Beda Prakata dan Kata Pengantar Ditulis Oleh Orang dan Penulis

Beda Prakata dan Kata Pengantar Ditulis Oleh Orang dan Penulis

Pada penulisan skripsi, makalah, atau karya fiksi kita sering membaca bagian Kata Pengantar yang berisi ucapan terima kasih si penulis kepada orang-orang dan apa yang harapannya dari karya tulisnya itu.

Ternyata, itu namanya bukan Kata Pengantar, melainkan Prakata. Sayangnya, semua penulisan makalah, skripsi, sampai novel terkemuka menganggap ucapan terima kasih dari si penulis sebagai Kata Pengantar. Apa itu berarti semua makalah dan skripsi serta beberapa buku fiksi yang menggunakan Kata Pengantar sebagai ucapan terima kasih berarti salah?

Terima Kasih yang Dilewati

 

Para dosen pembimbing skripsi di perguruan tinggi sering melewatkan bagian Kata Pengantar mungkin karena isinya cuma ucapan terima kasih kepada orang-orang yang tidak dikenal dosen. Dan bagian itu sudah pasti tidak perlu direvisi, wong tidak ada kaitannya dengan keilmuan.

Itu mungkin yang jadi sebab bagian Kata Pengantar salah kaprah dimaknai sebagai bab untuk mengucapkan terima kasih semata.

Kata Pengantar (Foreword) Pendongkrak Kredibilitas Penulis


KBBI mengartikan Kata Pengantar sebagai kata pendahuluan. Masih dari KBBI yang mengambil terminologi dari Ilmu Komunikasi, Kata Pengantar berarti: kata-kata dari orang terkenal yang dimuat di halaman depan sebagai tanda terbitnya suatu buku.

Kalau merujuk pada arti dari Kamus Besar Bahasa Indonesia ini, betul, Kata Pengantar bisa digunakan sebagai tempat untuk mengucapkan terima kasih dari si penulis kepada orang yang mendukungnya.

Akan tetapi, kata pendahuluan yang dimaksud KBBI juga bisa bermakna: kata yang dibuat oleh si penulis sendiri atau orang lain sebagai pendahuluan dari sebuah karya tulis dan buku.

Karya tulis adalah karangan atau tulisan yang didasarkan pada fakta maupun fiksi serta kaidah tertentu.

Sementara itu, kamus Merriam-Webster mengartikan Kata Pengantar (foreword) sebagai komentar pembuka/perkenalan (seperti untuk buku) terutama ketika ditulis oleh orang selain penulis.

Melihat itu maka makna dari Kata Pengantar adalah pendahuluan yang ditulis oleh orang lain yang ditujukan kepada panulis. Misal, kita baru pertama kali membuat novel dan akan kita kirim ke penerbit mayor.

Supaya novel itu menarik minat orang untuk membelinya, kita muat Kata Pengantar dari Dee Lestari, misalnya, atau Sabda Armando Alif yang mengapresiasi novel dan kemampuan kita meracik cerita.

Sebelumnya kita kirim dulu naskah novel kita ke mereka bisa lewat email atau datang langsung ke tempat mereka. Kata Pengantar juga bisa dibuat oleh penerbit, terutama penerbit mayor (besar).

Kata pengantar dari orang terkenal bisa mendongkrak kredibilitas penulis, terutama pemula, karena karyanya dianggap layak untuk dibaca.

Prakata (Preface) dan Harapan Penulis

 

Prakata disebut juga dengan mukadimah yang artinya (uraian dan sebagainya) yang ditulis oleh penulis atau pengarang sebagai pengantar suatu karya tulis (buku, laporan, penelitian, dan sebagainya); mukadimah.

Jadi, semua ucapan terima kasih kepada orang-orang tersayang juga alasan kita menulis buku tersebut. Selain itu apa yang jadi harapan dan tujuan kita menulis novel, skripsi, makalah, atau karya nonfiksi lainnya juga ditulis dalam Prakata.

Maka kalau kita pernah menyusun skripsi dengan menaruh ucapan terima kasih di bagian Kata Pengantar, itu sebenarnya keliru. Mestinya kita ganti Kata Pengantar itu dengan Prakata. Apa daya, nasi sudah jadi bubur.

Mana yang lebih dulu ditaruh di halaman depan? Kata Pengantar atau Prakata? Tidak ada aturan baku karena tergantung kebijakan penerbit atau keinginan penulis mau menaruh halaman Kata Pengantar atau Prakata lebih dulu.

Related: Judul Dulu atau Isi Dulu?

Namun, umumnya dalam buku posisi Kata Pengantar ditaruh lebih dulu di halaman terdepan. Pada halaman berikutnya barulah Prakata kita baca. Setelah Prakata barulah kita akan menemukan bab pertama.


Beda Menyebut Nama Negara Karena Eksonim dan Endonim

Beda Menyebut Nama Negara Karena Eksonim dan Endonim

Kita menyebut negara-negara yang pernah menjajah kita dengan sebutan Belanda, Jepang, Inggris, Prancis, dan Portugis. Namun orang mereka sendiri menyebut negaranya dengan Nederland, Nippon/Nihon, United Kingdom, FranΓ§aise, dan Portugal.

Sementara itu nama internasional untuk enam negara itu adalah The Netherland, Japan, United Kingdom, France, dan (tetap) Portugal.

Kenapa ada perbedaan dalam menyebut nama-nama negara?

