Kelebihan dan Kelemahan Orang dengan Kecerdasan Linguistik

Kelebihan dan Kelemahan Orang dengan Kecerdasan Linguistik

Kecerdasan linguistik berhubungan dengan keterampilan menggunakan kata-kata. Howard Gardner, psikolog AS, menyebut kalau kecerdasan linguistik adalah kepekaan terhadap makna kata-kata, urutannya, bunyinya, ritme, infleksi, fungsi bahasa yang berbeda, fonologi, sintaksis, dan pragmatik.

 

Howard Gardner adalah pencetus Theory of Multiple Intelligence atau teori kecerdasan berganda dalam bukunya Frames of Mind yang terbit tahun 1983. 

Ada 8 kecerdasan yang umum dimiliki manusia menurut Howard Gardner, yaitu:

  1. Lingustic intelligence (kecerdasan berbahasa) atau word smart
  2. Logical-mathematical intelligence (kecerdasan logika-matematika) atau number/reasoning smart.
  3. Spatial intelligence (kecerdasan gambar) atau picture smart.
  4. Bodily-kinesthetic intelligence (kecerdasan jasmani) atau body smart.
  5. Musical intelligence (kecerdasan musik)
  6. Interpersonal intelligence (kecerdasan interpersonal) atau people smart
  7. Intrapersonal intelligence (kecerdasan diri) atau self smart.
  8. Naturalist intelligence (kecerdasan alam) atau nature smart.
    Theory of Multiple Intelligence by Howard Gardner (simplypsychology.org)

Kelebihan Orang dengan Kecerdasan Linguistik

 

Secara umum orang dengan kecerdasan linguistik pandai bercerita, suka berdebat atau berpidato, dan mampu menjelaskan berbagai hal dengan baik.

Orang yang punya kecerdasan linguistik lebih mudah memahami bahasa dan menggunakan bahasa daripada orang dengan kecerdasan lainnya.

Ini ciri utama orang dengan kecerdasan linguistik:

1. Tidak takut bicara di depan umum. Secara alamiah, orang dengan kecerdasan linguistik tidak takut bicara di depan umum.

Mereka mahir berbicara dengan orang lain dengan cara yang meyakinkan dan persuasif.  

Mereka tahu kata-kata yang tepat saat menyampaikan maksud atau menjelaskan hal yang sulit. Mereka juga mempertimbangkan karakter orang yang diajak bicara dan menyesuaikan tingkat kesulitan komunikasinya.

Kalau berbicara dengan anak-anak secara naluriah mereka akan menggunakan kosakata yang lebih sederhana dan struktur kalimat yang lebih langsung dan lugas.  

Kalau bicara dengan orang lain yang berpendidikan tinggi, maka mereka akan memilih tingkat kosakata dan struktur kalimat kompleks yang sesuai.

Kalau begitu apakah sales termasuk orang dengan kecerdasan linguistik? Yes, sama seperti penulis, novelis, cerpenis, penyunting (editor), guru, dosen, wartawan, pengacara, pelatih olahraga, penyiar, pembawa acara, humas, dan penerjemah/interpreter.

2. Pintar menulis. Orang yang suka menulis jurnal harian yang berisi cerita tentang kegiatan dan pengalaman sehari-hari termasuk orang dengan kecerdasan linguistik yang tinggi.

Menulis punya nilai terapeutik karena menyenangkan dilakukan bagi kita yang suka menulis. Bermain dengan struktur kalimat dan tata bahasa serta makna yang rumit adalah hobi buat orang dengan kecerdasan linguistik. 

Apakah blogger termasuk orang dengan kecerdasan linguistik tinggi? Iya banget, mereka kan hampir tiap hari nulis. Orang tanpa bakat linguistik tidak mungkin betah menulis tiap hari tanpa disuruh.

3. Suka membuat dan menyelesaikan TTS. Teka-teki silang atau disingkat TTS punya petunjuk yang rumit dengan jawaban yang bisa jadi terlalu jadul untuk orang jaman sekarang.

Orang yang membuat TTS sangat suka membaca dan bermain dengan kata-kata yang sulit dipahami. Maka hanya orang yang punya kecerdasan linguistik yang mampu menyelesaikan TTS.

4. Mudah mempelajari bahasa asing. Orang dengan kecerdasan linguistik punya kemampuan alami untuk mendengar nuansa bunyi suatu bahasa dan memahami penggunaan sintaksis dan tata bahasanya.

Saat liburan ke suatu negara, misalnya, sebagian orang akan merasa kewalahan dan bingung saat jalan di pasar atau festival terbuka.

Namun, seseorang dengan keterampilan bahasa yang baik akan menjadi peka dan cepat belajar cara mengajukan pertanyaan dan perintah dasar dalam bahasa tersebut. Setelah beberapa kali mengunjungi pasar, mereka akan dapat menggunakan pengetahuan itu untuk bercakap-cakap dengan pedagang dengan sangat mudah.

5. Pandai berdebat. Orang dengan tingkat kecerdasan linguistik yang tinggi adalah pendebat yang sangat baik.  

Mereka mendengarkan dan memproses setiap suku kata yang diucapkan lawan bicaranya dan dengan mudah menemukan setiap kesalahan dalam logika atau fakta yang dilebih-lebihkan.  

Saat tiba giliran untuk bicara, kata-kata akan mengalir dengan mudah dari bibir mereka untuk menghancurkan perspektif lawan bicara. Mereka akan menyajikan serangkaian argumen tandingan yang meyakinkan dan konklusif. 

Meskipun dasar logika mereka sedikit goyah, nada dan sikap mereka yang memancarkan kepercayaan diri tinggi akan lebih meyakinkan daripada logika itu sendiri.

Lalu, apakah politikus yang suka ngeles termasuk orang yang punya kecerdasan linguistik? Sayangnya iya karena mereka punya kemampuan berbicara di depan umum, menulis, negosiasi dan persuasi, juga keterampilan mendengarkan.

Kelemahan Orang dengan Kecerdasan Linguistik

 

Mereka pandai bicara dan menulis, tapi ternyata kesulitan dengan hal berikut:

1. Tidak pandai membaca grafik. Kecerdasan linguistik berkaitan dengan kata-kata, tetapi tidak dengan angka. 

Orang dengan keterampilan verbal tingkat tinggi sulit membaca grafik atau diagram. Mereka butuh waktu lebih lama untuk mengidentifikasi informasi yang ditampilkan pada grafik atau diagram.

Ini karena melihat grafik dan memahami maknanya merupakan keterampilan visual-spasial yang biasanya dikuasai orang dengan kecerdasan visual-spasial. Orang dengan kecerdasan linguistik akan kesulitan untuk melakukannya dengan baik dalam ranah kecerdasan ini. 

Begitu juga sebaliknya, kalau orang dengan kecerdasan visual-spasial yang hebat diminta mengartikan satu informasi dalam bentuk paragraf, mereka akan kesulitan memahaminya. Mereka akan lebih mudah memahami jika informasi itu tersaji dalam bentuk grafik (gambar) atau diagram.

2. Buruk dalam mengalisis statistik. Analisis statistika melibatkan banyak angka dan simbol yang mewakili berbagai operasi numerik.

Orang dengan kecerdasan linguistik bakal kesulitan memahaminya karena tidak berbasis teks. Mereka sulit memahami saat matematika disajikan dalam format komputasional, tapi mudah memahami kalau disajikan secara verbal.

Namun, hampir tidak ada matematika yang disajikan dalam bentuk verbal atau kata-kata. Makanya jangan heran kalau ada orang dengan bakat linguistik yang tinggi dia lemah dalam matematika.

Cara Mengasah Kecerdasan Linguistik

 

Orang yang terlahir dengan kecerdasan linguistik bisa berkurang kecerdasannya kalau tidak dilatih dan diasah. Orang yang tidak punya bakat linguistik bahkan bisa terlihat berbakat kalau dia rajin latihan dan mengasah keterampilan linguistik itu.

Ini cara supaya kecerdasan linguistik kita semakin tajam dan tidak hilang.

Membaca buku. Banyak membaca, terutama buku-buku dengan genre yang berbeda, dapat memperkaya kosakata dan gaya bahasa.

Menulis. Cobalah menulis esai, cerita pendek, atau bahkan blog secara teratur bisa meningkatkan keterampilan ekspresi dan struktur kalimat.

Berbicara di depan umum. Bergabung dengan klub debat atau organisasi seperti Toastmasters untuk mengasah kemampuan berbicara dan berargumen di depan umum.

Belajar bahasa baru. Mempelajari bahasa asing dapat membantu memahami struktur bahasa dan memperluas kemampuan linguistik.

Mendengarkan dan menonton: mendengarkan podcast (siniar), menonton film, atau video dengan dialog yang kaya dapat memberikan contoh penggunaan bahasa yang baik.

Menulis Jurnal atau buku harian: Menulis jurnal pribadi dapat membantu dalam mengartikulasikan pikiran dan perasaan secara bebas tanpa tekanan.

Ikut kursus online. Ada banyak kursus online tentang penulisan kreatif, copywriting, dan teknik komunikasi yang bisa diikuti untuk memperdalam kemampuan.

Bermain permainan kata. Permainan seperti scrabble atau crossword puzzles (TTS) dapat membantu meningkatkan kosakata dan kemampuan berpikir cepat.

Latihan mendengarkan aktif. Berlatih mendengarkan dengan penuh perhatian dan merespons secara tepat dalam percakapan sehari-hari.

