Kecerdasan Orang Indonesia: Terlahir Trilingual

Kecerdasan Orang Indonesia: Terlahir Trilingual

Hampir semua orang Indonesia terlahir bilingual, terutama mereka yang lahir dan besar tidak di kota metropolitan. Mereka fasih bicara dalam bahasa daerah sekaligus bahasa Indonesia. 

Sayangnya, di Magelang, tempat emperbaca.com berada, makin banyak anak-anak Jawa yang tidak lagi bercakap dalam bahasa Jawa. Hal sama amat mungkin terjadi di daerah lain.

Mereka lahir di Jawa, tapi ayah-ibu mereka yang orang Jawa asli selalu menggunakan bahasa Indonesia. Jadi jangankan kromo inggil, bicara ngoko saja anak-anak sekarang tidak biasa. Kromo inggil memang tidak digunakan di semua daerah di Jawa Tengah.

Ada daerah yang menggunakan bahasa Banyumasan dengan aksen ngapak yang kental. Bahasa Banyumasan tidak mengenal tingkatan seperti kromo inggil, kromo madya, dan ngoko.

Related: Mengukur Kefasihan Anak-anak Jawa Berbahasa Jawa

Tiga Bahasa

 

Trilingual adalah orang yang fasih bicara tiga bahasa. Contohnya, orang yang fasih bicara bahasa daerah di masa kecil lalu karena bahasa pengantar di sekolah menggunakan bahasa Indonesia, dia jadi fasih bahasa Indonesia. Kemudian dia belajar bahasa Inggris/Arab dan jadi fasih juga. Maka dia adalah trilingual. 

Sementara itu orang yang fasih bicara dalam dua bahasa disebut bilingual. Penduduk di banyak negara sekarang sudah bilingual karena selain fasih bicara bahasa ibu mereka juga menguasai bahasa asing lain.

Ini terutama terjadi di negara Asia dan Afrika yang pernah dijajah Eropa seperti Malaysia, Afrika Selatan, Filipina, Kongo, Timor Leste, dan India.

Indonesia, uniknya, meski ratusan tahun dijajah Portugal, Belanda, dan Jepang, tapi penduduknya tidak bicara dalam bahasa penjajahnya. Banyak kata dalam bahasa Indonesia yang dipengaruhi oleh bahasa dari negara-negara yang pernah menjajah, tapi bahasa itu tidak mendominasi.

Sekarang sudah jamak ditemukan orang Indonesia yang trilingual. Mereka fasih bicara bahasa daerahnya masing-masing, Indonesia, dan Inggris/Arab. Secara alamiah, orang Indonesia memang terlahir trilingual.

Banyak Bahasa

 

Selain bilingual yang fasih dua bahasa dan trilingual yang lancar tiga bahasa, ada lagi polyglot. Polyglot berasal dari bahasa Yunani 'poly' yang artinya 'banyak' dan 'glotta' berarti 'lidah' atau 'bahasa'.

Polyglot adalah orang yang fasih bicara dalam banyak bahasa. Seorang polyglot bisa bicara banyak bahasa seperti mantan presiden BJ Habibie fasih bicara Indonesia, Inggris, Belanda, Prancis, dan tentu saja Jerman.

Bugis juga jadi salah satu bahasa yang beliau kuasai sebagai bahasa ibu setelah bahasa Indonesia.

Mantan presiden Soekarno juga polyglot. Beliau fasih bicara Indonesia, Jerman, Inggris, Belanda, dan Prancis.. Selain bahasa asing, Soekarno juga menguasai tujuh bahasa daerah di Indonesia.

Orang yang bekerja di interpol juga dituntut untuk menguasai minimal bahasa Inggris, Arab, dan Prancis karena mereka harus berkomunikasi dengan rekan kerja dari berbagai negara dan memfasilitasi operasi internasional.

Interpol (international criminal police organization) adalah organisasi yang memfasilitasi kerja sama polisi internasional. Bisa dibilang interpol adalah akronim dari international police.

Misi utama interpol adalahk membantu polisi di seluruh dunia dalam memerangi kejahatan internasional, termasuk terorisme, perdagangan manusia, perdagangan narkoba, dan kejahatan dunia maya.

Saat ini interpol beranggotakan 195 negara. Anggota interpol dapat mengakses basis data dan alat investigasi yang disediakan oleh interpol. Interpol dapat meminta polisi di suatu negara untuk menangkap penjahat dengan menerbitkan notices atau peringatan internasional.

***

Padanan kata 'bilingual' dalam bahasa Indonesia adalah dwibahasawan. Sedangkan padanan 'trilingual' dalam bahasa Indonesia adalah tribahasawan.

Alangkah sayang kalau orang Indonesia tidak lagi terlahir alami sebagai bilingual dan trilingual karena mereka tidak lagi bicara dan mengerti bahasa daerahnya sendiri.

Trilingga, Reduplikasi Suku Kata Indonesia dari Sastra Jawa

Trilingga, Reduplikasi Suku Kata Indonesia dari Sastra Jawa

Trilingga dalam konteks bahasa Indonesia dan sastra Jawa punya makna serupa walau tak sama, yaitu tiga bahasa, tiga simbol, atau tiga unsur.