Orang-orang antar-negara saling beda menyebut nama negara lain karena faktor pengucapan, ejaan, dan bahasa yang digunakan.

Sebagai contoh, orang Jepang sulit mengucapkan huruf L karena di kosakata mereka lebih banyak huruf R dan tidak ada huruf L. Namun orang Tiongkok justru tidak tidak bisa mengucapkan R karena di kosakata mereka lebih banyak huruf L.

Selain itu juga karena ada perbedaan dalam mengambil asal kata nama negara. Misalnya bahasa Inggris menyebut Mesir dengan Egypt. Kata Egypt diserap dari bahasa Yunani aigyptos yang artinya dibawah laut Aegea.

Sementara endonim Mesir adalah Misr yang diambil dari bahasa Arab. Kita menyebutnya dengan Mesir yang berasal dari pelafalan Misr di lidah orang Indonesia.

Perbedaan dalam menyebut nama-nama negara itulah yang dikenal dengan istilah eksonim dan endonim.

Eksonim dan Endonim


Kata eksonim diambil dari bahasa Yunani exo yang artinya luar dan onoma yang berarti nama. Jadi eksonim adalah istilah untuk menyebut nama tempat (kota dan negara) yang ada di luar tempat tinggal kita.

Ivan Lanin menyebut eksonim sebagai nama tempat dalam bahasa asing. Sedangkan Wikipedia mengartikan eksonim sebagai istilah yang digunakan untuk menyebut suatu tempat, penduduk, atau bahasa yang tidak digunakan oleh penduduk lokal tempat tersebut atau bahasa yang dimaksudkan tersebut.

Sama seperti eksonim, kata endonim juga berasal dari bahasa Yunani yaitu endon yang artinya dalam dan onoma yang berarti nama. Dengan begitu endonim berarti nama yang digunakan orang untuk menyebut diri atau negara mereka sendiri.

Eksonim Indonesia Bagi Orang Asing


Kita menyebut tanah air ini dengan Indonesia, maka endonim negara ini adalah Indonesia yang asalnya dari bahasa Yunani yaitu indus (India) dan nesos (kepulauan) atau kepulauan India.

Orang Jerman menyebut Indonesia dengan Indonesien. Jadi eksonim Indonesia bagi orang Jerman adalah IndonΓ©sien. Orang Prancis menyebut Indonesia dengan IndonΓ©sie, jadi eksonim Indonesia bagi orang Prancis adalah IndonΓ©sie.

Kemudian, orang Turkiye menyebut negara kita dengan Endonezya. Itu berarti eksonim Indonesia dalam bahasa Turkiye adalah Endonezya.

Setelah itu ada bahasa Maori yang menyebut negara kita dengan Initonihia. Dan eksonim tanah air kita dalam bahasa Samoa ialah Indonesikondre.

Endonim dan Eksonim Negara ASEAN


1. Malaysia

Ke mana pun orang Malaysia pergi mereka tidak akan kesulitan menyebut endonim dan eksonim negaranya karena sama-sama disebut dengan Malaysia. Eksonim Malaysia bagi semua negara di dunia tetaplah Malaysia, sama seperti endonimnya

Nama Malaysia diciptakan oleh pelayar Prancis Jules Dumont d'Urville pada tahun 1831 dengan menggabungkan kata malais (melayu) dan nesie (pulau).

2. Singapura

Orang Singapura menyebut negaranya (endonim) dengan Singapura karena bahasa nasionalnya bahasa Melayu. Akan tetapi, orang Singapura keturunan suku Tamil (dari India) menyebut Singapura dengan CiαΉ…kappΕ«r. Sementara keturunan Tionghoa menyebutnya dengan XΔ«njiāpō.

Eksonim Singapura bagi mayoritas negara-negara Barat adalah Singapore.

3. Brunei Darussalam

Endonim negara yang terletak di pantai utara pulau Kalimantan ini adalah Negara Brunei Darussalam. Eksonimnya di hampir semua negara di dunia juga Brunei Darussalam. 

Orang Lithuania menyebut negara ini BrunΔ—jaus Darusalamas. Sedangkan eksonimnya bagi orang Yunani adalah Mbrounei Ntarusalam.

4. Thailand

Endonim negara ini dalam bahasa Thai ialah Thai. Kadang-kadang orang Thai menyebut negaranya dengan sebutan Prathet Thai dan Mueang Thai. 

Sebelum 1939 orang asing menyebut Thailand dengan Siam. Eksonim bahasa Indonesia untuk Thailand juga Thailand sama seperti hampir semua eksonim mayoritas negara di dunia.

5. Vietnam

Endonim Vietnam adalah Việt Nam atau lebih sering disebut dengan Vietnam. Eksonim bahasa Indonesia dan semua negara di dunia juga Vietnam.

Negara ini berada dibawah kekaisaran Tiongkok selama 1000 tahun sampai merdeka pada 939 M. Vietnam kemudian berada dalam jajahan Prancis sejak pertengahan abad 19 sampai 1954 dan berpindah ke tangan Amerika Serikat.

Vietnam berhasil mengusir semua penjajah dan merdeka dengan tangannya sendiri sama seperti Indonesia.

6. Filipina

Endonim negara ini dalam bahasa Tagalog adalah Pilipinas. Bahasa Tagalog disebut juga dengan bahasa Filipina.

Makanya orang Pilipinas juga menyebut negara mereka dengan Filipina, sama seperti eksonimnya dalam bahasa Indonesia. 