Alasan Kita Ngerti Bahasa Inggris tapi Gak Bisa Ngomongnya

Alasan Kita Ngerti Bahasa Inggris tapi Gak Bisa Ngomongnya

Banyak dari kita yang mengerti bila ada orang bicara bahasa Inggris, tapi begitu mau ngomong lidah rasanya kaku dan kelu. Kenapa bisa begitu, ya? Kenapa kita paham mendengar, tapi gak bisa ngomongnya?

Penyebab utamanya tentu dari kita sendiri. Sebab kedua biasanya datang dari orang terdekat, misal teman dan keluarga. Lima hal di bawah ini bisa jadi sebab lain yang membuat kita ngerti bahasa Inggris tapi gak bisa ngomongnya.

1. Kuatir Salah

 

Sebelum ngomong biasanya kita kuatir duluan. Kuatir salah pengucapan (pronounciation), salah kata (vocabulary), salah konteks, dan kekuatiran lain yang akhirnya bikin kita gak percaya diri untuk ngomong Inggris.

Yakinkan diri bahwa kita mau ngomong Inggris untuk belajar, bukan gegayaan atau berlagak keminggris. Dengan begitu kita jadi termotivasi dan kekhawatiran itu pun jadi berkurang bahkan menghilang.

2. Kebanyakan Mikirin Grammar

 

Kalau kita ngerti bahasa Inggris tapi gak bisa ngomongnya kemungkinan besar kita sudah tahu tentang grammar (tata bahasa).

Namun, justru karena kita tahu grammar jadinya malah kebanyakan mikirin grammar. Kita tahu seperti apa simple present tense, pasti kita mikir kalimat yang mau diomongkan sudah betul atau belum sesuai simple present tense.

Begitu juga dengan, misal, past tense, sudah betul belum, ya, dengan strukturnya. Kebanyakan mikirin grammar lama-lama kita malah gak jadi ngomong karena bingung sendiri.

3. Sibuk Mengartikan Terjemahan Kata

 

Sebelum ngomong kita biasanya mengingat-ingat dulu arti kata bahasa Indonesia ke bahasa Inggris. Untuk bicara satu kalimat dengan lima kata, berarti ada lima kata yang harus kita terjemahkan dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris.

Sibuk mengartikan satu-satu kata per kata bahasa Indonesia ke bahasa Inggris bikin waktu kita habis dan malah gak jadi ngomong Inggris.

4. Gak Punya Teman Latihan

 

Ini yang paling sering terjadi pada banyak orang. Mau lancar bahasa Inggris, tapi gak punya teman buat latihan. 

Mau latihan sendiri rasanya aneh dan malu andai dilihat orang kita sedang ngomong sendirian. Alhasil kita jadi gak pernah latihan ngomong Inggris dan cuma mengerti percakapan orang lain saja.

5. Sering Diolok

 

Teman dan keluarga kadang jadi pihak yang paling sering mengolok atau mengejek saat kita sedang latihan ngomong Inggris.

Akhirnya kita jadi patah semangat, malu, dan tidak lagi mencoba latihan bicara Inggris. Kalau ini yang terjadi, tidak ada salahnya mengajak teman atau keluarga itu untuk sama-sama belajar bicara Inggris. 

Siapa tahu mengolok mengolok karena iri dan ingin juga bicara Inggris, tapi tidak tahu caranya.

Beritahu mereka alasan kita ingin lancar bicara Inggris. Apakah untuk liburan ke luar negeri, bekerja di negara asing, atau ingin mengasah kemampuan berbahasa asing selain bahasa daerah dan bahasa Indonesia.

Rata-rata orang Indonesia sekarang menguasai tiga bahasa sekaligus, yaitu bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa Inggris. Jadi katakan pada yang mengolok kalau tidak ada salahnya kita latihan bicara Inggris.

Cara Latihan Ngomong Inggris

 

Kalau kita sudah ngerti bahasa Inggris, minimal ngerti apa yang diomongin di YouTube Short tanpa subtitle, berarti modal kita sudah sangat bagus, tinggal lancarin aja ngomongnya.

Paling utama harus kita lakukan adalah memaksa diri untuk tidak memedulikan ejekan orang. Biarkan saja mereka bilang kita Inggrisnya medok Jawa banget. Biar saja orang bilang kita ngomongnya kaku patah-patah. Biarin, namanya juga belajar.

Bahasa Inggris bukan bahasa utama kita, jadi wajar kalau saat bicara logat daerah kita terbawa. Itu dialami semua orang di dunia yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris.

Setelah itu latihan mengucapkan kalimat percakapan singkat berulang kali sampai lidah terasa fasih dan tidak kaku lagi. Misal, "How you doing?" atau, "What is it?" bisa juga sekadar mengucapkan selamat pagi, sore, atau malam seperti, "Good morning!" kepada orangtua, adik, kakak, atau teman.

Saat sedang menonton film berbahasa Inggris cobalah mengulang kalimat yang diucapkan pemerannya. Pause dulu filmnya lalu ulangi kalimat yang diucapkannya sampai logat kita sudah mirip dengan logat si pemeran film.

Latihan Menulis Bahasa Inggris

 

Sering-seringnya menulis dengan bahasa Inggris saat kita posting di media sosial, status Whatsapp, atau saat chatting dengan teman dan saudara. Gak usah kuatir dibilang sok keminggris, niatkan hati untuk belajar bukan sok-sokan.

Kalau ada orang yang membetulkan kalimat dipostingan atau chat kita, berterima kasihlah dan tidak perlu tersinggung.

Perbanyak latihan menulis bahasa Inggris dengan kata dan kalimat baku, misal "I want to eat" alih-alih 'I wanna eat'. 

Kalau perlu nyalakan fitur autocorrect bahasa Inggris di setelan keyboard ponsel kita. Autocorrect akan otomatis membetulkan andai kita salah mengetik suatu kata.

Rajin Buka Kamus dan Ensiklopedia Bahasa Inggris

 

Kamus sekarang tidak perlu beli, cukup ketik kata yang ingin kita tahu artinya di Google, tidak sampai sedetik langsung muncul terjemahannya.

Kita juga perlu baca ensiklopedia. Kalau tidak ada ensiklopedia atau malas mencarinya, kita bisa ketikkan satu kata bahasa Inggris di Google, nanti Google akan menampilkan arti dari kata itu (bukan terjemahannya). Sumbernya bisa dari kamus/ensiklopedia Oxford Dictionary, Merriem-Webster, Britannica, atau bahkan Wikipedia.

Dengan begitu wawasan kita terhadap kosakata bahasa Inggris makin bertambah. Hal itu bisa mendongkrak kepercayaan diri untuk bicara bahasa Inggris, bukan cuma ngerti terjemahannya saja.

Related: Banyak Baca Banyak Tahu Tidak Baca Sok Tahu

Remember, practice makes perfect. Makin sering kita latihan makin lancar kita ngomong Inggris. Hal sama berlaku kalau kita mempelajari bahasa lain, misal bahasa Jawa, Sunda, Prancis, dan bahasa lain.

Beda Keluarga, Saudara, dan Kerabat

Beda Keluarga, Saudara, dan Kerabat

Secara kata, keluarga, saudara, dan kerabat punya arti yang serupa dan maknanya sering disamakan. 

Memang tidak salah, hanya saja kita mungkin perlu membedakan apakah harus menyebut seseorang dengan keluarga, saudara, atau kerabat untuk memudahkan pengenalan terhadap garis keturunan atau kekerabatan.

Keluarga dibagi jadi empat, yaitu keluarga inti, keluarga besar, keluarga bilateral, dan keluarga kerajaan. Keluarga kerajaan?!

Keluarga


1. Keluarga inti (batih), yaitu anak dan suami/istri atau orang yang satu rumah dengan kita meski tidak ada hubungan darah atau hubungan perkawinan.

Bisa dibilang pekerja rumah tangga (PRT) dan supir yang tinggal serumah dengan kita adalah keluarga. Keluarga inti yang hanya terdiri dari ibu, bapak, dan anak-anak disebut juga dengan keluarga elementer.

2. Keluarga besar, yaitu keluarga inti ditambah dengan ipar, mertua, keponakan, dan menantu.

Kita dengan orang tua, anak, ipar, mertua, dan menantu adalah keluarga besar. Namun, kalau ditambah adiknya ipar, orangtuanya ipar, dan sepupunya ipar, itu namanya keluarga bilateral, bukan lagi keluarga besar.

3. Keluarga bilateral adalah seluruh keluarga dari pihak ibu dan bapak kita. Termasuk dalam keluarga bilateral adalah anak dari sepupu orang tua dan anak dari sepupu kita.

4. Keluarga kerajaan, yaitu seluruh keluarga raja atau ratu yang sedang memerintah. Keluarga kerajaan tidak ada di Indonesia, biasanya ada di Eropa yang masih menganut sistem kerajaan seperti Inggris, Belanda, Belgia, Spanyol, dan Swedia. 

Keraton atau kesultanan yang ada di Yogya, Solo, Banten, Gorontalo dan lainnya lebih familiar disebut keluarga keraton karena Indonesia negara kesatuan berbentuk republik yang tidak menganut sistem monarki parlementer.

Saudara

 

Arti dan makna saudara juga ada beberapa, kita bisa menggunakan kata 'saudara' sesuai konteks dan kepentingan.

1. Saudara kandung. Selain bisa menyebut adik dan kakak kita dengan keluarga inti, kita juga bisa menyebut mereka dengan saudara kandung.

Saudara kandung adalah kakak atau adik yang beribu dan berbapak sama dengan kita.

2. Saudara sedarah. Saudara sedarah belum tentu jadi saudara kandung karena bisa saja mereka satu ayah, tapi beda ibu, atau punya ibu yang sama, tapi ayahnya beda.