Asal Kata Trilingga 


Bahasa sansekerta mengartikan trilingga sebagai tiga tanda, berasal dari kata tri yang artinya tiga dan lingga yang berarti tanda atau simbol. Sementara itu kata trilingga juga dipercaya berasal dari bahasa Latin, yaitu tri dan lingua yang artinya tiga bahasa.

KBBI tidak menginformasikan asal kata trilingga dalam tesaurusnya. Jadi kalau ada yang bilang trilingga berasal dari bahasa Sansekerta, benar. Kalau dibilang dari bahasa Latin, bisa juga. 

Namun, trilingga lebih pas kalau disebut berasal dari bahasa Sansekerta. Sebagian bahasa Jawa memiliki akar dari bahasa Sansekerta dan sebagian lagi dari rumpun bahasa Autronesia. 

Pengaruh bahasa Sansekerta sangat kuat karena kerajaan Hindu-Buddha seperti Mataram Kuno dan Majapahit menggunakannya pada upacara keagamaan, penulisan prasasti, dan karya sastra.

Trilingga Sastra Jawa

 

Trilingga dalam konteks bahasa Jawa merujuk pada tiga bahasa yang digunakan dalam perjalanan kesusastraan Jawa, yaitu:

1. Bahasa Kawi atau bahasa Jawa Kuno merupakan bahasa tua yang sering digunakan dalam penulisan kitab-kitab agama dan puisi pada abad ke-9 sampai abad 15. 

Penduduk di masa Majapahit juga menggunakan bahasa Kawi dalam keseharian mereka. Contoh kalimat bahasa Kawi:

Swargga dharma nganjurakên ugi (surga adalah tujuan utama).
Sira ta wwang luhung (engkau orang yang mulia).

2. Bahasa Jawa Tengahan, bahasa yang muncul setelah era Kawi dan digunakan dalam penulisan sastra sejak abad 15-18 atau tahun 1400-an sampai 1700-an.

Bahasa Jawa Tengahan sudah dipengaruhi oleh bahasa Arab dan Persia karena masuknya Islam. Maka tidak heran bahasa Jawa Tengahan makin luas digunakan di masa kerajaan Islam seperti Kesultanan Demak dan Kesultanan Mataram.

3. Bahasa Jawa Baru, bahasa yang digunakan sekarang ini dan digunakan dalam penulisan sastra modern.

Bahasa Jawa Baru memiliki tingkatan atau strata bahasa yaitu ngoko, krama madya, dan krama inggil yang digunakan sesuai dengan konteks sosial dan hubungan antar-pembicara.

Contoh karya sastra yang lahir dalam trilingga atau tiga periode bahasa kesusastraan Jawa adalah Nagarakertagama (Jawa Kawi), Serat Centini dan Serat Rama (Jawa Tengahan), dan Ronggowarsito (Jawa Baru).

Masih dalam budaya Jawa, trilingga juga merujuk pada istilah untuk tiga simbol atau tanda yang menunjukkan suatu kesucian atau keluhuran. Istilah ini sering digunakan dalam konteks keagamaan dan spiritual untuk melambangkan sesuatu yang sakral atau agung. 

Trilingga Reduplikasi 


Dalam bahasa Indonesia, trilingga merupakan reduplikasi atau pengulangan unsur suku kata sebanyak tiga kali. Contoh:

dar-der-dor
dag-dig-dug
was-wes-wos
ba-bi-bu
betul-betul-betul 

cantik-cantik-cantik

Penggunaan trilingga dalam bahasa Indonesia tergantung pada konteks dan tujuan komunikasinya. Berikut tujuan penggunaan trilingga

1. Menekankan makna. Ketika ingin menekankan suatu aspek secara berlebihan untuk memastikan pendengar atau pembaca memahami intensitasnya.

2. Menambah keindahan bahasa. Dalam karya sastra atau puisi, trilingga digunakan untuk menciptakan efek ritmis dan estetika.

3. Menyampaikan emosi, yaitu menyampaikan perasaan yang sangat mendalam atau berlebihan.

4. Memberikan penegasan yang berfungsi memperkuat suatu pernyataan atau pendapat.

Sementara itu trilingga untuk kata dar-der-dor, dag-dig-dug, was-wes-wos, atau tik-tik-tik disebut sebagai trilingga onomatope. 

Onomatope adalah pembentukan kata yang menirukan suara. Dar-der-dor menirukan suara tembakan, was-wes-wos suara orang sedang berbisik-bisik, dan tik-tik-tik menirukan suara hujan atau mesin ketik.

Penggunaan trilingga bisa membuat bahasa lebih hidup dan ekspresif, tapi perlu digunakan secara pas dan tepat supaya tidak terdengar berlebihan dalam percakapan sehari-hari.