Eksonim negara-negara berbahasa Inggris adalah Philippines. Orang Arab menyebut negara bekas jajahan Spanyol dan Amerika Serikat ini dengan Al-felpine. Sementara eksonimnya dalam bahasa Denmark ialah Filippinerne.

7. Kamboja

Orang Kamboja menyebut negara mereka dengan Kampuchea dari bahasa Prancis cambodge. Eksonim Kampuchea dalam bahasa Inggris adalah Cambodia.

Sementara itu dalam bahasa Italia disebut dengan Cambogia dan eksonimnya dalam bahasa Hongaria adalah Kambodzsa.

8. Laos

Nama negara ini berasal dari kata Laotian yang merupakan etnis asal Tiongkok yang bermigrasi ke satu-satunya negara di Asia yang tidak punya pantai ini pada abad 8 dan 9 Masehi.

Prancis yang menjajah kawasan Indochina lalu menyatukan tiga negara di Indochina menjadi satu dan memberinya nama Laos pada 1893. Asal nama Laos juga berasal dari kata Lan Xang yang artinya kerajaan gajah.

Negara Eksonim untuk Laos bagi masyarakat dunia juga Laos. Cuma ada beberapa negara saja yang menyebut Laos dengan sebutan berbeda, yaitu eksonim dalam bahasa Arab menjadi Laus. 

Eksonim bagi orang Vietnam ialah Lào dan pada bahasa Mandarin tradistional disebut dengan Lǎowō.

9. Myanmar 

Sejak abad ke-13 endonim Myanmar dalam bahasa Myanmar adalah Mran Ma atau Myanma. Dulu negara ini dikenal dengan nama Burma yang berasal dari nama suku mayoritas di sana yaitu Burman atau Barman.

Pada 1989 pemerintah junta militer mengubah Burma menjadi Myanmar yang berasal dari kata Mran Ma atau Myanma. Sampai sekarang orang Myanmar masih menyebut negara mereka dengan dua kata itu.

Eksonim Myanmar bagi orang asing juga sama-sama Myanmar. Hanya saja eksonim bahasa Irlandia menyebutnya dengan Mhaenmar.

10. Timor Leste

Negara ini sempat jadi bagian dari Indonesia pada 1976-1999 dengan nama Timor Timur setelah sebelumnya berada dibawah jajahan Portugis.

Presiden BJ Habibie kemudian memberikan referendum bagi Timor Timur. Mayoritas rakyat Timtim memilih lepas dari Indonesia dan sampai sekarang jadi negara mandiri bernama Timor Leste sejak 19 Oktober 1999.

Arti Timor berasal dari bahasa Melayu/Indonesia yang artinya timur. Sedangkan Leste berasal dari bahasa Portugis yang artinya juga timur.

Alih-alih menggunakan nama Timur, orang Timor memilih nama Leste seperti nama yang mereka gunakan sebelum berintegrasi dengan Indonesia. Makanya eksonim negara ini di Portugal juga Timor-Leste.

Eksonim bahasa Slovenia untuk negara penghasil kayu cendana dan marmer ini ialah Vzhodni Timor. Sementara itu eksonimnya bagi negara berbahasa Inggris adalah East Timor.


Bikin Judul Dulu atau Isi Dulu, Mana yang Ideal?

Bikin Judul Dulu atau Isi Dulu, Mana yang Ideal?

Banyak guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dan penulis yang menyarankan membuat judul dulu baru isinya. Hal itu untuk memudahkan menulis supaya tulisan tetap pada tema dan tidak ngalor-ngidul membahas yang tidak ada hubungannya dengan tema.

Akan tetapi, banyak novelis yang justru lebih mudah menulis isinya dulu lalu judul karena bisa mengembangkan ide atau mengubahnya bila dirasa perlu.

Apa beda penulis dan novelis? Novelis adalah penulis novel jadi semua novelis adalah penulis, tapi penulis belum tentu novelis.

Jadi sebetulnya tidak ada aturan tentang mana yang idealnya dibuat lebih dulu, judul atau isi. Namun ada beberapa saran berkaitan dengan jenis tulisan apa yang akan kita buat.

Judul Berita

 

Kalau kita mau nulis berita sebaiknya buat judul dulu karena berita tidak butuh opini atau pendapat siapa pun kecuali narasumber berita. 

Selain itu artikel berita cuma perlu memuat fakta 5W+1H (what, when, where, why, who, dan how). Judul artikel berita juga tidak dibuat untuk memancing orang supaya tertarik membaca dan perlu ditulis lebih dulu supaya 5W+1H tidak ada yang terlewat.

Kalau ada media berita online membuat judul yang tidak ada hubungannya dengan isi berita, berarti media tersebut cuma mementingkan clickbait. Mereka membuat judul dengan tujuan supaya orang mengklik isi berita (clickbait) dengan tujuan mencari view guna mencari penghasilan semata.

In-depth Report

 

Reportase mendalam (in-depth) biasanya ditemukan di majalah berita yang ditulis oleh wartawan investigasi. In-depth reportt memuat 5W+1H dari satu masalah dengan sangat lengkap dan akurat.

Judul biasanya ditulis belakangan setelah artikel ditulis secara utuh. Judul boleh sedikit bombastis, memakai kiasan, atau apa adanya. Terpenting semuanya ditulis sesuai fakta dan tidak boleh ada opini wartawan disitu.

