Singkatan yang Benar Sosmed atau Medsos?

Sosmed (sosial media) dan medsos (media sosial) adalah singkatan bentuk clipping atau pemotongan suku kata. Yang dimaksud singkatan adalah pemendekan kata atau frasa dengan cara memotong sebagian atau menggunakan inisial, tapi umumnya dieja per huruf.

Contoh singkatan antara lain KTP, PBB, SMP, UGM, SD, dan KPK. Bentuk pemendekan kata lainnya adalah akronim. Akronim adalah pemendekan yang menggabungkan huruf awal, suku kata, atau gabungan huruf dan suku kata yang diperlakukan sebagai kata yang wajar. Misalnya puskesmas, ponsel, telkom, dan SIM. 

Pada SIM, meskipun disingkat dari Surat Izin Mengemudi, kependekannya termasuk akronim karena dapat dilafalkan secara wajar jadi sim.

Sosmed dan medsos meski dapat dilafalkan secara wajar, tapi prinsip pembentukannya memotong bagian kata (clipping) sehingga termasuk singkatan, bukan akronim.

Jadi yang benar sosmed atau medsos?

Pola Pembentukan Frasa 

Pola pembentukan frasa dalam bahasa Indonesia secara umum menggunakan pola diterangkan-menerangkan (D-M). Namun, dalam percakapan sehari-hari kita ternyata menemukan pola menerangkan-diterangkan (M-D) yang lazim ditemukan pada bentuk frasa adjektival. 

Contohnya sangat cantik, agak lama, dan kurang tinggi. Selain itu, frasa verbal seperti belum tidur, tidak pulang, dan sudah jalan yang biasa kita temukan dalam percakapan sehari-hari juga berpola M-D.

Dengan begitu, pola pembentukan frasa bahasa Indonesia juga menggunakan diterangkan-menerangkan (D-M) dan menerangkan-diterangkan (M-D). 

Akan tetapi, Anton Moeliono dalam Suatu Reorientasi dalam Tata Bahasa Indonesia dalam buku Kembara Bahasa: Kumpulan Karangan Tersebar (1989) menulis bahwa pola menerangkan-diterangkan-menerangkan (M-D-M) bisa saja terbentuk. 

Contohnya pada kalimat tiga orang mahasiswa Indonesia. Pada contoh tersebut, mahasiswa berdiri sebagai unsur inti yang diapit oleh tiga orang dan Indonesia sebagai pewatasnya (sesuatu yang digunakan untuk membatasi).

Jadi pembentukan frasa bahasa Indonesia ternyata menganut tiga pola sekaligus, yaitu D-M, M-D, dan M-D-M. Namun, yang paling umum adalah diterangkan-menerangkan (D-M). Jadi kalau ditanya apa pola pembentukan frasa bahasa Indonesia? Jawabannya sama seperti dulu, yaitu diterangkan-menerangkan (D-M).

Sementara itu bahasa Inggris hanya menganut pola menerangkan-diterangkan (M-D).

Sosmed atau Medsos?

Karena ada perbedaan pola pembentukan frasa antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, maka singkatan yang benar adalah medsos dari frasa media sosial. Kenapa bukan sosial media dan sosmed?

Karena kita mengikuti kaidah dari Ejaan yang Disempurnakan Edisi Kelima atau disingkat dengan EYD V.

EYD V

Ejaan yang Disempurnakan (EYD) V menggantikan PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia) sejak 2022. Dulu sebelum PUEBI kita menggunakan EYD sampai edisi keempat. Kemudian pada 2014 digantikan oleh PUEBI. Sekarang yang berlaku adalah EYD V. 

Kata media sosial merupakan serapan dari bahasa Inggris social media. EYD V menempatkan kata benda sebelum kata sifat, sehingga media yang merupakan kata benda mendahului sosial yang merupakan kata sifat.

Karena itulah Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) terbitan Kemendikdasmen (dulu Kemdikbudristek) mencantumkan padanan social media sebagai media sosial.

Penggunaan frasa sosial media muncul dari pengaruh bahasa Inggris (social media), tapi bukan kata baku karena tidak sesuai ketentuan EYD V.

D-M dan M-D

Contoh frasa bahasa Inggris yang terjemahannya terbalik seperti social media dan media sosial adalah blue sky (langit biru). Kenapa bukan biru langit? Ada juga red flag yang diterjemahkan jadi bendera merah. Kenapa bukan merah bendera?

Karena pembentukan frasa bahasa Indonesia mengikuti pola D-M dengan urutan benda + sifat. Sky (langit) merupakan kata benda dan blue (biru) merupakan kata sifat. Pun pada red flag yang jadi kata benda adalah flag (bendera) sedangkan kata sifatnya adalah merah.

Blue sky dan red flag dalam bahasa asalnya mengikuti urutan sifat + benda dari bahasa Inggris yang berpola M-D (menerangkan-diterangkan).

Adanya perbedaan pola frasa dan kaidah ejaan membuat frasa dalam bahasa Inggris tidak bisa diterjemahkan mentah-mentah ke dalam bahasa Indonesia. Maka terjemahan social media yang baku adalah media sosial atau disingkat medsos.