Makna Kata yang Berubah dengan Peyorasi dan Ameliorasi

Makna Kata yang Berubah dengan Peyorasi dan Ameliorasi

Bahasa diciptakan dan digunakan oleh manusia. Ketika perilaku dan pola pikir manusia berubah, kata-kata dalam bahasa bisa mengalami perubahan makna. Satu kata bisa berubah maknanya jadi negatif atau positif.

Perubahan makna kata disebut dengan peyorasi atau ameliorasi. Peyorasi adalah kata atau frasa (gabungan dua kata atau lebih) yang mengalami perubahan makna jadi lebih negatif atau merendahkan dari makna aslinya. 

Sedangkan ameliorasi adalah kata atau frasa yang mengalami perubahan makna menjadi lebih positif atau lebih halus dari makna aslinya. 

Bahasa Latin

 

Peyorasi berasal dari bahasa Latin pejoratus yang meminjam dari kata pejorare yang berarti memburuk. Diserap kedalam bahasa Inggris jadi pejorative dan diserap lagi ke bahasa Indonesia jadi peyorasi.

Sementara itu ameliorasi berasal dari kata ameliorare yang berarti memperbaiki atau menjadi lebih baik. Ameliorare diserap ke bahasa Inggris jadi ameliorate dan diserap ke bahasa Indonesia jadi ameliorasi.

Related: Ngerti Bahasa Inggris tapi Gak Bisa Ngomongnya

Kenapa mengambil dari bahasa Latin? Karena bahasa Latin punya struktur yang sangat teratur dan konsisten yang membuatnya ideal untuk menciptakan istilah-istilah baru yang membutuhkan presisi dan kejelasan. 

Struktur  yang teratur dan konsisten membantu menghindari kebingungan dan memastikan bahwa istilah tersebut dapat dipahami oleh komunitas ilmiah internasional.

Selain itu, bahasa Latin tidak digunakan lagi sebagai bahasa ibu jadi tidak memihak bahasa nasional mana pun. Ini membuat bahasa Latin netral dan universal sebagai bahasa akademik dan ilmiah.

Orang-orang terakhir yang menggunakan bahasa Latin adalah mereka yang hidup di masa Kekaisaran Romawi (tahun 27 SM-476M).

Berikut contoh kata yang mengalami peyorasi dan ameliorasi.

Klitih


Klitih pada awalnya bermakna netral karena sebagai istilah yang dipakai untuk menggambarkan aktivitas mengusir bosan dengan jalan-jalan tanpa tujuan di malam hari atau klithah-klithih. Klithah-klithih secara harfiah bermakna bolak-balik agak kebingungan.

Belakangan klitih mengalami perubahan maksa jadi negatif. Sejak tahun 1990-an klitih makin mengalami peyorasi yang bermakna kekerasan jalanan yang dilakukan sekelompok remaja (pelajar SMP atau SMA) dengan memilih korban secara acak.

Klitih identik dengan Yogyakarta karena di provinsi itulah sering dilaporkan kasus kekerasan jalanan sampai korbannya meninggal dunia.

Kata 'klitih' telah mengalami peyorasi dari netral ke negatif.

Bajingan

 

Di masa lalu, bajingan adalah sebutan bagi kusir (pengendali) gerobak sapi. Gerobak sapi digunakan untuk mengangkut orang dan barang, tapi sapi jalannya sangat lambat, tidak secepat kuda.

Orang-orang yang sering menggunakan jasa gerobak sapi untuk bepergian lama-lama mengeluh karena kelamaan menunggu datangnya bajingan dan gerobak sapinya, "Dasar bajingan lama banget datangnya." 

Pun mereka yang diburu waktu, tapi tidak punya pilihan angkutan selain gerobak sapi cuma bisa mengeluh karena saat sudah di gerobak sapi butuh waktu lama untuk sampai di tujuan.

Lama-lama bajingan tidak lagi bermakna kusir gerobak sapi, melainkan jadi kata makian untuk orang yang berperilaku jelek dan jahat. Kata 'bajingan' telah mengalami peyorasi dari netral ke negatif.

Wanita

 

Dulu kata 'wanita' dianggap lebih rendah dari kata 'perempuan' dan digunakan pada situasi dan kondisi negatif. Sekarang 'wanita' menjadi istilah yang lebih sopan dan menghormati, makanya sering digunakan dalam konteks formal dan resmi.

Kata 'wanita' telah mengalami ameliorasi dari negatif ke positif.

Abdi

 

Abdi dulunya berarti budak atau orang yang ada dibawah kendali orang lain. Abdi tidak punya kekuasaan atas dirinya sendiri dan hidup atas belas kasihan tuannya. 

Sekarang kata 'abdi' punya makna yang positif dalam konteks pelayanan umum seperti abdi negara untuk pegawai negeri, atau abdi dalem untuk pelayan setia di keraton Yogya dan Solo.

Seorang abdi dalem biasanya diangkat melalui seleksi dan pelatihan khusus. Mereka biasanya sangat dihormati dalam masyarakat karena dedikasi dan kesetiaan mereka terhadap keraton dan raja. Dalam menjalankan tugasnya abdi dalem mengenakan pakaian tradisional keraton.