Artikel Feature dan Opini


Artikel feature adalah artikel ringan tentang peristiwa ringan sehari-hari di kehidupan kita. Zaman dulu artikel feature biasanya ada di tabloid, majalah wanita dan majalah remaja, atau majalah khusus seperti otomotif, flora-fauna, dan olahraga.

Tapi di era digital seperti sekarang artikel feature lebih banyak dimuat di blog publik yang ditulis oleh masyarakat umum. Tokoh masyarakat dan para pakar juga sering menulis artikel feature di kolom opini media massa atau media online.

Karena bahasan dan bahasanya yang ringan, banyak yang menulis isi artikelnya dulu baru judulnya kemudian. Setelah menulis bahasan dengan lengkap barulah mereka memikirkan judul yang sesuai dengan isi artikel dan menarik minat orang untuk membaca.

Karya Fiksi

 

Pada karya fiksi seperti cerpen, puisi, dan novel judul boleh dibuat duluan atau belakangan. Banyak cerpenis dan novelis yang menulis jalan ceritanya dulu kemudian judul. Alasannya supaya mereka bisa leluasa mengembangkan cerita yang kemudian dikerucut menjadi judul.

Penulis puisi, disebut juga dengan penyair, ada yang menulis judul dulu baru isi, tergantung pada kebiasaan dan kenyamanan si penyair. Penyair yang membuat judul lebih dulu biasanya karena tidak ingin tema puisinya berubah di tengah jalan dan ingin tetap pada tema. Sementara penyair yang ingin mengeksplorasi isi atau ingin mengubah tema ditengah jalan lebih memilih menulis judul belakangan.

***

Bikin judul dulu atau isi dulu tergantung si penulis. Ada penulis yang mudah sekali mengeluarkan imajinasi, isi pikiran, dan ide, tapi sulit membuat judul. Ada juga yang mudah membuat judul, tapi kesulitan mengembangkan ide.

Jadi kita juga boleh kadang bikin judul dulu baru isinya dan dilain waktu bikin isi dulu kemudian judulnya belakangan, dan sebaliknya. Tidak ada aturan baku, maka yang penting adalah jangan ragu menulis apa pun dan jangan terpaku hanya pada judul.

Mengarang Cerpen Tanpa Plagiat

Mengarang Cerpen Tanpa Plagiat

Pernah baca novel The Hunger Games karangan Suzanne Collins dan Divergent karya Veronica Roth? Novel itu sama-sama bertokoh utama remaja perempuan 16 tahun, memakai kata ganti orang pertama, berlatar distopia dan kekacauan di masa depan, serta diwarnai adegan laga dan peperangan.

Dua novel itu sama-sama laris di banyak negera dan telah diangkat ke layar lebar yang juga sukses. Akan tetapi, kita tidak berpikir bahwa Divergent yang terbit 2011 memplagiat/menjiplak The Hunger Games yang lebih dulu terbit di 2008.

Kenapa? Sebab meski banyak kesamaan, tidak ada dalam dua novel itu yang bisa disebut sebagai plagiat.

Suatu karya fiksi entah itu cerpen, puisi, atau novel bisa dibilang plagiat terhadap karya lain kalau kita terinspirasi, tapi menulis ulang mentah-mentah tanpa modifikasi seperti yang didalamnya terdapat hal dibawah ini.

1. Menerjemahkan

 

Penerbit di Indonesia yang ingin menerjemahkan karya fiksi asing harus minta izin ke penerbit asli tangan pertama yang mencetak buku tersebut. 

Setelahnya mereka harus membayar sejumlah biaya royalti dan lisensi serta mengurus kontrak.

Melihat yang seperti itu kita bisa ambil kesimpulan kalau menerjemahkan tidak bisa sembarangan karena termasuk karya aslinya termasuk hak cipta intelektual. Kalau kita menerjemahkan tanpa mencantumkan nama penulis asli dan memberitahu di mana karya itu terbit, kita bisa dibilang melakukan plagiat.

Namun, walau sudah mencantumkan penulis asli dan sumber tayangnya, menerjemahkan mentah-mentah ternyata juga belum bisa dibilang bebas plagiarisme.

Kita cuma boleh menerjemahkan sebanyak 25% dari total cerita yang kita tulis supaya terhindar dari plagiarisme. Misal kita membuat cerpen sepanjang 2000 kata. Maka terjemahan yang kita salin hanyalah 500 kata.

Selebihnya haruslah memakai ide, kalimat, dan gaya bahasa kita sendiri. Kalau kita terinspirasi dari sebuah karya dan ingin mengarang tema, tokoh, latar, dan alur yang sama, sangat baik kita menulis dengan kalimat, gaya bahasa, dan imajinasi sendiri.

2. Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik

 

Misal kita suka cerita horor dan terinspirasi ingin menulis seperti Risa Saraswati. Pun kita ingin menulis seperti Habiburahman El-Shirazy yang ciamik mengarang novel religi. Boleh ambil tema mereka dan latar serta karakter tokohnya, tapi masukkan unsur insintrik dan ekstrinsik.

Unsur intrinsik atau unsur internal adalah pengalaman, cara pandang, ideologi, kepribadian, pola pikir, karakter, dan kejadian yang langsung dialami dan berasal dari dalam diri penulisnya sendiri.

Misal, kita membuat tokoh A. Karakter dan kebiasaan A ini kita ambil dari karakter kita sendiri yang suka ngopi, bangun siang, dan suka dugem. Itu berarti kita menaruh unsur insintrik di dalam tokoh.

