Pergeseran Makna Kata Selain Peyorasi dan Ameliorasi
Pergeseran makna suatu kata terjadi karena bahasa adalah sebuah sistem yang hidup dan dinamis, terus berubah seiring waktu dalam menanggapi kebutuhan, pengalaman, dan perubahan budaya masyarakat.
Penyebab Terjadinya Pergeseran Makna Kata
1. Perubahan sosial dan budaya. Pandangan masyarakat berubah seiring dengan perjalanan waktu dan berubahnya nilai sosial serta norma di masyarakat tersebut.
Kata-kata yang awalnya mencerminkan atau mewakili nilai tertentu dapat mengalami pergeseran makna agar tetap relevan dengan konteks sosial budaya yang baru. Misalnya, istilah yang dulu netral bisa menjadi negatif atau sebaliknya saat masyarakat mengubah cara pandangannya terhadap hal-hal tertentu.
2. Inovasi teknologi. Perubahan struktur sosial berubah karena adanya kemajuan dan inovasi teknologi. Kata-kata pun harus menyesuaikan agar dapat memenuhi kebutuhan komunikasi yang baru.
Suatu kata dapat mengalami perluasan atau pengalihan makna untuk menggambarkan konsep-konsep yang muncul dari inovasi atau perkembangan tersebut.
Contohnya kata mouse dalam bahasa Inggris artinya tikus, sekarang juga merujuk pada perangkat komputer.
3. Pengaruh media dan globalisasi. Media massa, media sosial, internet, dan interaksi antarbudaya membuat pertukaran bahasa menjadi lebih intens dan cepat.
Dalam lingkungan global, kata bisa menyerap makna tambahan dari bahasa lain atau sebaliknya. Makna asli dapat terdistorsi karena interpretasi yang berbeda dari berbagai komunitas masyarakat di dunia.
4. Proses semantik internal.
Bahasa memiliki proses semantik internal seperti generalisasi,
spesialisasi, peyorasi, dan ameliorasi.
Proses-proses ini mengadaptasi makna kata melalui penggunaan sehari-hari, pergeseran konteks, dan pengaruh dari penggunaan kiasan atau metafora.
Sebagai contoh, kata yang awalnya digunakan secara spesifik bisa terlebar artinya jika penggunaannya terus berkembang ke konteks lain yang memiliki kesamaan tertentu.
Istilah untuk pergeseran makna yang paling kita kenal selama ini adalah peyorasi dan ameliorasi.
Peyorasi (penurunan makna) adalah proses dalam evolusi bahasa di mana makna suatu kata bergeser ke arah yang negatif. Kata yang pada awalnya bersifat netral atau bahkan positif berubah menjadi istilah yang memuat penilaian negatif atau merendahkan.
Contohnya kata klitih dalam bahasa Jawa tadinya bermakna netral karena artinya jalan-jalan iseng tanpa arah dan tujuan. Sekarang klitih bermakma negatif yang artinya perbuatan kriminal remaja di jalan.
Related: Makna Kata yang Berubah dengan Peyorasi dan Ameliorasi
Sedangkan ameliorasi (peningkatan makna) adalah kata atau frasa yang mengalami perubahan makna menjadi lebih positif atau lebih halus dari makna aslinya.
Contohnya kata abdi tadinya bermakna budak atau orang yang berada di bawah kendali orang lain. Sekarang abdi maknanya berubah positif dalam konteks pelayanan umum seperti abdi negara untuk pegawai negeri, atau abdi dalem untuk pelayan setia di keraton Yogya dan Solo.
Pergeseran Makna Kata Selain Peyorasi dan Ameliorasi
Selain peyorasi dan ameliorasi ada beberapa pergeseran makna yang berubah seiring berjalannya waktu.
1. Generalisasi (perluasan makna)
Makna kata yang awalnya terbatas pada konteks atau objek tertentu sekarang berkembang ke konteks yang lebih luas. Sebuah kata mengalami perluasan makna supaya kata tersebut menjadi lebih fleksibel dan dapat diterapkan pada situasi atau objek lain yang memiliki aspek sama.
Contoh kata yang mengalami generalisasi atau perluasan makna adalah bintang. Pada awalnya, kata bintang merujuk pada benda langit yang tampak berkelip di langit malam.
Seiring berkembangnya penggunaan bahasa, makna bintang melebar dan meluas sehingga juga digunakan untuk menyebut orang yang memiliki keunggulan atau popularitas tinggi—seperti dalam istilah bintang film, bintang olahraga, atau bintang musik.
Di sini, makna yang semula konkret (sesuatu yang terlihat di langit) telah digeneralisasi menjadi konsep abstrak yang melambangkan seseorang yang sangat dikenal dan berprestasi.
Contoh lain kata yang mengalami perluasan makna adalah rumah. Kata rumah secara harfiah berarti tempat tinggal. Namun, dalam perkembangan bahasa, kata ini juga muncul dalam berbagai istilah gabungan seperti rumah sakit, rumah kaca, atau rumah makan.
Pada contoh-contoh tersebut makna rumah telah diperluas untuk merujuk pada institusi, bangunan atau tempat yang memiliki fungsi tertentu, bukan lagi hanya sebagai tempat tinggal.
2. Spesialisasi (penyempitan makna)
Spesialisasi atau penyempitan makna adalah proses evolusi semantik di mana arti suatu kata, yang dulunya mencakup berbagai konsep atau objek kini mengalami pengerucutan sehingga hanya merujuk pada makna yang lebih sempit, spesifik, dan terfokus.