3. Saudara segolongan, sepaham, dan seagama. Orang yang tidak berhubungan darah dan bertalian pernikahan juga bisa disebut saudara. 

Merekalah yang kita sebut saudara segolongan, sepaham, dan seagama. Itulah kenapa kita sering menyebut mereka dengan sebutan saudara seiman, saudara sebangsa setanah air, bahkan saudara senasib sepenanggungan.

Kata 'saudara' juga biasa dipakai generasi sebelum tahun 1990 sebagai kata ganti 'anda' dalam berbagai konteks. Generasi jaman dulu sering memanggil rekan sejawat atau rekan akrab dengan sebutan 'saudara'  untuk menunjukkan bahwa mereka sepemahaman.

Sekarang yang masih menggunakan kata 'saudara' untuk menggantikan kata 'anda' adalah para hakim, pengacara, jaksa, polisi, atau mereka yang berkepentingan di bidang hukum dan peradilan.

4. Saudara sepupu. Sepupu adalah anak dari kakak/adik ibu dan bapak kita. 

Banyak dari kita yang akrab dengan sepupu karena sekolah bareng, nongkrong bareng, jalan bareng, atau karena sering main bareng.

Meski pertalian darah sepupu dekat dengan kita karena orangtua kita dan mereka adik-kakak, sepupu bukanlah mahram jadi boleh dinikahi.

Pada sepupu (yang betul-betul sepupu) karena orangtua kita beradik-kakak dengan orangtua mereka, lebih baik menyebutnya langsung dengan 'sepupu' atau misan, bukan 'saudara sepupu'.

Kerabat

 

Semua saudara adalah kerabat, tapi tidak semua kerabat adalah saudara. Makanya meski di KBBI arti kerabat mirip dengan saudara, bedanya kalau kerabat tidak ada hubungan darah, tapi karena perkawinan.

Kerabat tidak ada hubungan darah hubungan darah, tapi jalinan kekeluargaan terjadi dari pernikahan. Misalnya kita punya adik ibu namanya Tante Sinta. Tante Sinta menikah dengan Om Iwan. Kakak dan adik Om Iwan bukan saudara kita, tapi mereka jadi berkerabat dengan kita karena pernikahan Om Iwan dengan Tante Sinta.

Sama juga kalau kakak dan adik kita menikah. Misal Kak Santi kakak kita menikah dengan Bang Saleh. Kakak dan adik Bang Saleh jadi kerabat kita karena pernikahan kakak kita dengan kakak mereka.

Sesama kerabat bisa saling akrab melebihi saudara kalau mereka sefrekuensi. Kalau mereka sudah akrab biasanya saling menyebut sesama dengan sebutan saudara, bukan lagi kerabat.

***

Boleh saja kita menyamakan semuanya dengan sebutan saudara atau keluarga. Penyebutan berdasarkan hubungan darah dan tali perkawinan hanya untuk memudahkan kita mengenali mereka mana yang yang keluarga, saudara, atau kerabat.

Pemisahan sebutan ini juga bermanfaat kalau anak atau cucu kita bertanya, "Paklik Dul itu saudara dari siapa, Pak?" atau "Mas Fandi itu siapanya Ibu?"

Jadi untuk mempermudah menyebut anggota keluarga dan asal-usul hubungannya dengan kita, kita bagi jadi tiga sebutan yaitu keluarga, saudara, dan kerabat.

Ngeblog: Masih Relevan tapi Sudah Ditinggalkan

Ngeblog: Masih Relevan tapi Sudah Ditinggalkan

Beberapa waktu lalu blog publik Kompasiana menggelar kopi darat dan diskusi bertema Is Blogging Still Relevant?

Saya akan katakan, yes, it is always still relevant as long as internet exist. Para blogger akan terus menulis untuk blognya. Para penjual theme dan pemberi tips ngeblog juga terus ada. Masalahnya bukan blogging still relevant or not, tapi masih adakah yang baca blog?

Apa Itu Blog

 

Blogger (narablog) disematkan kepada mereka yang mengelola blog yang di-hosting para penyedia weblog seperti Blogger, Wordpress, Wix, Webly, atau Tumblr.

Ada yang mengkomersialkan blognya dengan memasang Adsense, Adsterra dll. Kalau ada yang mengklik iklan di blog, si narablog akan dapat duit. Ada juga yang bikin blog cuma untuk curhat. Membuat blog untuk curhat ini sesuai dengan makna di KBBI.

KBBI mengartikan blog sebagai catatan harian atau jurnal pribadi di internet yang dapat diakses oleh siapa saja.

Blog Raditya Dika yaitu Kambing Jantan yang populer di masa 1990-an isinya cuma seputar dunia sehari-harinya tentang aktivitas sekolahnya, kegiatan keluarga, dan kekonyolan teman-temannya.

Sekarang Raditya Dika masih eksis sebagai komika (pelawak tunggal), influencer medsos, dan aktor.

Sementara itu Rebecca Blood di bukunya Weblogs: A History and Perspective yang terbit tahun 2000 mengatakan blog adalah jenis situs web atau jurnal daring tempat individu atau kelompok secara teratur mengeposkan konten tentang berbagai topik. Posting ini biasanya ditampilkan dalam urutan kronologis terbalik, dengan entri terbaru muncul pertama.

Jaman Video

 

Sebelum munculnya medsos video seperti TikTok, Instagram Reels, atau YouTube Short, minat baca orang kita sudah lemah. Orang yang suka baca dianggap kuper karena dianggap tidak mengenal dunia luar.

Pembaca blog juga sama. Cuma mereka yang tertarik membaca saja yang rajin buka blog. Kelompok lain yang rajin baca blog adalah sesama blogger yang tergabung dalam komunitas.

Sayangnya, komunitas para blogger ini juga sekarang menghilang tergerus zaman. Misalnya Kumpulan Emak Blogger. Sejak 2012 sampai sekarang komunitas ini masih ada, tapi aktivitas yang berhubungan dengan blogging sudah sedikit. Para anggotanya pun sudah amat jarang blogwalking saling mengunjungi blog anggota.

Blogwalking adalah kegiatan blogger yang mengunjungi blog lain untuk membaca dan memberi komentar di artikel. Sebelum jaman video muncul, blogwalking termasuk kegiatan wajib para narablog untuk saling berkunjung.

Tiap blogger mendambakan blognya dikunjungi dan artikelnya dibaca karena bisa menaikkan domain authority (DA). Domain authority jadi salah satu syarat untuk ikut blog competition atau lomba menulis yang mensyaratkan domain authority minimal 15.

Banyak narablog sudah beralih jadi content creator. Mereka tidak lagi menulis meski masih rutin membayar domain untuk mempertahankan blognya tetap eksis.

Alasan utama mereka pindah haluan karena zaman berubah. Kalau dulu saja orang Indonesia sudah malas baca, apalagi sekarang. Orang lebih suka nonton video pendek daripada membaca artikel. Maka blogger pun lebih suka bikin video di TikTok, Instagram Reels, dan YouTube Shorts daripada menulis.

Jadi bisa dibilang kegiatan ngeblog masih relevan, tapi sudah ditinggalkan. Sangat sedikit blog baru yang muncul di Indonesia. Kalaupun ada, orang cuma iseng bikin saja lalu tidak diapa-apakan.

Pembaca Blog


Menurut Master Blogging ada 600 juta blog di internet. Setiap harinya juga ada 5,6 miliar pencarian di Google dan 94% dari pencarian itu mengarah ke blog. Itu berarti blog masih relevan dan dibaca karena memberi informasi yang tidak disajikan media berita.

Di Indonesia pembaca blog juga masih banyak. Terbukti dari masih banyaknya blog yang dapat traffic dari Google dan menghasilkan AdSense jutaan ke kantong blogger. Para blogger juga masih dapat job menulis untuk perusahaan atau brand.

Related: Cara Blog Umur Sebulan Diterima AdSense

Sayangnya data dari blog readership statistic menemukan kalau yang masih membaca blog adalah mereka yang berusia 41-60 tahun. Inilah juga yang jadi alasan hanya blogger lawas yang mengelola blognya sejak belasan tahun lalu.

Gen Z (kelahiran tahun 1997-2010) memilih jadi content creator yang membuat video pendek berdurasi 15-30 detik. 

Namun, itu adalah data global. Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) jumlah pengguna internet di Indonesia pada 2024 mencapai 221.563.479 orang. Jumlah itu sangat logis karena penduduk Indonesia saja ada 280 juta orang.

Membuka WhatsApp, scrolling TikTok, posting Instagram Feed, atau nonton YouTube butuh internet yang diakses pakai kuota data di ponsel. 

Jadi menurut saya meski banyak orang yang menggunakan internet, mereka menggunakannya untuk mengakses medsos, bukan membuat atau membaca blog. Jadi selama masih ada internet ngeblog masih relevan, tapi sudah ditinggalkan.

Ngeblog dan Nulis


Perubahan zaman membuat anak muda tidak tertarik menulis apalagi bikin blog. Kalaupun ada anak muda yang tertarik menulis, mereka memilih blog publik daripada punya blog sendiri. 

Menulis di blog publik lebih simpel dan jaminan dapat pembaca dari sesama anggota. Ada blog publik bahkan memberi insentif bagi anggota yang telah mencapai syarat tertentu. Bandingkan dengan mengelola blog sendiri yang harus berkutat dengan SEO, domain authority, page authority, dan persaingan di laman pencari Google.

Plus, menulis di blog publik tidak perlu keluar duit untuk membeli domain dan template. Tinggal daftar langsung nulis. Kalau beruntung bisa dapat uang juga.

