamatan, atau detail yang tidak mungkin diketahui oleh karakter di PoV saat ini.

Untuk menghindari head hopping dan kontradiksi antar tokoh, JK Rowling mempekerjakan orang yang bertindak sebagai Harry Potter Specialist. 

Harry Potter Specialist bertugas memeriksa detil demi detil karakter antar tokoh dan alur supaya JK Rowling tidak menulis karakter atau jalan cerita yang kontradiktif di novelnya.

Novel Harry Potter juga kita ketahui menggunakan sudut pandang orang ketiga. Pengarang yang menggunakan sudut pandang orang ketiga rentan mengalami head hopping karena mereka berperan sebagai pengamat yang menceritakan banyak karakter, alur, dan sudut pandang dalam cerita.

Selain alur atau plot, head hopping juga terjadi saat pengarang menulis jalan cerita yang tidak sesuai kenyataan. Misal, dia menulis:

Supri berjalan kaki meninggalkan kampungnya di Bandung sejak subuh. Tidak terasa dia sudah sampai di Jakarta pada sore hari.

Jarak Bandung ke Jakarta 150 km dan butuh 23 jam kalau kita jalan kaki untuk sampai ke tujuan. Jadi unsur plausibilitas dalam cerita tidak terpenuhi karena pengarang menulis Supri jalan kaki pada pagi hari dari Bandung ke Jakarta, tapi sore sudah sampai.

Mestinya Supri baru sampai esok paginya. Itupun kalau Supri berjalan kaki tanpa henti tanpa istirahat.

Related: Unsur Plausibilitas dalam Cerita Fiksi

Cerita dengan Sudut Pandang Orang Ketiga

 

Head hopping sering terjadi pada pengarang yang menggunakan sudut pandang orang ketiga karena si pengarang memposisikan dirinya sebagai pengamat. Karena itulah si pengarang menggunakan kata ganti "dia" dan "ia" untuk menggambarkan jalannya cerita dan pemaparan tokoh-tokoh.

Kata "dia" dan "ia" sebetulnya bermakna sama. Pada KBBI "dia" artinya persona tunggal yang dibicarakan. Di KBBI "dia" juga berarti ia.

Sedangkan "ia" berarti orang yang dibicarakan, tidak termasuk pembicara dan kawan bicara. KBBI juga mengartikan "ia" sebagai dia dan benda yang dibicarakan.

Ini berarti "dia" digunakan untuk manusia baik laki-laki dan perempuan. Sedangkan "ia" bisa digunakan selain untuk kata ganti manusia juga kata ganti untuk binatang dan benda.

Untuk menghindari head hopping saat menggunakan sudut pandang orang ketiga, kita bisa membaca ulang beberapa kali cerita itu untuk memastikan tidak ada inkonsistensi dan kontradiksi antar tokoh atau pada alur.

Cara lain adalah dengan membuat outline. Kita tulis dulu siapa saja tokoh yang akan ada di cerita dan bagaimana karakter mereka. Tulis juga bagaimana alurnya dan bagaimana ending yang akan kita buat di cerita itu.

Cerita dengan Sudut Pandang Orang Kedua

 

Gampang saja mengenalinya. Ciri utama cerita yang menggunakan sudut pandang orang kedua adalah si pengarang tidak akan pernah menggunakan kata "aku".

Karya fiksi dengan sudut pandang orang kedua ini banyak ditemukan di puisi dan sajak. Contoh cerita dengan sudut pandang orang kedua:

Kaubisa memandang langit dan melihat dari balik bintang
Disitu ada kilat dan kilau sinar yang menyala
Seperti matamu yang selalu menyala
Dan memeluk bumi dengan dekapan hangat

Cerita dengan sudut pandang orang kedua juga bisa membuat kita melakukan head hopping kalau tergelincir menggunakan kata aku, dia, ia, atau si pengarang tiba-tiba memposisikan diri sebagai pengamat.

Cara menghindari head hopping saat menulis cerita dengan sudut pandang orang kedua adalah konsisten menggunakan kata "kau" dan "kamu". Buatlah kalau kita seolah sedang bercerita kepada satu orang saja dan tidak membicarakan diri kita sama sekali.

Cerita dengan Sudut Pandang Orang Pertama

 

Membuat cerita dengan sudut pandang orang pertama bisa dibilang paling gampang karena kita memposisikan diri sebagai tokoh utama. 

Banyak novel best-seller dunia yang menggunakan sudut pandang orang pertama. Head hopping saat menggunakan sudut pandang orang pertama minim terjadi karena pengarang memposisikan dirinya sebagai tokoh utama sehingga minim terjadi lompatan karakter.

