Semua narablog alias blogger pasti tahu kalau riset kata kunci alias keyword research itu salah satu koentji yang bikin blog kita muncul di halaman pertama dan berpotensi besar untuk diklik.
Konon, blogger yang menulis tanpa melakukan riset kata kunci jangan harap blognya dikunjungi pembaca.
Blog yang tanpa pembaca katanya bakal sulit di-monetize
karena penyedia iklan seperti AdSense, OptAd, ADOP, Adsterra, dan
lain-lain hanya membayar jika iklan mereka di blog tayang dan
diklik puluhan ribu bahkan ratusan ribu kali dalam sebulan.
Jumlah
tayangan dan klik iklan sebesar itu hanya bisa didapat oleh blog ber-niche populer seperti edukasi, kesehatan, asuransi, keuangan, wisata, dan kuliner.
Gampang juga diraih oleh blog publik seperti Terminal Mojok, Kompasiana, dan IDN Times dengan
ratusan ribu organic traffic dan unique pageviews per bulannya.
Bagi blog baru, amatir, dan tidak punya niche (topik khusus) seperti emperbaca.com, iklan tetap bisa tampil di blog. Namun, pendapatannya tidak sebesar blog niche.
Kalaupun sebuah blog ramai dikunjungi, iklan juga belum tentu
tayang karena pengunjung memakai adblocker yang menghalangi munculnya iklan di peramban (browser) mereka.
Saya
pernah baca blog milik beberapa blogger yang nampaknya sudah gajian
jutaan dari monetisasi blognya. Mereka bilang nulis tanpa riset keyword
itu sia-sia dan bakal menenggelamkan blog kita ke halaman paling bawah
di mesin pencari. SYEREM!
Apa Gunanya Riset Keyword?
Kata para narablog profesional yang berpenghasilan jutaan rupiah dari blognya, riset keyword gunanya supaya kita gak asal nulis buat ngisi blog.
Misal, kita mau nulis: cara merawat anak kucing baru lahir.
Kita lihat bagaimana persaingan di kata kunci tersebut. Berapa banyak
orang yang mencari kata kunci itu tiap bulannya di mesin pencari. Dan,
masih banyak lagi indikator yang akan memberi gambaran apakah suatu kata
kunci bisa jadi artikel yang mejeng di halaman satu Google atau tidak.
Kalau artikel kita ada di page one
Google, berarti kesempatan orang mampir ke blog itu makin BESAR karena
tidak ada orang yang mau capek mencari sampai ke halaman-halaman
berikutnya. Maka memastikan artikel kita ada di halaman 1 Google adalah
satu langkah terdepan bila ingin menghasilkan uang dari blog.
Ozy Vebry Alandika, peraih Best in Specific Interest di Kompasiana Awards sekaligus blogger pendidikan di gurupenyemangat.com pernah memberitahu saya cara riset keyword supaya artikel cepat nangkring di halaman pertama Google.
Riset keyword ternyata mudah! Tapi, ternyata
membuat mood menulis saya turun drastis karena bila keyword yang ingin
tulis tidak punya search volume yang rendah dan lain-lainnya, saya harus
mencari ide keyword lain.
Kelamaan nyari kata kunci yang mau dibuat artikel bikin capek dan akhirnya hilang ide lalu jadi malas nulis.
Lebih dari itu, sebagian blogger lupa kalau keyword research hanya berguna buat blog niche, bukan blog gado-gado.
Mood Menulis
Saya pernah riset keyword untuk kata kunci: metaverse dan multiverse
karena tersentil oleh anak Twitter (sekarang X) yang ngetwit kalau mendengar
kata metaverse, dia jadi ingat Doctor Strange. Padahal yang ada di
Doctor Strange adalah multiverse.
Berdasarkan
data dari Ubersuggest, keyword itu, "Gak banget, deh, mending nulis yang
lain aja," tapi saya tetap nulis walau tahu tidak bakal dapat trafik
dari mesin pencari manapun.
Selain dapat ide dari Twitter, tujuan utama saya waktu menulis metaverse dan multiverse adalah mengedukasi keluarga
besar yang menganggap NFT, Criptocurrency, dan semua yang ada di
internet dalam bentuk metaverse haram diperdagangkan karena tidak ada
wujudnya.
Kasihan sekali keluarga besar saya
bila tidak mengikuti kemajuan zaman hanya karena terkungkung oleh
pemahaman agama yang sempit.
Islam itu
sendiri, pada Al-Qur'an dan Hadis serta riwayat para khulafaur rasyidin,
banyak menyuratkan kita untuk maju, bukan melihat ke belakang. Yang
dilihat perangnya terus, kafir melulu, bid'ah forever, dan haram always,
sementara kemajuan ilmu pengetahuan yang dicapai para ilmuwan muslim
tidak ditiru.
Lalu, kenapa menulis perlu mood? Kan, tinggal nulis aja gitu, apa susahnya ngetik? Mood
(suasana hati) gampang dibangun, tapi juga bisa cepat hilang dalam satu
kedipan mata. Jadi, bila sudah ada mood menulis, sebaiknya dijaga
supaya tetap fokus pada apa yang mau ditulis dan menghasilkan tulisan
bagus.
Tujuan Ngeblog
Kalau gak pake riset keyword nyungsep, lho! Artikel-artikelnya gak ada yang nangkring di halaman 1 Google. Nanti Adsensenya gak payout karena nulis artikel yang CPC-nya nol terus.