Jadi kalau ada yang bertanya apa ngeblog masih relevan dengan jaman? Iya, masih relevan, tapi sudah ditinggalkan.

Banyak Baca Banyak Tahu Tidak Baca Sok Tahu

Banyak Baca Banyak Tahu Tidak Baca Sok Tahu

Hampir semua orang Indonesia tidak berminat membaca. Kata mereka membaca bikin otak jadi kusut. 

Hidup sudah berat jangan ditambah berat lagi dengan membaca. Saking malasnya membaca, pengumuman penting yang ditempel di pintu bank, puskesmas, sekolah, tempat ibadah, dan tempat umum lainnya jadi sering diabaikan.

"Kok gak ada pengumuman kalau jam bukanya mundur?"

"Itu pengumumannya sudah ditempel di pintu masuk," kata Pak Satpam sambil menunjukkan lima jarinya ke arah pintu depan.

"Mana saya tahu ada pengumuman, saya, kan, gak dengar."

Alasan Orang Tidak Suka Baca

 

Orang malas membaca karena menganggap membaca sama dengan menguras otak yang mengharuskan kita berpikir keras. 

banyak baca

Kalau baca jurnal ilmiah mungkin iya, tapi kalau baca pengumuman, majalah, novel, bahkan komik, apa iya sampai menguras otak segala?!

Nyatanya banyak dari kita yang minat bacanya rendah karena alasan dan anggapan berikut.

1. Buang-buang waktu

Banyak orang lebih memilih nonton TV, TikTok, dan YouTube Shorts saat senggang daripada membaca buku.

Membaca buku dianggap buang-buang waktu karena tidak ada unsur hiburannya yang bisa mengurangi stres. Padahal hasil penelitian membuktikan baca buku bisa mengurangi stres.

2. Buang-buang duit

Buku, majalah, novel, komik harganya mahal bikin boros buang-buang uang. Lebih baik beli yang lain daripada beli buku. Habis selesai dibaca bukunya cuma disimpan gak kepake. Begitu anggapan sebagian dari kita.

Padahal nonton TikTok, YouTube Short, atau Instagram Reels juga pakai kuota yang dibeli dengan uang. Kita beli buku bisa dipinjamkan ke orang lain, disumbangkan ke perpustakaan sekolah, atau diwariskan ke anak-cucu.

3. Nambah beban pikiran

Hidup sudah berat, kok, ditambah berat lagi dengan membaca. Anggapan itu terjadi karena orang mengira aktivitas membaca sama dengan belajar.

Ini terjadi karena ketidakpahaman banyak orang terhadap buku berjenis novel, majalah, komik, kumpulan cerpen, atau kumpulan puisi. Karena menganggap semua buku sama seperti buku pelajaran sekolah, maka orang mengira membaca buku cuma nambah beban hati dan pikiran.

4. Tidak bisa buat hiburan

Membaca memang cuma melibatkan huruf dan kata-kata tanpa gambar dan suara. Dibanding nonton TV dan TikTok, membaca nampak membosankan dan tidak ada hiburan yang bikin hati senang.

Padahal bacaan tanpa gambar dan suara bisa bikin kita berimajinasi menggambarkan rupa dan watak tokohnya. Membayangkan pemandangan dalam novel sampai ke adegan terkecil juga bisa memicu imajinasi dan bikin baca jadi seru banget!

Membaca Menghidupkan Saraf Otak

 

Banyak baca bikin kita banyak tahu karena otak menyerap lebih banyak informasi dibanding saat kita menonton. Makanya orang yang tidak pernah baca cenderung sok tahu karena otaknya tidak terisi banyak informasi.

Informasi yang didapat dari gosip dan gibah itu gak sama kayak proses membaca lho, ya, karena aktivitas otaknya tidak aktif.

Proses membaca juga ternyata malah bikin saraf otak membentuk jaringan rumit dan rumitnya jaringan itu bikin otak kita sehat.

Healthline mengungkap penelitian scan MRI pada otak yang mengungkap saat kita membaca, sirkuit dan sinyal di otak membentuk jaringan yang kompleks. Makin sering kita membaca jaringan sirkuit dan sinyal itu makin kuat.

Inilah yang bikin membaca punya manfaat untuk mencegah penurunan kognitif (daya pikir) seiring bertambahnya usia. Kita bisa terhindar dari pikun. Membaca buku dan majalah juga membuat pikiran kita kita tetap aktif.

Selain menghidupkan saraf dan jaringan di otak, membaca juga berguna untuk mengurangi stres, menurunkan tekanan darah dan detak jantung, serta memperbesar peluang panjang umur.

Studi jangka panjang yang melibatkan 3.635 peserta dewasa dalam jangka waktu 12 tahun menemukan bahwa mereka yang membaca buku bertahan hidup sekitar 2 tahun lebih lama dibandingkan mereka yang tidak membaca.

Studi tersebut juga menyimpulkan bahwa orang yang membaca minimal 3,5 jam per pekan memiliki kemungkinan 23% untuk hidup lebih lama dibanding mereka yang tidak membaca sama sekali.

Singkatnya, ini manfaat membaca (versi cetakan) bagi tubuh dan pikiran kita:

  1. Menurunkan tekanan darah dan detak jantung.
  2. Mengurangi stres. Membaca novel fiksi bergenre fantasi bisa membuat kita berkhayal mengikuti alur cerita yang bisa bikin stres berkurang.
  3. Terhindar dari pikun karena otak diajak aktif berpikir.
  4. Panjang umur karena terhindar dari stres, darah tinggi, dan jantungan.
  5. Meningkatkan empati.
  6. Menambah wawasan dan kosa kata.

Samakah Membaca Buku versi Cetak dengan Ebook?

 

Beberapa studi menunjukkan membaca di buku, kertas, dan bentuk cetak lain (majalah, koran dsb) membuat kita memahami dan mengingat lebih banyak apa yang dibaca dibandingkan kalau kita membacanya di format digital dalam ponsel, tablet, atau komputer.

Membaca di layar bikin kita membaca lebih cepat karena mata memberi rangsangan ke otak untuk mengenalinya sebagai konten digital, bukan konten cetakan. Ini yang membuat kita tidak bisa memahami dan menyerap informasi secara maksimal saat membaca di layar dibanding kalau kita membaca buku cetakan.

Selain itu mata akan lebih cepat lelah kalau kita membaca di layar karena cahaya yang datang berasal dari layar dan hanya fokus ke mata. Kalau kita membaca buku cetak, cahaya yang didapat berasal dari cahaya matahari atau lampu yang menerangi seluruh ruangan tempat kita membaca jadi mata tidak cepat lelah.

Jadi supaya dapat manfaat maksimal dari membaca, bacalah buku, majalah, atau komik dalam versi cetak, bukan yang ebook. Baca sambil rebahan boleh, tapi jangan sambil tiduran supaya mata tidak jadi minus.

Sekarang kita sudah tahu alasannya kenapa banyak baca banyak tahu, tidak baca sok tahu.

Bingung Mau Nulis Apa

Bingung Mau Nulis Apa

Bingung mau nulis apa sebetulnya jarang dialami oleh penulis pemula. Para penulis profesional dari novelis sampai jurnalis justru yang paling sering mengalami kebingungan mau nulis apa.

Penulis pemula biasanya banyak ide, tapi mereka masih takut-takut dalam menulis. Takut tulisannya jelek, takut gak ada yang baca, dan ketakutan lain yang sebetulnya tidak perlu.

Apa itu Penulis Pemula? 

 

Saya berpendapat sebetulnya tidak ada yang namanya penulis pemula karena semua orang bisa menulis. Menulis bukanlah profesi yang mengharuskan kita belajar secara khusus seperti dokter, apoteker, atau arsitek.

Saya sendiri kuliah di jurusan jurnalistik karena saya suka menulis. Di jurusan itu ada mata kuliah Bahasa Indonesia Jurnalistik. Mata kuliah itu dianggap enggak banget karena sebelumnya kami sudah belajar Bahasa Indonesia.

Saya, sih, gak masalah dan enjoy saja menerima semua materi yang berhubungan dengan bahasa. 

Jadi, setiap orang bisa jadi penulis asal dia senang membaca dan mau mengerti kaidah kepenulisan. Di negeri kita kaidah kepenulisan ada di EYD (Ejaan yang Disempurnakan) yang bisa kita akses di ejaan.kemdikbud.go.id.

Sementara itu, seseorang disebut penulis profesional kalau dia sudah membuat tulisan yang dikenal dan diakui secara luas atau sudah memenangi penghargaan di dunia kepenulisan.

Writer's Block


Semua penulis pasti pernah bingung mau nulis apa. Wajah sudah di depan laptop, tapi ide gak datang-datang. Makin lekat menatap layar malah makin blank

Penyebab seorang penulis bingung mau nulis apa:

1. Sudah keseringan menulis. Saking seringnya nulis, otaknya jadi buntu dan tidak lagi cepat menelurkan ide. 

Ini biasa terjadi pada para blogger (narablog) yang tiap hari menulis satu topik khusus untuk blognya atau penulis spesialis.

Penulis spesialis adalah penulis yang biasanya menulis hanya satu topik dan mendalami topik itu, misal pendidikan saja, kesehatan saja, otomotif, atau resensi film.

Sedangkan penulis generalis adalah penulis yang menulis bermacam topik dengan pembahasan yang seperlunya.

Penulis generalis sedikit beruntung karena selagi bingung mau nulis apa, dia bisa nulis topik yang beda dari yang ditulisnya sehari-hari. Misal biasanya dia nulis pendidikan. Saat lagi bingung mau nulis apa dia lalu terpikir menulis politik.