Namun, bukan berarti head hopping tidak bisa terjadi sama sekali. Head hopping bisa terjadi kalau pengarang menceritakan terlalu banyak alur dan karakter antar tokohnya mirip sehingga pembaca susah membedakan mana tokoh A, mana tokoh B, dan seterusnya.

Cara menghindari head hopping saat menulis cerita menggunakan sudut pandang orang pertama adalah dengan konsisten menceritakan kisah hanya dari pandangan dan pikiran tokoh utama.

Apa Itu Ghostwriter?

Apa Itu Ghostwriter?

Penulisan yang benar adalah ghostwriter, bukan ghost writer, sesuai yang tercantum dalam kamus Merriam-Webster, Cambridge, dan Oxford.

Kalau kita mau mencari makna dari istilah asing, kamus Merriam-Webster, Cambridge, dan Oxford adalah pilihan yang tepercaya. Ketiga kamus ini juga memuat istilah-istilah kekinian sesuai perkembangan zaman.

Ketiganya merupakan kamus terpercaya yang digunakan di AS dan Inggris Raya.

Ghostwriter adalah istilah di dunia penulisan yang berarti penulis bayangan. Kalau penulisannya dipisah jadi ghost writer maka artinya penulis hantu yang maknanya  berarti orang yang menulis tentang hantu dan makhluk halus.

Dilihat sekilas arti ghostwriter dan ghost writer memang sama-sama penulis hantu. Bedanya, ghostwriter sengaja diminta jadi "hantu" tidak dikenal dan diminta untuk tidak nyata.

Apa Itu Ghostwriter?

 

Ghostwriter adalah orang yang membantu menulis dan mengarang buku, pidato, dan naskah untuk orang yang tidak bisa menulis atau tidak punya waktu untuk menulis. Dia bisa membantu sedari awal atau dipertengahan sampai akhir saja.

Misal, kita punya ide dan ingin membuat novel dari ide itu. Namun, ternyata susah sekali menuangkan ide ke dalam tulisan. Belum lagi mencari waktu buat nulis. Pagi sampai sore sibuk kerja, malam istirahat, kapan nulisnya? Padahal ide di kepala sudah meronta-ronta ingin dikeluarkan.

Kita beri ide itu ke ghostwriter maka dia akan menulis ide itu menjadi sebuah novel yang ciamik. Kadang-kadang ghostwriter juga memberi masukan apakah satu ide bisa dibuat jadi novel, memoar, kumpulan cerpen, kumpulan puisi, atau malah karya nonfiksi.

Walaupun sebuah buku ditulis secara penuh dari awal sampai akhir oleh seorang ghostwriter, tapi namanya tidak akan tercantum di bagian mana pun dalam buku itu. Nama yang tercantum adalah nama si peminta bantuan. 

Pun nama sang ghostwriter juga tidak akan tercantum sebagai editor (penyunting) walau dia juga mengedit naskah itu-selain menulisnya.

Itulah mengapa seorang ghostwriter tidak bisa mengklaim sebuah karya sebagai buatannya, kecuali dia bisa menunjukkan bukti (misal ada surat perjanjian atau kwitansi) yang menyebut namanya sebagai penulis/pengarang asli dari sebuah karya tulis.

Semua ghostwriter memang tidak pernah menyebut buku apa saja yang pernah mereka tulis dari ghostwriting. Pun tidak pernah menyebut siapa saja klien mereka kalau tidak untuk urusan hukum dan urusan mendesak lainnya.

Urusan kerahasiaan termasuk dalam klausul kontrak kerja ghostwriter dengan orang yang memakai jasanya. Termasuk dalam kerahasiaan, ghostwriter dilarang membicarakan dan menyebarluaskan apa yang sedang ditulisnya.

Ghostwriter Terkemuka Dunia


Barbara Feinman pernah menulis memoar untuk Hillary Clinton yang berjudul It Takes a Village yang laris di pasar Amerika. Tidak pernah ada yang tahu kalau memoar Hillary Clinton ternyata tidak ditulis olehnya. Wartawan Washington Post kemudian mengungkap rahasia kalau memoar itu ternyata ternyata ditulis oleh Barbara Feinman.

Ada juga nama J.R Moehringer yang menulis memoar berjudul Spare milik Pangeran Harry. Moeringer seorang jurnalis penerima hadiah Pulitzer, maka tidak heran kalau dia jadi ghostwriter dengan bayaran termahal di dunia.

Dari dalam negeri ada Yusril Ihza Mahendra dan Thomas Lembong yang dikenal sebagai ghostwriter yang telah menulis ratusan naskah pidato bagi mantan presiden SBY dan Jokowi.

Seorang presiden tentu tidak punya waktu untuk menulis sendiri pidatonya, kecuali pidato singkat untuk pembukaan acara atau peresmian kenegaraan. 