Kembali
ke tujuan kita ngeblog. Kalau tujuan awal kita ngeblog untuk nulis
sambil cari duit, maka riset keyword WAJIB dilakukan. Makin banyak
artikel kita yang muncul di halaman satu Google (dan mesin pencari
lain), makin besar kita dapat trafik. Makin banyak trafik maka blog kita
makin bernilai seiring dengan naiknya domain authority dan page authority.
Saya sendiri punya blog di Blogspot sudah lama banget, jadi tinggal nerusin saja. Dulu
belum tahu (tidak mau tahu) soal riset keyword, SEO on-page, template
blog yang mobile friendly dll. Bahkan saya sempat meninggalkan Blogspot
dan beli hosting sendiri supaya bebas mengkreasikan tampilan blog.
Buat
saya ngeblog itu mengasah bakat menulis yang muncul sejak kelas 3 SD.
Ngeblog juga mewujudkan cita-cita masa kecil ingin punya penerbitan
majalah sendiri. Waktu itu saya melihat yang bekerja di media massa,
terutama wartawan, adalah orang yang keren karena mereka pintar, cerdas,
serba tahu, dan kenal banyak orang.
Ternyata setelah mengalami sendiri jadi wartawan, rasanya melelahkan. Lalu resign setahun kemudian.
Walaupun kita ngeblog bukan berdasar money oriented, setidaknya pakailah template yang SEO friendly. Template emperbaca.com ini skor SEO-nya 61. Cuma, SEO on-page-nya berantakan dan tidak pakai riset keyword, jadi saldo Adsensenya juga belum cukup buat jajan cilok.
Perbarui Konten Secara Rutin
Rutin disini maksudnya tiap hari, ya, bukan sebulan sekali. Sesuai namanya, salah satu ciri weblog adalah keterbaruan konten yang lebih cepat dari website milik Pemda.
Walau kita tidak melakukan riset keyword dan menulis dengan teknik SEO on-page, makin rajin kita posting artikel (yang berkualitas), makin besar peluang kita nongol di Google, minimal di halaman 5-10.
Artikel berkualitas, adalah artikel yang:
1. Ditulis dengan disertai riset data atau riset pustaka.
Kalau
kamu curhat punya bestie toxic, maka sertakan info apa efek negatif
punya bestie yang toxic. Sertakan sumber dari mana info itu didapat atau
pasang sebagai link aktif di dalam artikel.
2. Lengkap. Kalau kamu punya pengalaman pribadi yang berhubungan dengan topik yang ditulis, sertakan pengalaman itu. Secukupnya aja, gak usah jadi biografi. Pengalaman orang lain juga boleh.
Tulis artikel selengkap-lengkapnya dan sedetail-detailnya. Walau orang Indonesia gak
suka baca yang panjang-panjang, tapi Google suka artikel panjang
karena dianggap lengkap. Kita perlu mengikuti Google karena pembaca kita
nanti akan lebih banyak berasal dari Google.
3. Mematuhi ketentuan jumlah kata. Jumlah kata yang disarankan dalam sebuah artikel minimal 300-500 kata,
tapi banyak blogger Indonesia yang menyarankan kita menulis mininal
800-1000 kata supaya mudah terbaca robot Google yang melakukan indexing
ke blog kita.
Kalau kamu menganggap dengan 500
kata saja informasi diartikelmu sudah lengkap, ya sudah. Tidak perlu
diperpanjang sampai 1000 kata karena malah bikin artikelmu jadi
ngalor-ngidul gajelas.
Konten Evergreen di Blog Gado-gado
Selama tiga bulan emperbaca.com mengudara, saya banyak membaca blog yang SEO banget dengan taksiran penghasilan minimal Rp1,8jt per bulan.
(FYI: upah blogger dari AdSense jauh lebih kecil dibanding YouTuber, by the way)
Dari situ saya berkesimpulan bahwa jenis konten seperti emperbaca.com ini termasuk blog dengan konten evergreen.
Blog
dengan konten evergeen adalah blog yang konten-kontennya tidak lekang
dimakan waktu walau tanggal postingnya sudah lama. Isi dari artikel
evergreen relevan dibaca kapan saja, bahkan bertahun-tahun mendatang
karena topik yang dibahas tidak mengikuti isu dan tren yang sedang
populer.
Blog evergreen biasanya tidak punya
niche (topik khusus) alias isinya gado-gado. Meski begitu, blog dengan
konten evergreen bisa saja punya niche, misal blog musik, blog teater,
atau blog pertanian.
Blog evergreen yang punya satu niche bahkan amat mudah di-monetize. Para advertiser
yang pasang iklan di Google Ads, Facebook, dll senang pada blog yang
fokus pada niche tertentu ketimbang blog gado-gado yang hari ini bahas
musik, besoknya bahas minyak goreng mahal.
***
Last but not least, pakai riset keyword atau tidak, blog di-monetize
atau tidak, ada yang baca atau tidak, tetaplah menulis. Menulis bisa
mencegah kita pikun. Juga mencegah kita dari perbuatan ghibah di medsos.
Pun membuat kita bahagia karena menulis bisa jadi tempat mencurahkan
isi hati walau pakai bahasa campur-campur ala keminggris.
0 Comments
Posting Komentar