2. Kebanyakan ide. Kebanyakan ide bikin kepala bingung ide mana yang harus ditulis lebih dulu. Mau nulis A, tapi B kayaknya lebih menarik untuk ditulis duluan. 

Begitu terus akhirnya kita malah bingung mau nulis apa. Kebanyakan ide pada akhirnya bikin kita gak jadi nulis.

3. Banyak pikiran diluar menulis. Ingin hati menulis apa daya pikiran sedang ada di tempat lain. 

Walau sudah ada ide mau nulis apa, pikiran yang sedang galau, gundah, atau bad mood juga bikin kita jadi bingung mau nulis apa.

Akan tetapi, bingung mau nulis apa beda dengan writer's block

Writer's block adalah kebuntuan tiba-tiba yang dialami penulis saat akan menyelesaikan tulisannya. Jadi si penulis sudah menulis beberapa paragraf atau bab, tapi tiba-tiba buntu dan tidak bisa melanjutkan tulisannya

Meski sudah ada outline (kerangka) tulisan dan tingga; mengikutinya, tetap saja buntu.

Sedangkan kalau kita mengalami bingung mau nulis itu artinya belum mulai nulis sama sekali, tapi kita buntu duluan saking bingungnya mau nulis apa.

Bantuan AI

 

Bolehkah saat kita bingung mau nulis apa lalu minta bantuan artificial intelligence seperti ChatGPT atau BingChat?

Boleh saja, tapi tulisan itu akan hampa tanpa soul seperti kalau kita baca teks di buku pelajaran..

Kalau terpaksa pakai bantuan AI untuk membuat puisi, misalnya, jangan jiplak mentah-mentah. Gubah puisi itu dengan kata-kata dan gaya kita sendiri supaya enak dibaca, tidak kaku, dan terasa kalau puisi itu dibuat oleh manusia.

Lagipula secanggih-canggih AI membuat puisi, puisi buatan otak manusia tetaplah yang terbaik walau penulis pemula sekalipun. Ini karena manusia tahu kata-kata yang dipakai sehari-hari dan mampu menempatkan kata demi kata secara proporsional dalam kalimat.

Apa yang Harus Dilakukan Kalau Sedang Bingung Mau Nulis Apa? 


1. Perbanyak baca. Membaca bikin otak terstimulasi karena rangsangan ke otak saat membaca berjalan lebih lambat daripada saat menonton di layar.

Stimulasi yang lambat ke otak justru membuat sel saraf bekerja optimal. Otak kita jadi mampu berpikir secara terstruktur. Dengan begitu ide nulis bisa muncul dari aktivitas membaca dan dari bahan bacaan.

2. Menjauh dari laptop. Saat kita bingung mau nulis apa, beban mental makin berat karena perasaan harus menulis saat itu juga.

Menjauh dari laptop sementara waktu berguna untuk menyegarkan pikiran dan mengembalikan ide menulis.

3. Menikmati teh atau kopi beserta kudapannya. Sambil menjauh dari laptop kita bisa menikmati kudapan beserta teh atau kopi.

Kurang asupan gula bisa mempengaruhi kinerja otak yang bikin kita jadi blank. Namun, gulanya jangan kebanyakan. Minum teh atau kopi tanpa gula kalau kita menikmatinya bersama cake yang manis.

***

Semua orang pasti pernah mengalami kebuntuan. Saat sedang bingung mau nulis apa, yakinlah itu cuma sementara. Nanti kita akan balik lagi menulis sesuatu yang enak dibaca dan membuat kita merasa hidup.

Tahun Ajaran, Tahun Pelajaran, dan Cara Menulis Angka Tahun Ajaran

Tahun Ajaran, Tahun Pelajaran, dan Cara Menulis Angka Tahun Ajaran

Tahun ajaran baru di Indonesia dimulai pada Juli dan berakhir pada Juni tahun berikutnya. Dari Juli tahun ini ke Juni tahun berikutnya kita sebut dengan satu tahun ajaran.

Belakangan sering kita baca 'tahun pelajaran' alih-alih 'tahun ajaran'. Sebenarnya yang betul itu tahun ajaran atau tahun pelajaran?

Etimologi Tahun Ajaran dan Pelajaran


KBBI mengartikan pelajaran sebagai:

  1. n yang dipelajari atau diajarkan: ~ Bahasa Indonesia; daftar ~
  2. n latihan: ~ mengetik
  3. ihwal belajar

Sedangkan ajaran artinya:

  1. n segala sesuatu yang diajarkan; nasihat; petuah; petunjuk: ia senantiasa memegang teguh ~ orang tuanya
  2. n paham: ~ terlarang

Ternyata KBBI juga punya kata turunan, yaitu tahun ajaran yang artinya tingkatan masa siswa belajar; masa belajar dalam tahun tertentu. Dengan begitu jelas kata yang sesuai kaidah bahasa Indonesia adalah tahun ajaran, bukan tahun pelajaran.

Selain itu, kata pelajaran juga bisa bermakna yang diajarkan dan langsung dapat dipraktikkan, semisal mengetik, menyetir mobil, menjahit, kelistrikan, bangunan, dan keterampilan informal lainnya yang ketika dipelajari langsung dapat dipraktikkan.

Sementara itu, kata ajaran lebih cocok digunakan untuk hal-hal yang perlu pemikiran lebih dulu sebelum mempraktikkannya, seperti Matematika, IPA, IPS, Agama, Sosiologi, Antrologi, dan lain-lain.

Maka untuk mempertegas aktivitas akademik yang dilakukan di sekolah yang merupakan satuan pendidikan formal, maka penggunaan kata 'tahun ajaran' lebih tepat daripada 'tahun pelajaran'.

Takwim dan Penulisan Tahun Ajaran


Takwim diambil dari bahasa Arab yang artinya penanggalan atau kalender. KBBI mengartikan tahun takwim sebagai tahun berdasarkan kalender (berawal dari 1 Januari dan berakhir pada 31 Desember).

Tahun ajaran tidak dimulai pada 1 Januari sampai 31 Desember, melainkan sejak Juli tahun ini dan berakhir pada Juni tahun berikutnya. Itu berarti dalam satu tahun ajaran ada dua takwim.

Ejaan yang Disemburnakan Edisi Kelima (EYD V) menyebut fungsi garis miring digunakan dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa 1 tahun yang terbagi dalam 2 tahun takwim.

Karena menggunakan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim, maka penulisan tahun di tahun ajaran menggunakan garis miring (sering disingkat menjadi garing), yaitu tahun ajaran 2024/2025 bukan tahun ajaran 2024-2025.

Kalau kita tulis tahun ajaran 2024-2025 artinya satu tahun ajaran akan berlangsung dari Januari 2024 sampai Desember 2025

Sedangkan kalau ditulis dengan garis miring yaitu tahun ajaran 2024/2025 artinya satu tahun ajaran di sekolah berlangsung di antara tahun 2024 dan 2025

Di antara tahun 2024 dan 2025 bisa berarti Juni 2024 sampai Juli 2025 atau sejak Agustus 2024 sampai Juli 2025 seperti tahun akademik di perguruan tinggi.

Tahun Ajaran atau Tahun Pelajaran?

 

Isi Permendikbudristek soal sekolah, peserta didik, kurikulum, dan lainnya menggunakan kata 'tahun pelajaran' sementara KBBI menggunakan 'tahun ajaran'. Lalu mana yang harus kita ikuti dan yakini kebenaran penulisannya?

Di Kurikulum Merdeka juga ada Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Kata projek merupakan bentuk tidak baku dari proyek. Idealnya Kemdikbudristek menggunakan kata Proyek alih-alih Projek pada P5 karena KBBI dibuat oleh Badan Bahasa yang ada dibawah Kemdikbudristek.

Meski demikian, hal itu mungkin untuk kepraktisan karena tidak semua orang paham kata baku dalam bahasa Indonesia.

Berkenaan dengan tahun ajaran atau tahun pelajaran, mereka yang berprofesi sebagai tenaga pendidik boleh menulisnya dengan 'tahun pelajaran' mengikuti pedoman dan petunjuk dalam banyak Permendikbudristek yang ditujukan untuk sekolah dan tenaga pendidik.

Namun, kita yang bukan tenaga pendidik harus menulisnya dengan 'tahun ajaran' mengikuti kaidah di KBBI dan EYD V yang bisa kita lihat di situs ejaan.kemdikbud.go.id dan kbbi.kemdikbud.go.id.

Menghindari Head Hopping Saat Membuat Cerita Fiksi

Menghindari Head Hopping Saat Membuat Cerita Fiksi

Kita sebagai pengarang menceritakan perasaan dan sudut pandang beberapa karakter dalam satu adegan.

Head hopping terjadi ketika sebuah cerita atau adegan diceritakan dari sudut pandang satu tokoh, tapi tiba-tiba beralih ke sudut pandang tokoh atau narator yang berbeda. Hal ini terjadi ketika penulis secara tidak sengaja memasukkan pemikiran, pengamatan, atau detail yang tidak mungkin diketahui oleh karakter di PoV saat ini.

Untuk menghindari head hopping dan kontradiksi antar tokoh, JK Rowling mempekerjakan orang yang bertindak sebagai Harry Potter Specialist. 

Harry Potter Specialist bertugas memeriksa detil demi detil karakter antar tokoh dan alur supaya JK Rowling tidak menulis karakter atau jalan cerita yang kontradiktif di novelnya.