Presiden Indonesia yang dikenal sering berpidato panjang di forum resmi tanpa teks adalah Soekarno.

Beda Ghostwriter dengan Editor

 

Editor (penyunting), sesuai namanya, hanya bertugas menyunting sesuai kaidah bahasa dan tujuan penulisan supaya naskah lebih enak dibaca sesuai target pembacanya.

Sedangkan ghostwriter membuat dari awal sampai akhir, mengedit, mengubah, membetulkan, dan memahami bahan tulisan sampai dia menguasai seluruh isi naskah yang ditulisnya.

Berapa Bayaran Ghostwriter?

 

Di Indonesia belum ada ketentuan, saran, aturan, dan panduan berapa bayaran untuk ghostwriter dan penulis lainnya,  jadi upah ditentukan berdasarkan kesepakatan atau tergantung upah yang berlaku umum di kalangan penulis.

Misal, penulis online (fiksi dan nonfiksi) dibayar Rp10.000-Rp15.000 per 1000 kata. Penulis cerpen di media cetak bisa menerima Rp100rb-Rp150rb kalau cerpennya dimuat.

Kalau mengacu pada bayaran naskah beli-putus di penerbit mayor, ghostwriter bisa dibayar sampai Rp5 juta per buku atau per 200 halaman.

Ghostwriter terkemuka dan berpengalaman tentu bayarannya lebih dari itu. Pun ghostwriter mandiri bisa dibayar kurang dari angka tersebut.

Apakah Ghostwriter Membantu Menerbitkan Buku?

 

Tergantung. Kalau ghostwriter itu bekerja di penerbitan atau bekerja sama dengan penerbitan buku maka dia juga bisa memasukkan naskah untuk diterbitkan. 

Namun, kalau ghostwriter itu bekerja mandiri atau freelancer, maka dia hanya menuliskan naskah dan tidak bertanggungjawab apakah buku itu diterima penerbit atau tidak. Ghostwriter juga tidak bertanggungjawab kalau buku itu diterima penerbit, tapi tidak laku di pasaran.

Ghostwriter adalah penulis bayangan, bukan penjual atau tenaga pemasaran.

Siapa yang Bisa Jadi Ghostwriter?

 

Kebanyakan ghostwriter di dunia berprofesi sebagai wartawan (jurnalis) karena mereka sudah biasa menulis dari sudut pandang populer. Sebagian lagi berasal dari profesional diberbagai bidang, misal bidang hukum, penyiaran, agama, sosial-budaya, atau sains.

Meski tidak berprofesi sebagai wartawan atau profesional, semua orang bisa jadi ghostwriter asal senang menulis, mengerti kaidah dan tata bahasa, serta berpikiran terbuka. 

Berpikiran terbuka alias open-minded ini penting sebab ghostwriter akan membantu orang dari berbagai latar belakang bahkan mungkin yang nyeleneh dan ekstrem sekalipun.

Punya pikiran yang terbuka akan membuat ghostwriter menghasilkan karya sesuai jati diri orang yang namanya tertulis sebagai pengarang/penulis, bukan jati diri dan ciri khas si ghostwriter.

Ghostwriter juga harus banyak membaca untuk memperkaya wawasan dan memperdalam sudut pandang.

Cara Menulis Angka dan Bilangan dengan Numeralia

Cara Menulis Angka dan Bilangan dengan Numeralia

Numeralia atau kata bilangan adalah kelas kata yang menjelaskan tentang jumlah dan urutan. Numeralia terbagi jadi tiga, yaitu numeralia tentu, numeralia tak tentu, dan kata bantu bilangan. 

Saat kita membuat tulisan formal seperti cerpen, artikel, novel, atau jurnal ilmiah, angka dan bilangan tidak bisa ditulis sesukanya, melainkan harus sesuai kaidah bahasa Indonesia. Penulisan angka bisa kita pelajari di situs ejaan.kemdikbud.go.id di bagian Angka dan Bilangan.

Related: Bangga Bahasa Indonesia Jadi Bahasa Resmi Sidang Umum UNESCO

Berikut jenis-jenis numeralia atau kata bilangan:

Numeralia Tentu

 

Numeralia tentu, disebut juga dengan takrif, adalah kata bilangan yang menyatakan jumlah. Numeralia Tentu terbagi lagi jadi numeralia utama dan numeralia tingkat.

1. Numeralia Utama merupakan kata bilangan yang mengacu pada bilangan utuh. Contohnya 1 (satu), 2 (dua), 3 (tiga), 10 (sepuluh), dan 100 (seratus).

2. Numeralia Tingkat adalah adalah jenis kata bilangan yang melambangkan urutan jumlah atau tingkatan tertentu. Cirinya ada struktur ke+ numerik yaitu kesatu, kedua, kelima, keseratus, keseribu dll.