Lata 'abdi' telah mengalami ameliorasi dari negatif ke positif.

Kenapa Kata Bisa Mengalami Perubahan Makna?

 

Sebuah kata atau frasa bisa mengalami perubahan makna karena nilai, norma, dan kebiasaan masyarakat berubah dari waktu ke waktu. Makanya makna kata juga berubah sebagai cerminan dari masyarakat yang juga berubah.

Hal lain yang mempengaruhi perubahan makna dalam kata adalah:

1. Pengaruh Bahasa Asing. Bahasa lain dapat mengubah makna kata dalam bahasa asal. 

Kata 'menu' dalam bahasa Indonesia, misalnya, berasal dari bahasa Prancis yang berarti daftar makanan, sekarang 'menu' juga sering digunakan untuk merujuk pada daftar pilihan di dalam komputer, ponsel, aplikasi, dan lainnya.

2. Perkembangan Teknologi. Kata sering kali mendapatkan makna baru seiring dengan perkembangan teknologi. 

Contoh 'mouse' yang awalnya berarti hewan tikus, kini juga berarti perangkat keras komputer untuk menggerakkan kursor di komputer.

3. Penggunaan Figurati.: Metafora (kiasan) dan metonimi (bentuk majas) dapat juga mengubah makna kata. 

Kata 'head' atau kepala yang awalnya bermakna kepala sebagai bagian tubuh manusia/hewan, sekarang bisa juga berarti pemimpin misalnya kepala personalia atau kepala dinas.

4. Konteks dan Kolokasi (asosiasi tetap antara kata dan kata lain dalam lingkungan yang sama)

Penggunaan kata dalam konteks tertentu dapat mengubah maknanya. Misalnya, kata dingin yang secara harfiah berarti bersuhu rendah, sekarang dingin juga berarti tidak ramah dan kaku.

5. Penyebaran dan Variasi Dialek. Variasi dalam dialek atau penyebaran geografis dapat mempengaruhi makna kata. Contohnya kata 'lift' di Inggris berarti 'elevator' di Amerika Serikat.

***

Semua yang ada di dunia pasti berubah, begitu juga manusia. Manusia menciptakan bahasa untuk berkomunikasi, maka kata dalam bahasa bisa berubah seiring berubahnya zaman.

Kelebihan dan Kelemahan Orang dengan Kecerdasan Linguistik

Kelebihan dan Kelemahan Orang dengan Kecerdasan Linguistik

Kecerdasan linguistik berhubungan dengan keterampilan menggunakan kata-kata. Howard Gardner, psikolog AS, menyebut kalau kecerdasan linguistik adalah kepekaan terhadap makna kata-kata, urutannya, bunyinya, ritme, infleksi, fungsi bahasa yang berbeda, fonologi, sintaksis, dan pragmatik.

 

Howard Gardner adalah pencetus Theory of Multiple Intelligence atau teori kecerdasan berganda dalam bukunya Frames of Mind yang terbit tahun 1983. 

Ada 8 kecerdasan yang umum dimiliki manusia menurut Howard Gardner, yaitu:

  1. Lingustic intelligence (kecerdasan berbahasa) atau word smart
  2. Logical-mathematical intelligence (kecerdasan logika-matematika) atau number/reasoning smart.
  3. Spatial intelligence (kecerdasan gambar) atau picture smart.
  4. Bodily-kinesthetic intelligence (kecerdasan jasmani) atau body smart.
  5. Musical intelligence (kecerdasan musik)
  6. Interpersonal intelligence (kecerdasan interpersonal) atau people smart
  7. Intrapersonal intelligence (kecerdasan diri) atau self smart.
  8. Naturalist intelligence (kecerdasan alam) atau nature smart.
    Theory of Multiple Intelligence by Howard Gardner (simplypsychology.org)

Kelebihan Orang dengan Kecerdasan Linguistik

 

Secara umum orang dengan kecerdasan linguistik pandai bercerita, suka berdebat atau berpidato, dan mampu menjelaskan berbagai hal dengan baik.

Orang yang punya kecerdasan linguistik lebih mudah memahami bahasa dan menggunakan bahasa daripada orang dengan kecerdasan lainnya.

Ini ciri utama orang dengan kecerdasan linguistik:

1. Tidak takut bicara di depan umum. Secara alamiah, orang dengan kecerdasan linguistik tidak takut bicara di depan umum.

Mereka mahir berbicara dengan orang lain dengan cara yang meyakinkan dan persuasif.  

Mereka tahu kata-kata yang tepat saat menyampaikan maksud atau menjelaskan hal yang sulit. Mereka juga mempertimbangkan karakter orang yang diajak bicara dan menyesuaikan tingkat kesulitan komunikasinya.

Kalau berbicara dengan anak-anak secara naluriah mereka akan menggunakan kosakata yang lebih sederhana dan struktur kalimat yang lebih langsung dan lugas.  

Kalau bicara dengan orang lain yang berpendidikan tinggi, maka mereka akan memilih tingkat kosakata dan struktur kalimat kompleks yang sesuai.