Contoh kata yang mengalami spesialisasi atau penyempitan makna adalah buah. Kata buah dulu berarti semua hasil alam. Sekarang buah digunakan khusus untuk hasil tumbuhan tertentu.
Contoh lain kata yang maknanya menyempit adalah komputer. Pada mulanya, istilah komputer digunakan untuk menyebut orang yang melakukan perhitungan atau perhitungan manual. Seiring majunya teknologi pada abad ke-20, arti kata komputer menyempit dan merujuk pada alat elektronik yang khusus dirancang untuk mengolah data.
Perubahan makna ini menunjukkan bagaimana kebutuhan praktis memaksa suatu kata untuk bertransformasi agar lebih akurat dalam menggambarkan fenomena atau objek yang ada.
3. Asosiasi (pergeseran konotasi)
Asosiasi atau pergeseran konotasi suatu kata adalah fenomena di mana nilai emosional, penilaian, atau asosiasi kultural yang melekat pada suatu kata mengalami transformasi seiring waktu.
Dalam hal ini, meskipun makna denotatif (arti harfiahnya) tetap, makna konotatif—yang mengandung nuansa perasaan atau penilaian—telah bergeser. Ini terjadi karena dinamika sosial, budaya, dan sejarah.
Contoh kata yang mengalami asosiasi atau pergeseran konotasi adalah tradisional. Kata tradisional secara denotatif merujuk pada hal-hal yang berhubungan dengan adat atau kebiasaan lama.
Namun, dalam konteks modern, kata ini mengalami pergeseran konotasi. Di satu sisi, tradisional bisa diasosiasikan dengan keaslian dan warisan budaya. Di sisi lain, dalam debat mengenai inovasi dan modernisasi, istilah tradisional juga dipandang negatif sebagai sesuatu yang menghambat perubahan
Contoh lain kata yang mengalami asosiasi adalah ilegal. Kata ilegal awalnya mengacu pada sesuatu yang tidak sah atau tidak sesuai hukum.
Namun, melalui penggunaan dalam percakapan sehari-hari dan media, ilegal sering mendapat konotasi negatif yang mengaitkannya dengan kriminalitas dan ketidakadilan.
4. Sinestesia
Sinestesia adalah pergeseran makna karena perpindahan kesan indra. Contoh kata yang mengalami sinestesia adalah nada. Kata nada awalnya terkait dalam konteks pendengaran. Sekarang juga dipakai untuk menggambarkan suasana atau nuansa, misalnya nada bicara.
Sinestesia sering ditemukan dalam sastra atau puisi. Pengarang dengan sengaja menggabungkan persepsi indera. Misalnya deskripsi tentang warna dingin tidak berarti warna itu terasa dingin atau kedinginan. Warna dingin dalam puisi atau karya sastra mencoba mengomunikasikan nuansa emosional dan atmosfer tertentu. Bisa untuk menggambarkan ketenangan, kesendirian, atau kesedihan yang timbul dari pengalaman yang bersifat multisensorik, yaitu rasa dingin.
Dalam hal ini, atribut yang biasanya diasosiasikan dengan suhu dikaitkan dengan persepsi visual, sehingga makna kata dingin bergeser dari arti fisiknya ke makna yang lebih emosional dan simbolis.
5. Metafora
Metafora dalam konteks pergeseran makna merujuk pada proses di mana makna suatu kata atau ungkapan yang awalnya bersifat harfiah (apa adanya) mengalami pergeseran karena penggunaannya secara figuratif (tidak dimaksudkan untuk diartikan secara harfiah).
Awalnya, sebuah kata punya makna konkret yang spesifik, lama-lama kata itu memperoleh lapisan makna baru yang mendalam dan abstrak.
Contoh kata yang mengalami metafora dalam konteks pergeseran makna adalah akar. Kata akar merujuk pada bagian tumbuhan yang biasanya tertanam di dalam tanah berfungsi sebagai penguat sekaligus pengisap air dan zat makanan. Sekarang kata akar sering digunakan dalam konteks abstrak seperti akar masalah.
6. Metonimia
Metonimia adalah pergeseran makna dengan menggunakan sesuatu yang berhubungan. Dalam metonimia, pergeseran makna terjadi bukan karena kesamaan bentuk atau kualitas, melainkan karena adanya hubungan kontigu atau asosiasi antara kedua hal tersebut.
Contoh kata yang mengalami metonimia adalah istana dalam kalimat istana mengumumkan kebijakan baru.
Kata istana digunakan untuk mewakili pemerintah atau presiden. Istana yang arti harfiahnya adalah tempat kediaman resmi para pemimpin, sekarang digunakan untuk menggantikan keseluruhan institusi pemerintahan.
Metonimia juga sering ditemukan dalam karya sastra dan percakapan sehari-hari, di mana penggunaan gaya bahasa ini meningkatkan kekayaan ekspresi dan daya ungkap suatu pesan.
***
Pergeseran makna merupakan cermin dari perubahan manusia dalam cara berpikir, berkomunikasi, dan menjalani kehidupan. Bahasa tidak pernah berhenti beradaptasi; ia berkembang bersama masyarakatnya agar selalu relevan dan mencerminkan realitas hidup yang terus berubah.
Posting Komentar untuk "Pergeseran Makna Kata Selain Peyorasi dan Ameliorasi"
Posting Komentar