Numeralia Tak Tentu


Numeralia tak tentu disebut juga dengan tak takrif, adalah kata bilangan yang menyatakan jumlah sesuatu yang tidak mutlak dan memiliki satuan yang tidak tentu. 

Numeralia tak tentu digunakan untuk menyebutkan benda yang jumlahnya tidak bisa dihitung secara pasti, seperti gula, nasi, air, minyak goreng, dan lainnya. Contohnya sedikit air, setetes minyak goreng, sesendok nasi, seember air dll.

Kata Bantu Bilangan 

 

Kata bantu bilangan kata pelengkap yang berfungsi membentuk satuan objek. Kata bantu bilangan digunakan di awal kata benda yang memberikan arti kata satuan misalnya sehelai, sebatang, sebuah, sepucuk, sepotong.

"Nanik mengeposkan sepucuk surat untuk ayahnya di Kudus." Kata sepucuk merupakan kata bantu bilangan yang menunjukkan jumlah satu surat.

Penulisan numeralia yang mesti kita terapkan saat menulis cara singkat dan mudahnya adalah sebagai berikut.

1. Satu Angka Ditulis dengan Huruf 

Angka 1-10 yang cuma terdiri dari satu bilangan dan penulisannya dalam satu kata tetap ditulis dengan angka. Contohnya:

  • Hari ini siswa yang masuk sekolah hanya sepuluh orang karena yang lainnya kebanjiran.
  • Ibu membeli empat kilogram duku di pasar.
  • Angka sembilan dipercaya sebagai angka keberuntungan bagi orang Tionghoa.

2. Dua Angka atau Lebih Ditulis dengan Angka

Numeralia dua angka atau lebih selalu ditulis dengan angka. Sementara itu, angka 10 walaupun terdiri dari dua angka, tapi penulisannya bisa dengan satu kata saja (sepuluh), maka tetap ditulis dengan huruf.

Contoh dua angka atau lebih ditulis dengan angka:

  • Kakek punya 14 pasang sandal.
  • Ferguso memberikan 235 tangkai bunga mawar kepada Esmeralda.

3. Angka pada Awal Kalimat

Numeralia diawal kalimat harus ditulis dengan huruf.

  • Dua puluh tiga orang keracunan makanan di pesta pernikahan.
  • Enam orang selamat dari bencana tanah longsor.

Kalau angka di depan kalimat lebih dari dua bilangan maka penulisannya harus diubah supaya penulisan angkanya tidak diawal kalimat. Contoh:

142 spesies tanaman telah ditemukan di hutan hujan Sumatra.
DIubah jadi:
Di hutan hujan Sumatra telah ditemukan 142 spesies tanaman.
 
4. Ditulis Bersamaan dengan Angka dan Huruf

Saat menulis angka dalam jumlah besar kita bisa menulisnya secara bersamaan dengan huruf dan angka. Biasanya kita gunakan saat menulis harga atau nilai. Contoh:

  • Bapak membeli mobil itu seharga Rp800.000.000.
  • Bapak membeli mobil itu seharga 800 juta rupiah. 

Penulisan rupiah dengan Rp sebelum angka tidak diberi spasi untuk menghindari manipulasi penambahan angka setelah Rp.

4. Pecahan

Pecahan dapat ditulis dengan huruf dan angka. Penulisan yang baku untuk 1/3 adalah satu pertiga atau sepertiga. Begitu juga dengan 1/4 ditulis dengan satu perempat atau seperempat. Contoh lainnya:

  • 2/3 ditulis dengan dua pertiga
  • 3/4 ditulis dengan tiga perempat

Berdasarkan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) Edisi Kelima, penulisan per- yang menunjukkan bilangan ditulis serangkai dengan bilangan penyebut yang mengikutinya.

5. Bilangan Tingkat

Bilangan tingkat adalah kata yang melambangkan urutan jumlah atau tingkatan sesuatu dan membantu kita menggambarkan urutan atau posisi suatu objek atau konsep dalam suatu rangkaian.

Bilangan tingkat biasanya ditandai dengan struktur ke- seperti kesatu atau boleh ditulis juga dengan pertama, ketiga, ketujuh dan seterusnya. Dalam penulisan, struktur ke- bisa kita ejawantahkan dalam penulisan seperti hari pertama, buku kedua, atau anak ketiga.

Sementara itu, penulisan tahun seperti “abad ke-20” dapat divariasikan dengan abad XX dan abad kedua puluh. Saat menggunakan angka Romawi, kita tidak perlu menyertakan “ke-”.

***

Kalau kita baca teori penulisan numeralia rasanya sulit. Namun, kalau kita praktikkan langsung saat menulis pasti mudah. Lama-lama kita jadi terbiasa dan tidak bingung lagi menulis numeralia atau kata bilangan.