Kalau begitu apakah sales termasuk orang dengan kecerdasan linguistik? Yes, sama seperti penulis, novelis, cerpenis, penyunting (editor), guru, dosen, wartawan, pengacara, pelatih olahraga, penyiar, pembawa acara, humas, dan penerjemah/interpreter.

2. Pintar menulis. Orang yang suka menulis jurnal harian yang berisi cerita tentang kegiatan dan pengalaman sehari-hari termasuk orang dengan kecerdasan linguistik yang tinggi.

Menulis punya nilai terapeutik karena menyenangkan dilakukan bagi kita yang suka menulis. Bermain dengan struktur kalimat dan tata bahasa serta makna yang rumit adalah hobi buat orang dengan kecerdasan linguistik. 

Apakah blogger termasuk orang dengan kecerdasan linguistik tinggi? Iya banget, mereka kan hampir tiap hari nulis. Orang tanpa bakat linguistik tidak mungkin betah menulis tiap hari tanpa disuruh.

3. Suka membuat dan menyelesaikan TTS. Teka-teki silang atau disingkat TTS punya petunjuk yang rumit dengan jawaban yang bisa jadi terlalu jadul untuk orang jaman sekarang.

Orang yang membuat TTS sangat suka membaca dan bermain dengan kata-kata yang sulit dipahami. Maka hanya orang yang punya kecerdasan linguistik yang mampu menyelesaikan TTS.

4. Mudah mempelajari bahasa asing. Orang dengan kecerdasan linguistik punya kemampuan alami untuk mendengar nuansa bunyi suatu bahasa dan memahami penggunaan sintaksis dan tata bahasanya.

Saat liburan ke suatu negara, misalnya, sebagian orang akan merasa kewalahan dan bingung saat jalan di pasar atau festival terbuka.

Namun, seseorang dengan keterampilan bahasa yang baik akan menjadi peka dan cepat belajar cara mengajukan pertanyaan dan perintah dasar dalam bahasa tersebut. Setelah beberapa kali mengunjungi pasar, mereka akan dapat menggunakan pengetahuan itu untuk bercakap-cakap dengan pedagang dengan sangat mudah.

5. Pandai berdebat. Orang dengan tingkat kecerdasan linguistik yang tinggi adalah pendebat yang sangat baik.  

Mereka mendengarkan dan memproses setiap suku kata yang diucapkan lawan bicaranya dan dengan mudah menemukan setiap kesalahan dalam logika atau fakta yang dilebih-lebihkan.  

Saat tiba giliran untuk bicara, kata-kata akan mengalir dengan mudah dari bibir mereka untuk menghancurkan perspektif lawan bicara. Mereka akan menyajikan serangkaian argumen tandingan yang meyakinkan dan konklusif. 

Meskipun dasar logika mereka sedikit goyah, nada dan sikap mereka yang memancarkan kepercayaan diri tinggi akan lebih meyakinkan daripada logika itu sendiri.

Lalu, apakah politikus yang suka ngeles termasuk orang yang punya kecerdasan linguistik? Sayangnya iya karena mereka punya kemampuan berbicara di depan umum, menulis, negosiasi dan persuasi, juga keterampilan mendengarkan.

Kelemahan Orang dengan Kecerdasan Linguistik

 

Mereka pandai bicara dan menulis, tapi ternyata kesulitan dengan hal berikut:

1. Tidak pandai membaca grafik. Kecerdasan linguistik berkaitan dengan kata-kata, tetapi tidak dengan angka. 

Orang dengan keterampilan verbal tingkat tinggi sulit membaca grafik atau diagram. Mereka butuh waktu lebih lama untuk mengidentifikasi informasi yang ditampilkan pada grafik atau diagram.

Ini karena melihat grafik dan memahami maknanya merupakan keterampilan visual-spasial yang biasanya dikuasai orang dengan kecerdasan visual-spasial. Orang dengan kecerdasan linguistik akan kesulitan untuk melakukannya dengan baik dalam ranah kecerdasan ini. 

Begitu juga sebaliknya, kalau orang dengan kecerdasan visual-spasial yang hebat diminta mengartikan satu informasi dalam bentuk paragraf, mereka akan kesulitan memahaminya. Mereka akan lebih mudah memahami jika informasi itu tersaji dalam bentuk grafik (gambar) atau diagram.

2. Buruk dalam mengalisis statistik. Analisis statistika melibatkan banyak angka dan simbol yang mewakili berbagai operasi numerik.

Orang dengan kecerdasan linguistik bakal kesulitan memahaminya karena tidak berbasis teks. Mereka sulit memahami saat matematika disajikan dalam format komputasional, tapi mudah memahami kalau disajikan secara verbal.

Namun, hampir tidak ada matematika yang disajikan dalam bentuk verbal atau kata-kata. Makanya jangan heran kalau ada orang dengan bakat linguistik yang tinggi dia lemah dalam matematika.