Unsur intrinsik juga bisa ditaruh didalam alur cerita, tempat, waktu kejadian, dan semua yang kita rasa perlu dimasukkan dalam cerita.

Sedangkan unsur ekstrinsik atau eksternal kebalikan dari intrinsik, yaitu semua pengalaman, ideologi, cara pandang, dan semua hal yang berasal dari orang dan peristiwa diluar si penulis. Jadi kita mengambil yang ada dan terjadi pada orang lain untuk kita masukkan dalam cerita.

3. Parafrasa

Parafrasa (kata tidak bakunya: parafrase) adalah menulis ulang dari artikel, cerita, dan kisah yang sudah terbit dengan mengubah kalimat dan susunan kata sehingga terlihat seperti artikel atau cerita yang baru.

Related: Parafrasa Cara Termudah Menulis Artikel Tanpa Dianggap Plagiat tapi Minim Etika

Melakukan parafrasa tidak termasuk plagiat asal kita mencantumkan nama penulis aslinya. Kalau cerpen atau artikel yang kita parafrasa tayang di internet, kita juga harus menyebut situs tempat cerpen itu dimuat. 

Cerpen yang Terinspirasi

 

Kadang ada pengarang yang  ingin diakui sebagai cerpenis lalu cari jalan pintas dengan melakukan plagiat dari cerpen luar negeri dengan dalih terinspirasi. Alih-alih terinspirasi yang dilakukannya cuma menerjemahkan dan melakukan parafrasa.

Kalau mau diakui sebagai cerpenis jempolan jalannya tidak bisa instan dan kita harus banyak membaca karya orang lain sebelum menemukan gaya sendiri. Awal-awal menulis cerpen alur kita mungkin berantakan, karakter tokohnya sama semua, dan penulisan tanda baca yang tidak sesuai EYD. 

Tidak apa-apa, itu semua proses buat kita menghasilkan cerpen yang bagus. Bagus dalam artian enak dibaca, mudah dipahami, dan sudah mahir menempatkan kaidah penulisan di dalam tiap karya.

Berusaha menulis dengan kemampuan sendiri jauh lebih baik dari mengaku terinspirasi padahal cuma plagiasi.

Penyebab Utama Orang Malas Baca Blog: Iklan Gila-gilaan

Penyebab Utama Orang Malas Baca Blog: Iklan Gila-gilaan

Orang malas baca blog tidak melulu karena rendahnya minat baca. Penempatan iklan yang gila-gilaan dan ada di tiap paragraf jadi penyebab utama orang malas baca blog.

Sudah iklannya menutupi artikel, tiap kali kita klik muncul iklan pop-up. Sudah muncul pop-up kita dibawa lagi ke situs  lain. Alhasil niat mau baca info di blog kita malah nyasar kemana-mana. Sangat mengganggu dan menghabiskan waktu, menghabiskan kuota juga.

Maka kita kemudian memasang adblocker. Para pembaca memasang adblocker bukan untuk menghalangi blogger mencari  uang yang didapat dari iklan, tapi demi kenyamanan membaca karena mereka benar-benar butuh info dan hiburan yang ada di blog itu.

Tidak kurang akal untuk menghalau adblocker, para blogger kemudian minta pengunjung mematikan adblocker dengan alasan, "Blog dibuat pake waktu dan tenaga, jadi biarkan kami menyuguhi iklan segunung.supaya kami dapat penghasilan." Kasarnya begitu, ya.

Jadinya seperti makan simalakama, deh.

Pengunjung blog yang memakai adblocker terbebas dari iklan yang mengganggu, tapi blogger jadi minim penghasilan karena iklannya tidak tayang di layar pengunjung tersebut. Akan tetapi, kalau blogger pakai script anti-adblock, pengunjung bisa saja membatalkan kunjungannya ke blog tersebut dan mencari blog lain yang iklannya dapat ditolerir.

Masa Jaya Blog dan Blogger


Blogger disebut juga dengan narablog atau diserap kedalam bahasa Indonesia jadi bloger, mengalami masa kejayaan sebelum adanya medsos, yaitu tahun 2005-2015. Di masa itu sudah ada medsos seperti Friendster, MySpace, dan Facebook. Twitter juga sudah ada. Namun medsos waktu itu belum jadi gaya hidup dan baru sedikit orang yang jadi seleb medsos dan influencer.

Di masa jayanya, orang yang punya blog rasanya keren banget. Sama kerennya dengan punya puluhan ribu follower di masa sekarang dan dapat duit dengan meng-endorse produk dan jasa,

Kini masa jaya blog sudah lewat. Orang sudah banyak yang meninggalkan blog dan kalaupun ingin ngeblog, mereka pilih blog publik daripada bikin blog sendiri yang memeras waktu, tenaga, dan biaya.

Related: Beda Content Writer dan Blogger yang Tidak Sama dengan Wartawan

Blog publik seperti Kompasiana, IDN Times, Terminal Mojok, Seword dan lainnya memberi bayaran pada para penulis konten yang mencapai syarat tertentu. Inilah yang jadi daya tarik orang menulis di blog publik selain dari kepraktisannya.

Maka wajar saja kalau menurut konsultan marketing ConvertKit orang yang masih melakoni profesi sebagai blogger adalah mereka yang berusia 35-44 tahun. Mereka sudah tahu apa itu blog dan bisa membedakannya dengan situs berita, forum, medsos, dan sumber informasi lain yang ada di internet.