Novel Harry Potter juga kita ketahui menggunakan sudut pandang orang ketiga. Pengarang yang menggunakan sudut pandang orang ketiga rentan mengalami head hopping karena mereka berperan sebagai pengamat yang menceritakan banyak karakter, alur, dan sudut pandang dalam cerita.

Selain alur atau plot, head hopping juga terjadi saat pengarang menulis jalan cerita yang tidak sesuai kenyataan. Misal, dia menulis:

Supri berjalan kaki meninggalkan kampungnya di Bandung sejak subuh. Tidak terasa dia sudah sampai di Jakarta pada sore hari.

Jarak Bandung ke Jakarta 150 km dan butuh 23 jam kalau kita jalan kaki untuk sampai ke tujuan. Jadi unsur plausibilitas dalam cerita tidak terpenuhi karena pengarang menulis Supri jalan kaki pada pagi hari dari Bandung ke Jakarta, tapi sore sudah sampai.

Mestinya Supri baru sampai esok paginya. Itupun kalau Supri berjalan kaki tanpa henti tanpa istirahat.

Related: Unsur Plausibilitas dalam Cerita Fiksi

Cerita dengan Sudut Pandang Orang Ketiga

 

Head hopping sering terjadi pada pengarang yang menggunakan sudut pandang orang ketiga karena si pengarang memposisikan dirinya sebagai pengamat. Karena itulah si pengarang menggunakan kata ganti "dia" dan "ia" untuk menggambarkan jalannya cerita dan pemaparan tokoh-tokoh.

Kata "dia" dan "ia" sebetulnya bermakna sama. Pada KBBI "dia" artinya persona tunggal yang dibicarakan. Di KBBI "dia" juga berarti ia.

Sedangkan "ia" berarti orang yang dibicarakan, tidak termasuk pembicara dan kawan bicara. KBBI juga mengartikan "ia" sebagai dia dan benda yang dibicarakan.

Ini berarti "dia" digunakan untuk manusia baik laki-laki dan perempuan. Sedangkan "ia" bisa digunakan selain untuk kata ganti manusia juga kata ganti untuk binatang dan benda.

Untuk menghindari head hopping saat menggunakan sudut pandang orang ketiga, kita bisa membaca ulang beberapa kali cerita itu untuk memastikan tidak ada inkonsistensi dan kontradiksi antar tokoh atau pada alur.

Cara lain adalah dengan membuat outline. Kita tulis dulu siapa saja tokoh yang akan ada di cerita dan bagaimana karakter mereka. Tulis juga bagaimana alurnya dan bagaimana ending yang akan kita buat di cerita itu.

Cerita dengan Sudut Pandang Orang Kedua

 

Gampang saja mengenalinya. Ciri utama cerita yang menggunakan sudut pandang orang kedua adalah si pengarang tidak akan pernah menggunakan kata "aku".

Karya fiksi dengan sudut pandang orang kedua ini banyak ditemukan di puisi dan sajak. Contoh cerita dengan sudut pandang orang kedua:

Kaubisa memandang langit dan melihat dari balik bintang
Disitu ada kilat dan kilau sinar yang menyala
Seperti matamu yang selalu menyala
Dan memeluk bumi dengan dekapan hangat

Cerita dengan sudut pandang orang kedua juga bisa membuat kita melakukan head hopping kalau tergelincir menggunakan kata aku, dia, ia, atau si pengarang tiba-tiba memposisikan diri sebagai pengamat.

Cara menghindari head hopping saat menulis cerita dengan sudut pandang orang kedua adalah konsisten menggunakan kata "kau" dan "kamu". Buatlah kalau kita seolah sedang bercerita kepada satu orang saja dan tidak membicarakan diri kita sama sekali.

Cerita dengan Sudut Pandang Orang Pertama

 

Membuat cerita dengan sudut pandang orang pertama bisa dibilang paling gampang karena kita memposisikan diri sebagai tokoh utama. 

Banyak novel best-seller dunia yang menggunakan sudut pandang orang pertama. Head hopping saat menggunakan sudut pandang orang pertama minim terjadi karena pengarang memposisikan dirinya sebagai tokoh utama sehingga minim terjadi lompatan karakter.

Namun, bukan berarti head hopping tidak bisa terjadi sama sekali. Head hopping bisa terjadi kalau pengarang menceritakan terlalu banyak alur dan karakter antar tokohnya mirip sehingga pembaca susah membedakan mana tokoh A, mana tokoh B, dan seterusnya.

Cara menghindari head hopping saat menulis cerita menggunakan sudut pandang orang pertama adalah dengan konsisten menceritakan kisah hanya dari pandangan dan pikiran tokoh utama.

Apa Itu Ghostwriter?

Apa Itu Ghostwriter?

Penulisan yang benar adalah ghostwriter, bukan ghost writer, sesuai yang tercantum dalam kamus Merriam-Webster, Cambridge, dan Oxford.

Kalau kita mau mencari makna dari istilah asing, kamus Merriam-Webster, Cambridge, dan Oxford adalah pilihan yang tepercaya. Ketiga kamus ini juga memuat istilah-istilah kekinian sesuai perkembangan zaman.

Ketiganya merupakan kamus terpercaya yang digunakan di AS dan Inggris Raya.

Ghostwriter adalah istilah di dunia penulisan yang berarti penulis bayangan. Kalau penulisannya dipisah jadi ghost writer maka artinya penulis hantu yang maknanya  berarti orang yang menulis tentang hantu dan makhluk halus.

Dilihat sekilas arti ghostwriter dan ghost writer memang sama-sama penulis hantu. Bedanya, ghostwriter sengaja diminta jadi "hantu" tidak dikenal dan diminta untuk tidak nyata.

Apa Itu Ghostwriter?

 

Ghostwriter adalah orang yang membantu menulis dan mengarang buku, pidato, dan naskah untuk orang yang tidak bisa menulis atau tidak punya waktu untuk menulis. Dia bisa membantu sedari awal atau dipertengahan sampai akhir saja.

Misal, kita punya ide dan ingin membuat novel dari ide itu. Namun, ternyata susah sekali menuangkan ide ke dalam tulisan. Belum lagi mencari waktu buat nulis. Pagi sampai sore sibuk kerja, malam istirahat, kapan nulisnya? Padahal ide di kepala sudah meronta-ronta ingin dikeluarkan.

Kita beri ide itu ke ghostwriter maka dia akan menulis ide itu menjadi sebuah novel yang ciamik. Kadang-kadang ghostwriter juga memberi masukan apakah satu ide bisa dibuat jadi novel, memoar, kumpulan cerpen, kumpulan puisi, atau malah karya nonfiksi.

Walaupun sebuah buku ditulis secara penuh dari awal sampai akhir oleh seorang ghostwriter, tapi namanya tidak akan tercantum di bagian mana pun dalam buku itu. Nama yang tercantum adalah nama si peminta bantuan. 

Pun nama sang ghostwriter juga tidak akan tercantum sebagai editor (penyunting) walau dia juga mengedit naskah itu-selain menulisnya.

Itulah mengapa seorang ghostwriter tidak bisa mengklaim sebuah karya sebagai buatannya, kecuali dia bisa menunjukkan bukti (misal ada surat perjanjian atau kwitansi) yang menyebut namanya sebagai penulis/pengarang asli dari sebuah karya tulis.

Semua ghostwriter memang tidak pernah menyebut buku apa saja yang pernah mereka tulis dari ghostwriting. Pun tidak pernah menyebut siapa saja klien mereka kalau tidak untuk urusan hukum dan urusan mendesak lainnya.

Urusan kerahasiaan termasuk dalam klausul kontrak kerja ghostwriter dengan orang yang memakai jasanya. Termasuk dalam kerahasiaan, ghostwriter dilarang membicarakan dan menyebarluaskan apa yang sedang ditulisnya.

Ghostwriter Terkemuka Dunia


Barbara Feinman pernah menulis memoar untuk Hillary Clinton yang berjudul It Takes a Village yang laris di pasar Amerika. Tidak pernah ada yang tahu kalau memoar Hillary Clinton ternyata tidak ditulis olehnya. Wartawan Washington Post kemudian mengungkap rahasia kalau memoar itu ternyata ternyata ditulis oleh Barbara Feinman.

Ada juga nama J.R Moehringer yang menulis memoar berjudul Spare milik Pangeran Harry. Moeringer seorang jurnalis penerima hadiah Pulitzer, maka tidak heran kalau dia jadi ghostwriter dengan bayaran termahal di dunia.

Dari dalam negeri ada Yusril Ihza Mahendra dan Thomas Lembong yang dikenal sebagai ghostwriter yang telah menulis ratusan naskah pidato bagi mantan presiden SBY dan Jokowi.

Seorang presiden tentu tidak punya waktu untuk menulis sendiri pidatonya, kecuali pidato singkat untuk pembukaan acara atau peresmian kenegaraan. 

Presiden Indonesia yang dikenal sering berpidato panjang di forum resmi tanpa teks adalah Soekarno.

Beda Ghostwriter dengan Editor

 

Editor (penyunting), sesuai namanya, hanya bertugas menyunting sesuai kaidah bahasa dan tujuan penulisan supaya naskah lebih enak dibaca sesuai target pembacanya.

Sedangkan ghostwriter membuat dari awal sampai akhir, mengedit, mengubah, membetulkan, dan memahami bahan tulisan sampai dia menguasai seluruh isi naskah yang ditulisnya.

Berapa Bayaran Ghostwriter?

 

Di Indonesia belum ada ketentuan, saran, aturan, dan panduan berapa bayaran untuk ghostwriter dan penulis lainnya,  jadi upah ditentukan berdasarkan kesepakatan atau tergantung upah yang berlaku umum di kalangan penulis.