Cara Mengasah Kecerdasan Linguistik

 

Orang yang terlahir dengan kecerdasan linguistik bisa berkurang kecerdasannya kalau tidak dilatih dan diasah. Orang yang tidak punya bakat linguistik bahkan bisa terlihat berbakat kalau dia rajin latihan dan mengasah keterampilan linguistik itu.

Ini cara supaya kecerdasan linguistik kita semakin tajam dan tidak hilang.

Membaca buku. Banyak membaca, terutama buku-buku dengan genre yang berbeda, dapat memperkaya kosakata dan gaya bahasa.

Menulis. Cobalah menulis esai, cerita pendek, atau bahkan blog secara teratur bisa meningkatkan keterampilan ekspresi dan struktur kalimat.

Berbicara di depan umum. Bergabung dengan klub debat atau organisasi seperti Toastmasters untuk mengasah kemampuan berbicara dan berargumen di depan umum.

Belajar bahasa baru. Mempelajari bahasa asing dapat membantu memahami struktur bahasa dan memperluas kemampuan linguistik.

Mendengarkan dan menonton: mendengarkan podcast (siniar), menonton film, atau video dengan dialog yang kaya dapat memberikan contoh penggunaan bahasa yang baik.

Menulis Jurnal atau buku harian: Menulis jurnal pribadi dapat membantu dalam mengartikulasikan pikiran dan perasaan secara bebas tanpa tekanan.

Ikut kursus online. Ada banyak kursus online tentang penulisan kreatif, copywriting, dan teknik komunikasi yang bisa diikuti untuk memperdalam kemampuan.

Bermain permainan kata. Permainan seperti scrabble atau crossword puzzles (TTS) dapat membantu meningkatkan kosakata dan kemampuan berpikir cepat.

Latihan mendengarkan aktif. Berlatih mendengarkan dengan penuh perhatian dan merespons secara tepat dalam percakapan sehari-hari.

Alasan Kita Ngerti Bahasa Inggris tapi Gak Bisa Ngomongnya

Alasan Kita Ngerti Bahasa Inggris tapi Gak Bisa Ngomongnya

Banyak dari kita yang mengerti bila ada orang bicara bahasa Inggris, tapi begitu mau ngomong lidah rasanya kaku dan kelu. Kenapa bisa begitu, ya? Kenapa kita paham mendengar, tapi gak bisa ngomongnya?

Penyebab utamanya tentu dari kita sendiri. Sebab kedua biasanya datang dari orang terdekat, misal teman dan keluarga. Lima hal di bawah ini bisa jadi sebab lain yang membuat kita ngerti bahasa Inggris tapi gak bisa ngomongnya.

1. Kuatir Salah

 

Sebelum ngomong biasanya kita kuatir duluan. Kuatir salah pengucapan (pronounciation), salah kata (vocabulary), salah konteks, dan kekuatiran lain yang akhirnya bikin kita gak percaya diri untuk ngomong Inggris.

Yakinkan diri bahwa kita mau ngomong Inggris untuk belajar, bukan gegayaan atau berlagak keminggris. Dengan begitu kita jadi termotivasi dan kekhawatiran itu pun jadi berkurang bahkan menghilang.

2. Kebanyakan Mikirin Grammar

 

Kalau kita ngerti bahasa Inggris tapi gak bisa ngomongnya kemungkinan besar kita sudah tahu tentang grammar (tata bahasa).

Namun, justru karena kita tahu grammar jadinya malah kebanyakan mikirin grammar. Kita tahu seperti apa simple present tense, pasti kita mikir kalimat yang mau diomongkan sudah betul atau belum sesuai simple present tense.

Begitu juga dengan, misal, past tense, sudah betul belum, ya, dengan strukturnya. Kebanyakan mikirin grammar lama-lama kita malah gak jadi ngomong karena bingung sendiri.

3. Sibuk Mengartikan Terjemahan Kata

 

Sebelum ngomong kita biasanya mengingat-ingat dulu arti kata bahasa Indonesia ke bahasa Inggris. Untuk bicara satu kalimat dengan lima kata, berarti ada lima kata yang harus kita terjemahkan dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris.

Sibuk mengartikan satu-satu kata per kata bahasa Indonesia ke bahasa Inggris bikin waktu kita habis dan malah gak jadi ngomong Inggris.

4. Gak Punya Teman Latihan

 

Ini yang paling sering terjadi pada banyak orang. Mau lancar bahasa Inggris, tapi gak punya teman buat latihan. 

Mau latihan sendiri rasanya aneh dan malu andai dilihat orang kita sedang ngomong sendirian. Alhasil kita jadi gak pernah latihan ngomong Inggris dan cuma mengerti percakapan orang lain saja.

5. Sering Diolok

 

Teman dan keluarga kadang jadi pihak yang paling sering mengolok atau mengejek saat kita sedang latihan ngomong Inggris.

Akhirnya kita jadi patah semangat, malu, dan tidak lagi mencoba latihan bicara Inggris. Kalau ini yang terjadi, tidak ada salahnya mengajak teman atau keluarga itu untuk sama-sama belajar bicara Inggris. 