Penempatan Iklan 

 

Makin banyak blogger memasang iklan, secara hitung-hitungan kasar makin besar pula penghasilannya karena probabilitas orang akan mengklik iklan-baik sengaja atau tidak-juga lebih besar.

Namun faktanya makin banyak iklan yang tidak tayang karena pengunjung menggunakan adblocker. Selain itu orang sudah malas baca blog karena sudah ada medsos yang lebih menghibur sekaligus memberikan informasi hanya yang mereka butuhkan. 

Itu sebabnya banyak perusahaan kemudian mengalihkan belanja iklan mereka dari TV, radio, dan internet ke media sosial. Bayaran blogger dari per klik iklan makin sedikit yang mengakibatkan mereka makin gila-gilaan menaruh iklan di setiap sudut konten. 

Kalau blognya tidak berisi informasi khusus mengenai hal spesifik yang dicari banyak orang (niche), saya pikir blogger tidak perlu menempatkan iklan secara berlebihan dan serampangan. Paling penting adalah kontennya, baru kemudian iklannya. 

Para pembuat algoritma Google juga makin sadar bahwa konten/artikel yang ada dalam blog adalah yang utama. Makanya mereka selalu memperbarui algoritma untuk mencari blog mana yang punya konten berkualitas yang layak tampil di halaman pertama mesin pencari Google.

Full-Time Blogger

 

Profesi sebagai full-time blogger atau narablog penuh-waktu masih dilakoni sebagian kecil orang, Full-time blogger menghabiskan waktu 3-6 jam sehari untuk mengelola blog mereka, entah itu menulis, memeriksa tautan, komentar, dan analitik, mengerjakan kerja sama penulisan artikel, mengecek penempatan iklan, dan lain sebagainya.

Sebetulnya tidak harus 3-6 jam per hari. Blogger yang blognya sudah mapan dalam artian domain authority dan page authority-nya sudah diatas 15 biasanya cuma perlu menulis satu artikel tiap hari (one day one article) untuk menjaga robon mesin pencari aktif merambat di blog mereka. 

Kemudian tidak sedikit full-time blogger yang mengelola 3-4 blog dalam satu waktu untuk memaksimalkan penghasilan dari penempatan iklan. Penghasilan mereka per bulannya ada di angka Rp5 jutaan. Kalau trafik blog sedang turun mereka masih bisa mengantungi Rp2-3 juta per bulan. Penghasilan segitu itu sudah cukup membuat mereka disebut sebagai full-time blogger.

Untuk menambah penghasilan para blogger juga biasanya rajin ikut lomba menulis atau writing competition yang diselenggarakan kementerian atau perusahaan swasta.

Blogger dan Medsos


Di era medsos ini idealnya seorang blogger bukan cuma menulis, dia juga harus meng-update postingan mereka di media sosial dalam bentuk video, podcast, atau ilustrasi yang dibuat sesuai kesukaan pengguna medsos. 

Jadi selain menulis blogger juga harus kreatif di medsos supaya menarik minat orang datang ke situs blognya. Bisa juga dia jadi blogger sekaligus influencer.

Namun sulit bagi blogger untuk aktif menulis di sekaligus jadi influencer yang membuat konten medsos. Sebab membuat artikel/konten di blog saja butuh waktu tidak sebentar apalagi ditambah dengan konten di medsos. Karena itu mereka biasanya hanya melakukan mirroring konten di blog ke akun media sosial.

Mirroring dalam konteks medsos artinya meneruskan tautan (link) yang disertai miniatur halaman (thumbnail) dari blog ke akun medsos blogger atau ke akun medsos mana saja.

***

Walau sudah tenggelam dimakan aneka platform media sosial, keberadaan blog masih relevan selama masih ada orang yang suka menulis dan senang membaca. Apalagi blogger relatif tidak penuh hiruk-pikuk seperti medsos.

Membaca blog selain menambah pengetahuan dan menikmati beragam bacaan menghibur, juga bisa menambah wawasan yang berbeda dari yang ada di medsos.



Asal-usul Istilah Deadline dan Dateline dari Beragam Konteks

Asal-usul Istilah Deadline dan Dateline dari Beragam Konteks

Deadline dengan dateline bila diucapkan oleh lidah orang Indonesia memang sekilas tidak ada bedanya. Makanya banyak yang kemudian menulis dateline padahal yang dimaksud adalah deadline.

Dateline dapat diucapkan oleh lidah Indonesia dengan pengucapan: detlayn. Sedangkan deadline bisa diucapkan simpel dengan menyebut: dedlayn.

Dateline (Garis/Baris Tanggal)

 

Dateline artinya garis tanggal atau baris tanggal. Biasanya ada di surat kabar atau media berita online. Letaknya di kiri atas untuk memberitahukan lokasi berita tersebut berasal dan waktu terjadinya.

Bagian kiri atas yang dilingkari disebut dengan dateline

Kamus Merriam-Webster mengartikan dateline sebagai a line in a written document or a printed publication giving the date and place of composition or issue (sebuah baris dalam dokumen tertulis atau publikasi cetak yang menyebutkan tanggal dan tempat penulisan atau penerbitan).

Bisa juga kita pakai istilah dateline untuk merujuk pada konteks membicarakan tanggal kapan suatu publikasi dibuat. Misalnya saat kita mengerjakan majalah dinding atau  buletin kegiatan, tanggal yang tercantum pada sebelah kiri atas majalah dinding dan buletin itulah yang juga disebut dengan dateline.