Misal, penulis online (fiksi dan nonfiksi) dibayar Rp10.000-Rp15.000 per 1000 kata. Penulis cerpen di media cetak bisa menerima Rp100rb-Rp150rb kalau cerpennya dimuat.

Kalau mengacu pada bayaran naskah beli-putus di penerbit mayor, ghostwriter bisa dibayar sampai Rp5 juta per buku atau per 200 halaman.

Ghostwriter terkemuka dan berpengalaman tentu bayarannya lebih dari itu. Pun ghostwriter mandiri bisa dibayar kurang dari angka tersebut.

Apakah Ghostwriter Membantu Menerbitkan Buku?

 

Tergantung. Kalau ghostwriter itu bekerja di penerbitan atau bekerja sama dengan penerbitan buku maka dia juga bisa memasukkan naskah untuk diterbitkan. 

Namun, kalau ghostwriter itu bekerja mandiri atau freelancer, maka dia hanya menuliskan naskah dan tidak bertanggungjawab apakah buku itu diterima penerbit atau tidak. Ghostwriter juga tidak bertanggungjawab kalau buku itu diterima penerbit, tapi tidak laku di pasaran.

Ghostwriter adalah penulis bayangan, bukan penjual atau tenaga pemasaran.

Siapa yang Bisa Jadi Ghostwriter?

 

Kebanyakan ghostwriter di dunia berprofesi sebagai wartawan (jurnalis) karena mereka sudah biasa menulis dari sudut pandang populer. Sebagian lagi berasal dari profesional diberbagai bidang, misal bidang hukum, penyiaran, agama, sosial-budaya, atau sains.

Meski tidak berprofesi sebagai wartawan atau profesional, semua orang bisa jadi ghostwriter asal senang menulis, mengerti kaidah dan tata bahasa, serta berpikiran terbuka. 

Berpikiran terbuka alias open-minded ini penting sebab ghostwriter akan membantu orang dari berbagai latar belakang bahkan mungkin yang nyeleneh dan ekstrem sekalipun.

Punya pikiran yang terbuka akan membuat ghostwriter menghasilkan karya sesuai jati diri orang yang namanya tertulis sebagai pengarang/penulis, bukan jati diri dan ciri khas si ghostwriter.

Ghostwriter juga harus banyak membaca untuk memperkaya wawasan dan memperdalam sudut pandang.

Cara Menulis Angka dan Bilangan dengan Numeralia

Cara Menulis Angka dan Bilangan dengan Numeralia

Numeralia atau kata bilangan adalah kelas kata yang menjelaskan tentang jumlah dan urutan. Numeralia terbagi jadi tiga, yaitu numeralia tentu, numeralia tak tentu, dan kata bantu bilangan. 

Saat kita membuat tulisan formal seperti cerpen, artikel, novel, atau jurnal ilmiah, angka dan bilangan tidak bisa ditulis sesukanya, melainkan harus sesuai kaidah bahasa Indonesia. Penulisan angka bisa kita pelajari di situs ejaan.kemdikbud.go.id di bagian Angka dan Bilangan.

Related: Bangga Bahasa Indonesia Jadi Bahasa Resmi Sidang Umum UNESCO

Berikut jenis-jenis numeralia atau kata bilangan:

Numeralia Tentu

 

Numeralia tentu, disebut juga dengan takrif, adalah kata bilangan yang menyatakan jumlah. Numeralia Tentu terbagi lagi jadi numeralia utama dan numeralia tingkat.

1. Numeralia Utama merupakan kata bilangan yang mengacu pada bilangan utuh. Contohnya 1 (satu), 2 (dua), 3 (tiga), 10 (sepuluh), dan 100 (seratus).

2. Numeralia Tingkat adalah adalah jenis kata bilangan yang melambangkan urutan jumlah atau tingkatan tertentu. Cirinya ada struktur ke+ numerik yaitu kesatu, kedua, kelima, keseratus, keseribu dll.

Numeralia Tak Tentu


Numeralia tak tentu disebut juga dengan tak takrif, adalah kata bilangan yang menyatakan jumlah sesuatu yang tidak mutlak dan memiliki satuan yang tidak tentu. 

Numeralia tak tentu digunakan untuk menyebutkan benda yang jumlahnya tidak bisa dihitung secara pasti, seperti gula, nasi, air, minyak goreng, dan lainnya. Contohnya sedikit air, setetes minyak goreng, sesendok nasi, seember air dll.

Kata Bantu Bilangan 

 

Kata bantu bilangan kata pelengkap yang berfungsi membentuk satuan objek. Kata bantu bilangan digunakan di awal kata benda yang memberikan arti kata satuan misalnya sehelai, sebatang, sebuah, sepucuk, sepotong.

"Nanik mengeposkan sepucuk surat untuk ayahnya di Kudus." Kata sepucuk merupakan kata bantu bilangan yang menunjukkan jumlah satu surat.

Penulisan numeralia yang mesti kita terapkan saat menulis cara singkat dan mudahnya adalah sebagai berikut.

1. Satu Angka Ditulis dengan Huruf 

Angka 1-10 yang cuma terdiri dari satu bilangan dan penulisannya dalam satu kata tetap ditulis dengan angka. Contohnya:

  • Hari ini siswa yang masuk sekolah hanya sepuluh orang karena yang lainnya kebanjiran.
  • Ibu membeli empat kilogram duku di pasar.
  • Angka sembilan dipercaya sebagai angka keberuntungan bagi orang Tionghoa.

2. Dua Angka atau Lebih Ditulis dengan Angka

Numeralia dua angka atau lebih selalu ditulis dengan angka. Sementara itu, angka 10 walaupun terdiri dari dua angka, tapi penulisannya bisa dengan satu kata saja (sepuluh), maka tetap ditulis dengan huruf.

Contoh dua angka atau lebih ditulis dengan angka:

  • Kakek punya 14 pasang sandal.
  • Ferguso memberikan 235 tangkai bunga mawar kepada Esmeralda.

3. Angka pada Awal Kalimat

Numeralia diawal kalimat harus ditulis dengan huruf.

  • Dua puluh tiga orang keracunan makanan di pesta pernikahan.
  • Enam orang selamat dari bencana tanah longsor.

Kalau angka di depan kalimat lebih dari dua bilangan maka penulisannya harus diubah supaya penulisan angkanya tidak diawal kalimat. Contoh:

142 spesies tanaman telah ditemukan di hutan hujan Sumatra.
DIubah jadi:
Di hutan hujan Sumatra telah ditemukan 142 spesies tanaman.
 
4. Ditulis Bersamaan dengan Angka dan Huruf

Saat menulis angka dalam jumlah besar kita bisa menulisnya secara bersamaan dengan huruf dan angka. Biasanya kita gunakan saat menulis harga atau nilai. Contoh:

  • Bapak membeli mobil itu seharga Rp800.000.000.
  • Bapak membeli mobil itu seharga 800 juta rupiah. 

Penulisan rupiah dengan Rp sebelum angka tidak diberi spasi untuk menghindari manipulasi penambahan angka setelah Rp.

4. Pecahan

Pecahan dapat ditulis dengan huruf dan angka. Penulisan yang baku untuk 1/3 adalah satu pertiga atau sepertiga. Begitu juga dengan 1/4 ditulis dengan satu perempat atau seperempat. Contoh lainnya:

  • 2/3 ditulis dengan dua pertiga
  • 3/4 ditulis dengan tiga perempat

Berdasarkan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) Edisi Kelima, penulisan per- yang menunjukkan bilangan ditulis serangkai dengan bilangan penyebut yang mengikutinya.

5. Bilangan Tingkat

Bilangan tingkat adalah kata yang melambangkan urutan jumlah atau tingkatan sesuatu dan membantu kita menggambarkan urutan atau posisi suatu objek atau konsep dalam suatu rangkaian.

Bilangan tingkat biasanya ditandai dengan struktur ke- seperti kesatu atau boleh ditulis juga dengan pertama, ketiga, ketujuh dan seterusnya. Dalam penulisan, struktur ke- bisa kita ejawantahkan dalam penulisan seperti hari pertama, buku kedua, atau anak ketiga.

Sementara itu, penulisan tahun seperti “abad ke-20” dapat divariasikan dengan abad XX dan abad kedua puluh. Saat menggunakan angka Romawi, kita tidak perlu menyertakan “ke-”.

***

Kalau kita baca teori penulisan numeralia rasanya sulit. Namun, kalau kita praktikkan langsung saat menulis pasti mudah. Lama-lama kita jadi terbiasa dan tidak bingung lagi menulis numeralia atau kata bilangan.

Riset Keyword Gagal Jadi Konten Evergreen

Riset Keyword Gagal Jadi Konten Evergreen

Semua narablog alias blogger pasti tahu kalau riset kata kunci alias keyword research itu salah satu koentji yang bikin blog kita muncul di halaman pertama dan berpotensi besar untuk diklik.

Konon, blogger yang menulis tanpa melakukan riset kata kunci jangan harap blognya dikunjungi pembaca.

Blog yang tanpa pembaca katanya bakal sulit di-monetize karena penyedia iklan seperti AdSense, OptAd, ADOP, Adsterra, dan lain-lain hanya membayar jika iklan mereka di blog tayang dan diklik puluhan ribu bahkan ratusan ribu kali dalam sebulan.

Jumlah tayangan dan klik iklan sebesar itu hanya bisa didapat oleh blog ber-niche populer seperti edukasi, kesehatan, asuransi, keuangan, wisata, dan kuliner.
 