Siapa tahu mengolok mengolok karena iri dan ingin juga bicara Inggris, tapi tidak tahu caranya.

Beritahu mereka alasan kita ingin lancar bicara Inggris. Apakah untuk liburan ke luar negeri, bekerja di negara asing, atau ingin mengasah kemampuan berbahasa asing selain bahasa daerah dan bahasa Indonesia.

Rata-rata orang Indonesia sekarang menguasai tiga bahasa sekaligus, yaitu bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa Inggris. Jadi katakan pada yang mengolok kalau tidak ada salahnya kita latihan bicara Inggris.

Cara Latihan Ngomong Inggris

 

Kalau kita sudah ngerti bahasa Inggris, minimal ngerti apa yang diomongin di YouTube Short tanpa subtitle, berarti modal kita sudah sangat bagus, tinggal lancarin aja ngomongnya.

Paling utama harus kita lakukan adalah memaksa diri untuk tidak memedulikan ejekan orang. Biarkan saja mereka bilang kita Inggrisnya medok Jawa banget. Biar saja orang bilang kita ngomongnya kaku patah-patah. Biarin, namanya juga belajar.

Bahasa Inggris bukan bahasa utama kita, jadi wajar kalau saat bicara logat daerah kita terbawa. Itu dialami semua orang di dunia yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris.

Setelah itu latihan mengucapkan kalimat percakapan singkat berulang kali sampai lidah terasa fasih dan tidak kaku lagi. Misal, "How you doing?" atau, "What is it?" bisa juga sekadar mengucapkan selamat pagi, sore, atau malam seperti, "Good morning!" kepada orangtua, adik, kakak, atau teman.

Saat sedang menonton film berbahasa Inggris cobalah mengulang kalimat yang diucapkan pemerannya. Pause dulu filmnya lalu ulangi kalimat yang diucapkannya sampai logat kita sudah mirip dengan logat si pemeran film.

Latihan Menulis Bahasa Inggris

 

Sering-seringnya menulis dengan bahasa Inggris saat kita posting di media sosial, status Whatsapp, atau saat chatting dengan teman dan saudara. Gak usah kuatir dibilang sok keminggris, niatkan hati untuk belajar bukan sok-sokan.

Kalau ada orang yang membetulkan kalimat dipostingan atau chat kita, berterima kasihlah dan tidak perlu tersinggung.

Perbanyak latihan menulis bahasa Inggris dengan kata dan kalimat baku, misal "I want to eat" alih-alih 'I wanna eat'. 

Kalau perlu nyalakan fitur autocorrect bahasa Inggris di setelan keyboard ponsel kita. Autocorrect akan otomatis membetulkan andai kita salah mengetik suatu kata.

Rajin Buka Kamus dan Ensiklopedia Bahasa Inggris

 

Kamus sekarang tidak perlu beli, cukup ketik kata yang ingin kita tahu artinya di Google, tidak sampai sedetik langsung muncul terjemahannya.

Kita juga perlu baca ensiklopedia. Kalau tidak ada ensiklopedia atau malas mencarinya, kita bisa ketikkan satu kata bahasa Inggris di Google, nanti Google akan menampilkan arti dari kata itu (bukan terjemahannya). Sumbernya bisa dari kamus/ensiklopedia Oxford Dictionary, Merriem-Webster, Britannica, atau bahkan Wikipedia.

Dengan begitu wawasan kita terhadap kosakata bahasa Inggris makin bertambah. Hal itu bisa mendongkrak kepercayaan diri untuk bicara bahasa Inggris, bukan cuma ngerti terjemahannya saja.

Related: Banyak Baca Banyak Tahu Tidak Baca Sok Tahu

Remember, practice makes perfect. Makin sering kita latihan makin lancar kita ngomong Inggris. Hal sama berlaku kalau kita mempelajari bahasa lain, misal bahasa Jawa, Sunda, Prancis, dan bahasa lain.

Beda Keluarga, Saudara, dan Kerabat

Beda Keluarga, Saudara, dan Kerabat

Secara kata, keluarga, saudara, dan kerabat punya arti yang serupa dan maknanya sering disamakan. 

Memang tidak salah, hanya saja kita mungkin perlu membedakan apakah harus menyebut seseorang dengan keluarga, saudara, atau kerabat untuk memudahkan pengenalan terhadap garis keturunan atau kekerabatan.

Keluarga dibagi jadi empat, yaitu keluarga inti, keluarga besar, keluarga bilateral, dan keluarga kerajaan. Keluarga kerajaan?!

Keluarga


1. Keluarga inti (batih), yaitu anak dan suami/istri atau orang yang satu rumah dengan kita meski tidak ada hubungan darah atau hubungan perkawinan.

Bisa dibilang pekerja rumah tangga (PRT) dan supir yang tinggal serumah dengan kita adalah keluarga. Keluarga inti yang hanya terdiri dari ibu, bapak, dan anak-anak disebut juga dengan keluarga elementer.