Bagian kiri atas yang dilingkari disebut dengan dateline

Dateline juga bisa ditulis terpisah yang terdiri dari dua suku kata, yaitu date line, tapi umumnya media menulisnya dengan dateline dengan satu suku kata.

Darimana istilah dateline berasal dan bagaimana istilah dateline muncul? 

Tradisi garis tanggal dimulai pada masa awal pemberitaan surat kabar, yang disebut juga dengan media cetak, sebelum ada telegraf dan telepon. 

Istilah dateline muncul karena adanya selang/jeda/jarak/rentang waktu dari saat wartawan meliput suatu kejadian sampai saat berita tentang kejadian itu muncul di surat kabar. Pembaca tidak kesulitan mengetahui kapan dan di mana berita tersebut terjadi karena ada dateline yang memberitahukan tanggal dan tempat kejadian.

Deadline (Tenggat Waktu atau Batas Waktu)

 

Sesuai arti deadline yaitu tenggat waktu atau batas waktu, maka makna deadline berhubungan dengan batas akhir suatu pekerjaan harus selesai.

Misal, "Deadline tugas kelompok paling lambat Jumat pekan ini harus dikumpul." atau "Deadline masih dua hari lagi, tapi saya sudah selesai mengerjakan laporan keuangan untuk bos."

Menurut Oxford Languages deadline artinya the latest time or date by which should be completed (waktu atau tanggal terakhir yang harus diselesaikan). Sedangkan menurut Merriam-Webster deadline bermakna:

  1. A line drawn within or around a prison that a prisoner passes at the risk of being shot (garis yang ditarik di dalam atau di sekitar penjara yang dilewati oleh seorang tahanan dengan risiko ditembak).
  2. A date or time before which something must be done (tanggal atau waktu sebelum sesuatu harus dilakukan).
  3. The time after which copy is not accepted for a particular issue of a publication (waktu setelah salinan tidak diterima untuk terbitan tertentu dari suatu terbitan).

Darimana istilah deadline berasal? 

Istilah deadline tidak diketahui asal-usulnya, tapi penggunaan kata deadline awalnya mengacu pada garis yang tidak bergerak yang sering dipakai dalam konteks masa perang saudara di Amerika Serikat.

Kemudian deadline digunakan untuk menyebut garis yang tidak boleh dilewati oleh para narapidana di dalam penjara. Lambat laun istilah deadline digunakan oleh para wartawan surat kabar untuk menyelesaikan berita sebelum batas waktu akhir naik cetak.

sumber: Tipsmake.com

Kini istilah deadline digunakan untuk beragam kepentingan yang juga dapat berarti luas sebagai batas waktu paling akhir untuk menyelesaikan atau mengumpulkan sesuatu.

Banyak orang yang masih keliru menggunakan istilah deadline dengan dateline karena pengucapannya serupa jadi dianggap sama. Walau ada kesamaan dalam konteks surat kabar dan pemberitaan, makna deadline dan dateline sebenarnya berbeda.

Dateline dan deadline tidak ditemukan dalam KBBI karena merupakan kata asing. Jadi kalau mau menggunakan bahasa Indonesia, gunakan saja kata "baris waktu" dan "tenggat waktu" alih-alih dateline dan deadline.

Penulis Artikel yang Menerapkan Ejaan yang Disempurnakan

Penulis Artikel yang Menerapkan Ejaan yang Disempurnakan

Internet telah membuat semua orang bisa jadi penulis. Tinggal ketik apa saja yang ada dalam pikiran lalu terbitkan dalam blog pribadi atau blog publik. Kalau mau menulis yang lebih singkat juga ada Facebook dan Twitter. Menulis sudah semudah membuat membuat pisang goreng.

Tulisan para penulis konten di internet punya jangkauan sangat luas karena internet bisa diakses dari belahan dunia mana pun tanpa terkendala bahasa dengan adanya Google Translate. 

Dengan jangkauannya yang luas itulah para penulis konten bisa berperan besar menjaga bahasa Indonesia sesuai kaidahnya, atau jadi bahasa campur-campur seperti Singlish (Singapore English), Indian English atau Melayu English yang muncul karena masyarakatnya terbiasa melakukan percampuran bahasa aslinya dengan bahasa Inggris dan bahasa percakapan sehari-hari.

Kenapa Harus Melestarikan Bahasa Indonesia? 


Tidak ada yang salah dengan bahasa ibu bercampur Inggris yang menjadi Singlish, Indian English, atau Melayu Inggris karena bahasa berkembang sesuai zaman masyarakatnya. Hanya saja bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan yang mempersatukan orang Indonesia yang punya ratusan bahasa daerah.

Maka penting bagi kita melestarikan bahasa Indonesia yang tidak seperti Singlish supaya tetap jadi bahasa persatuan yang dimengerti oleh seluruh rakyat Indonesia yang berbhineka tunggal ika.

Salah satu bagian paling besar yang berperan melestarikan bahasa Indonesia selain penulis buku fiksi dan nonfiksi adalah para blogger dan content writer (penulis konten atau dikenal juga dengan penulis artikel).

Related: Beda Blogger, Content Writer, dan Wartawan

Mereka menulis hampir setiap hari dan ada yang mencari nafkah dari menulis. Itu sebabnya tidak sulit, sebenarnya, kalau mereka mau menerapkan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada setiap artikel yang ditulisnya.