Gampang juga diraih oleh blog publik seperti Terminal Mojok, Kompasiana, dan IDN Times dengan ratusan ribu organic traffic dan unique pageviews per bulannya.

Bagi blog baru, amatir, dan tidak punya niche (topik khusus) seperti emperbaca.com, iklan tetap bisa tampil di blog. Namun, pendapatannya tidak sebesar blog niche
 
Kalaupun sebuah blog ramai dikunjungi, iklan juga belum tentu tayang karena pengunjung memakai adblocker yang menghalangi munculnya iklan di peramban (browser) mereka.

Saya pernah baca blog milik beberapa blogger yang nampaknya sudah gajian jutaan dari monetisasi blognya. Mereka bilang nulis tanpa riset keyword itu sia-sia dan bakal menenggelamkan blog kita ke halaman paling bawah di mesin pencari. SYEREM!


Apa Gunanya Riset Keyword?


Kata para narablog profesional yang berpenghasilan jutaan rupiah dari blognya, riset keyword gunanya supaya kita gak asal nulis buat ngisi blog. 

Misal, kita mau nulis: cara merawat anak kucing baru lahir. Kita lihat bagaimana persaingan di kata kunci tersebut. Berapa banyak orang yang mencari kata kunci itu tiap bulannya di mesin pencari. Dan, masih banyak lagi indikator yang akan memberi gambaran apakah suatu kata kunci bisa jadi artikel yang mejeng di halaman satu Google atau tidak.

Kalau artikel kita ada di page one Google, berarti kesempatan orang mampir ke blog itu makin BESAR karena tidak ada orang yang mau capek mencari sampai ke halaman-halaman berikutnya. Maka memastikan artikel kita ada di halaman 1 Google adalah satu langkah terdepan bila ingin menghasilkan uang dari blog.

Ozy Vebry Alandika, peraih Best in Specific Interest di Kompasiana Awards sekaligus blogger pendidikan di gurupenyemangat.com pernah memberitahu saya cara riset keyword supaya artikel cepat nangkring di halaman pertama Google.

Riset keyword ternyata mudah! Tapi, ternyata membuat mood menulis saya turun drastis karena bila keyword yang ingin tulis tidak punya search volume yang rendah dan lain-lainnya, saya harus mencari ide keyword lain. 
 
Kelamaan nyari kata kunci yang mau dibuat artikel bikin capek dan akhirnya hilang ide lalu jadi malas nulis.
 
Lebih dari itu, sebagian blogger lupa kalau keyword research hanya berguna buat blog niche, bukan blog gado-gado. 
 

Mood Menulis

 

Saya pernah riset keyword untuk kata kunci: metaverse dan multiverse karena tersentil oleh anak Twitter (sekarang X) yang ngetwit kalau mendengar kata metaverse, dia jadi ingat Doctor Strange. Padahal yang ada di Doctor Strange adalah multiverse.

Berdasarkan data dari Ubersuggest, keyword itu, "Gak banget, deh, mending nulis yang lain aja," tapi saya tetap nulis walau tahu tidak bakal dapat trafik dari mesin pencari manapun.

Selain dapat ide dari Twitter, tujuan utama saya waktu menulis metaverse dan multiverse adalah mengedukasi keluarga besar yang menganggap NFT, Criptocurrency, dan semua yang ada di internet dalam bentuk metaverse haram diperdagangkan karena tidak ada wujudnya. 

Kasihan sekali keluarga besar saya bila tidak mengikuti kemajuan zaman hanya karena terkungkung oleh pemahaman agama yang sempit. 

Islam itu sendiri, pada Al-Qur'an dan Hadis serta riwayat para khulafaur rasyidin, banyak menyuratkan kita untuk maju, bukan melihat ke belakang. Yang dilihat perangnya terus, kafir melulu, bid'ah forever, dan haram always, sementara kemajuan ilmu pengetahuan yang dicapai para ilmuwan muslim tidak ditiru.

Lalu, kenapa menulis perlu mood? Kan, tinggal nulis aja gitu, apa susahnya ngetik? Mood (suasana hati) gampang dibangun, tapi juga bisa cepat hilang dalam satu kedipan mata. Jadi, bila sudah ada mood menulis, sebaiknya dijaga supaya tetap fokus pada apa yang mau ditulis dan menghasilkan tulisan bagus.  

Tujuan Ngeblog


Kalau gak pake riset keyword nyungsep, lho! Artikel-artikelnya gak ada yang nangkring di halaman 1 Google. Nanti Adsensenya gak payout karena nulis artikel yang CPC-nya nol terus.

Kembali ke tujuan kita ngeblog. Kalau tujuan awal kita ngeblog untuk nulis sambil cari duit, maka riset keyword WAJIB dilakukan. Makin banyak artikel kita yang muncul di halaman satu Google (dan mesin pencari  lain), makin besar kita dapat trafik. Makin banyak trafik maka blog kita makin bernilai seiring dengan naiknya domain authority dan page authority.
 

Saya sendiri punya blog di Blogspot sudah lama banget, jadi tinggal nerusin saja. Dulu belum tahu (tidak mau tahu) soal riset keyword, SEO on-page, template blog yang mobile friendly dll. Bahkan saya sempat meninggalkan Blogspot dan beli hosting sendiri supaya bebas mengkreasikan tampilan blog.

Buat saya ngeblog itu mengasah bakat menulis yang muncul sejak kelas 3 SD. Ngeblog juga mewujudkan cita-cita masa kecil ingin punya penerbitan majalah sendiri. Waktu itu saya melihat yang bekerja di media massa, terutama wartawan, adalah orang yang keren karena mereka pintar, cerdas, serba tahu, dan kenal banyak orang.

Ternyata setelah mengalami sendiri jadi wartawan, rasanya melelahkan. Lalu resign setahun kemudian.

Walaupun kita ngeblog bukan berdasar money oriented, setidaknya pakailah template yang SEO friendly. Template emperbaca.com ini skor SEO-nya 61. Cuma, SEO on-page-nya berantakan dan tidak pakai riset keyword, jadi saldo Adsensenya juga belum cukup buat jajan cilok.

Perbarui Konten Secara Rutin


Rutin disini maksudnya tiap hari, ya, bukan sebulan sekali. Sesuai namanya, salah satu ciri weblog adalah keterbaruan konten yang lebih cepat dari website milik Pemda.

Walau kita tidak melakukan riset keyword dan menulis dengan teknik SEO on-page, makin rajin kita posting artikel (yang berkualitas), makin besar peluang kita nongol di Google, minimal di halaman 5-10. 

Artikel berkualitas, adalah artikel yang:

1. Ditulis dengan disertai riset data atau riset pustaka. 
Kalau kamu curhat punya bestie toxic, maka sertakan info apa efek negatif punya bestie yang toxic. Sertakan sumber dari mana info itu didapat atau pasang sebagai link aktif di dalam artikel. 

2. Lengkap. Kalau kamu punya pengalaman pribadi yang berhubungan dengan topik yang ditulis, sertakan pengalaman itu. Secukupnya aja, gak usah jadi biografi. Pengalaman orang lain juga boleh.

Tulis artikel selengkap-lengkapnya dan sedetail-detailnya. Walau orang Indonesia gak suka baca  yang panjang-panjang, tapi Google suka artikel panjang karena dianggap lengkap. Kita perlu mengikuti Google karena pembaca kita nanti akan lebih banyak berasal dari Google.

3. Mematuhi ketentuan jumlah kata. Jumlah kata yang disarankan dalam sebuah artikel minimal 300-500 kata, tapi banyak blogger Indonesia yang menyarankan kita menulis mininal 800-1000 kata supaya mudah terbaca robot Google yang melakukan indexing ke blog kita.

Kalau kamu menganggap dengan 500 kata saja informasi diartikelmu sudah lengkap, ya sudah. Tidak perlu diperpanjang sampai 1000 kata karena malah bikin artikelmu jadi ngalor-ngidul gajelas.

Konten Evergreen di Blog Gado-gado


Selama tiga bulan emperbaca.com mengudara, saya banyak membaca blog yang SEO banget dengan taksiran penghasilan minimal Rp1,8jt per bulan. 

(FYI: upah blogger dari AdSense jauh lebih kecil dibanding YouTuber, by the way)

Dari situ saya berkesimpulan bahwa jenis konten seperti emperbaca.com ini termasuk blog dengan konten evergreen.

Blog dengan konten evergeen adalah blog yang konten-kontennya tidak lekang dimakan waktu walau tanggal postingnya sudah lama. Isi dari artikel evergreen relevan dibaca kapan saja, bahkan bertahun-tahun mendatang karena topik yang dibahas tidak mengikuti isu dan tren yang sedang populer.

Blog evergreen biasanya tidak punya niche (topik khusus) alias isinya gado-gado. Meski begitu, blog dengan konten evergreen bisa saja punya niche, misal blog musik, blog teater, atau blog pertanian. 

Blog evergreen yang punya satu niche bahkan amat mudah di-monetize. Para advertiser yang pasang iklan di Google Ads, Facebook, dll senang pada blog yang fokus pada niche tertentu ketimbang blog gado-gado yang hari ini bahas musik, besoknya bahas minyak goreng mahal.

***

Last but not least, pakai riset keyword atau tidak, blog di-monetize atau tidak, ada yang baca atau tidak, tetaplah menulis. Menulis bisa mencegah kita pikun. Juga mencegah kita dari perbuatan ghibah di medsos. Pun membuat kita bahagia karena menulis bisa jadi tempat mencurahkan isi hati walau pakai bahasa campur-campur ala keminggris.