2. Keluarga besar, yaitu keluarga inti ditambah dengan ipar, mertua, keponakan, dan menantu.

Kita dengan orang tua, anak, ipar, mertua, dan menantu adalah keluarga besar. Namun, kalau ditambah adiknya ipar, orangtuanya ipar, dan sepupunya ipar, itu namanya keluarga bilateral, bukan lagi keluarga besar.

3. Keluarga bilateral adalah seluruh keluarga dari pihak ibu dan bapak kita. Termasuk dalam keluarga bilateral adalah anak dari sepupu orang tua dan anak dari sepupu kita.

4. Keluarga kerajaan, yaitu seluruh keluarga raja atau ratu yang sedang memerintah. Keluarga kerajaan tidak ada di Indonesia, biasanya ada di Eropa yang masih menganut sistem kerajaan seperti Inggris, Belanda, Belgia, Spanyol, dan Swedia. 

Keraton atau kesultanan yang ada di Yogya, Solo, Banten, Gorontalo dan lainnya lebih familiar disebut keluarga keraton karena Indonesia negara kesatuan berbentuk republik yang tidak menganut sistem monarki parlementer.

Saudara

 

Arti dan makna saudara juga ada beberapa, kita bisa menggunakan kata 'saudara' sesuai konteks dan kepentingan.

1. Saudara kandung. Selain bisa menyebut adik dan kakak kita dengan keluarga inti, kita juga bisa menyebut mereka dengan saudara kandung.

Saudara kandung adalah kakak atau adik yang beribu dan berbapak sama dengan kita.

2. Saudara sedarah. Saudara sedarah belum tentu jadi saudara kandung karena bisa saja mereka satu ayah, tapi beda ibu, atau punya ibu yang sama, tapi ayahnya beda.

3. Saudara segolongan, sepaham, dan seagama. Orang yang tidak berhubungan darah dan bertalian pernikahan juga bisa disebut saudara. 

Merekalah yang kita sebut saudara segolongan, sepaham, dan seagama. Itulah kenapa kita sering menyebut mereka dengan sebutan saudara seiman, saudara sebangsa setanah air, bahkan saudara senasib sepenanggungan.

Kata 'saudara' juga biasa dipakai generasi sebelum tahun 1990 sebagai kata ganti 'anda' dalam berbagai konteks. Generasi jaman dulu sering memanggil rekan sejawat atau rekan akrab dengan sebutan 'saudara'  untuk menunjukkan bahwa mereka sepemahaman.

Sekarang yang masih menggunakan kata 'saudara' untuk menggantikan kata 'anda' adalah para hakim, pengacara, jaksa, polisi, atau mereka yang berkepentingan di bidang hukum dan peradilan.

4. Saudara sepupu. Sepupu adalah anak dari kakak/adik ibu dan bapak kita. 

Banyak dari kita yang akrab dengan sepupu karena sekolah bareng, nongkrong bareng, jalan bareng, atau karena sering main bareng.

Meski pertalian darah sepupu dekat dengan kita karena orangtua kita dan mereka adik-kakak, sepupu bukanlah mahram jadi boleh dinikahi.

Pada sepupu (yang betul-betul sepupu) karena orangtua kita beradik-kakak dengan orangtua mereka, lebih baik menyebutnya langsung dengan 'sepupu' atau misan, bukan 'saudara sepupu'.

Kerabat

 

Semua saudara adalah kerabat, tapi tidak semua kerabat adalah saudara. Makanya meski di KBBI arti kerabat mirip dengan saudara, bedanya kalau kerabat tidak ada hubungan darah, tapi karena perkawinan.

Kerabat tidak ada hubungan darah hubungan darah, tapi jalinan kekeluargaan terjadi dari pernikahan. Misalnya kita punya adik ibu namanya Tante Sinta. Tante Sinta menikah dengan Om Iwan. Kakak dan adik Om Iwan bukan saudara kita, tapi mereka jadi berkerabat dengan kita karena pernikahan Om Iwan dengan Tante Sinta.

Sama juga kalau kakak dan adik kita menikah. Misal Kak Santi kakak kita menikah dengan Bang Saleh. Kakak dan adik Bang Saleh jadi kerabat kita karena pernikahan kakak kita dengan kakak mereka.

Sesama kerabat bisa saling akrab melebihi saudara kalau mereka sefrekuensi. Kalau mereka sudah akrab biasanya saling menyebut sesama dengan sebutan saudara, bukan lagi kerabat.

***

Boleh saja kita menyamakan semuanya dengan sebutan saudara atau keluarga. Penyebutan berdasarkan hubungan darah dan tali perkawinan hanya untuk memudahkan kita mengenali mereka mana yang yang keluarga, saudara, atau kerabat.

Pemisahan sebutan ini juga bermanfaat kalau anak atau cucu kita bertanya, "Paklik Dul itu saudara dari siapa, Pak?" atau "Mas Fandi itu siapanya Ibu?"

Jadi untuk mempermudah menyebut anggota keluarga dan asal-usul hubungannya dengan kita, kita bagi jadi tiga sebutan yaitu keluarga, saudara, dan kerabat.