Penulis Amatir

 

Menurut KBBI amatir artinya kegiatan yang dilakukan atas dasar kesenangan dan bukan untuk memperoleh nafkah, misalnya orang yang bermain musik, melukis, menari, bermain tinju, sepak bola sebagai kesenangan.

KBBI resmi dari kemdikbudristek dapat diakses di kbbi.kemdikbud.go.id

Bila merujuk pada KBBI semua penulis di blog pribadi, blog publik, dan kolom media massa yang bertujuan untuk kesenangan dan tidak mencari uang disebut sebagai penulis amatir. 

Walau amatir dan hanya untuk senang-senang, hasil tulisan para penulis itu terbuka dan bisa dibaca orang di seluruh dunia. Makanya kalau menulis dengan EYD dan tulisan itu dibaca orang, secara tidak langsung mereka akan dilihat sebagai penulis ulung.

Penulis ulung membuat tulisan yang mudah dipahami sekaligus menggunakan EYD untuk membuat artikel jadi enak dibaca karena tertara sesuai kaidah bahasa.

Penulis Profesional

 

Yamg termasuk penulis profesional adalah mereka yang terbiasa menulis dan selalu menerapkan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada setiap artikelnya.

Entah itu wartawan, cerpenis, novelis, content writer (penulis konten), ghostwriter, atau blogger (disebut juga narablog) yang terbiasa menulis dengan EYD.

Akademisi dan praktisi yang menulis topik sesuai bidang kerja dan keahliannya juga saya sebut sebagai penulis profesional asal mereka selalu menulis dengan EYD, walau tujuan mereka menulis tidak untuk mencari nafkah.

Arti kata profesional dalam KBBI: bersangkutan dengan profesi, atau memerlukan keahlian khusus untuk menjalankannya.

Tangkapan layar kbbi.kemdikbud.go.id

EYD memandu kita menulis sesuai dengan kaidah bahasa supaya tulisan lebih enak dibaca sekaligus memisahkan mana kata baku, kata asing, dan kata dalam percakapan sehari-hari (bahasa gaul). Menerapkan EYD dalam artikel yang kita secara langsung berarti kita juga melestarikan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.

Jadi saya mendeskripsikan bahwa penulis profesional adalah mereka yang sudah menerapkan EYD dalam setiap artikel yang ditulisnya, apapun pekerjaan dan latar belakang keilmuannya.

Itu artinya seseorang sudah mengerti penempatan tanda baca, huruf kapital, huruf miring, akronim, singkatan, dan lain sebagainya dan menerapkannya langsung pada artikel yang ditulisnya.

Ciri lain seseorang bisa disebut sebagai penulis profesional, terutama di internet, adalah:

1. Tidak malas mencari referensi penulisan dari KBBI dan EYD (bisa dibuka di ejaan.kemdikbud.go.id

2. Menulis tidak cuma berdasarkan pendapatnya, melainkan didukung oleh data penguat dari sumber terpercaya seperti jurnal, keterangan ahli, atau artikel berita dari media massa.

3. Bisa memadukan gaya SEO dengan EYD tanpa mengurangi kenyamanan dan kemudahan pembaca memahami isi artikel.

Bahasa Internet dan Bahasa Indonesia

 

Blogger dan penulis konten sering menulis sesuai dengan SEO untuk keperluan artikel mereka muncul di mesin pencari Google.

Dari sekian banyak mesin pencari baru Google yang digunakan kebanyakan orang di dunia untuk mencari informasi. Maka berada di halaman pertama mesin pencari amat didambakan para penulis artikel.

Karena itu mereka lebih memilih menulis menggunakan gaya SEO (search engine optimization) untuk dapat berada di halaman pertama Google.

Contoh penulisan judul gaya SEO: 5 Cara Jadi Orang Kaya.
Penulisan sesuai EYD: Lima Cara Jadi Orang Kaya.
 
Gaya penulisan SEO juga cenderung mengulang kalimat atau frasa supaya cepat terdeteksi robot Google. Inilah yang membuat artikel SEO kadang tidak enak dibaca. Alih-alih dapat pengetahuan dan informasi, kita malah bingung.
 
Perbedaan penulisan gaya EYD dengan SEO Juga bisa kita temukan di media yang punya cabang online misal Kompas. Gaya bahasa di kompas.id cenderung lebih formal dan mengedepankan EYD dibanding kompas.com yang internet banget.

Tips Buat Penulis Pemula


Semua penulis profesional berawal dari pemula. Jadi jangan ragu menulis kalau kamu suka  menulis. Tulis apa saja yang ada di kepala dan tidak usah mikirin EYD.
 
EYD dan KBBI dijadikan referensi kalau kalau kamu mau beralih jadi penulis profesional, blogger, atau ingin rutin jadi penulis konten di blog publik seperti Kompasiana, IDN Times, Terminal Mojok, atau Medium.
 

Kalau kamu penulis fiksi seperti puisi dan cerpen yang paling dulu dipelajari adalah penempatan tanda baca.


Saya sering menemukan penulis puisi dan cerpen yang menulis tanda kutip terbalik seperti: 
"Dia bergegas pergi ke sekolah karena sudah terlambat".
 
Penulisan yang benar mestinya seperti ini:
"Dia bergegas pergi ke sekolah karena sudah terlambat."
Tanda titik dan koma selalu ditulis lebih dulu daripada tanda kutip.

Penulis fiksi pemula harus lebih dulu belajar EYD dan KBBI daripada penulis nonfiksi karena mereka menggunakan banyak sekali tanda baca untuk menguatkan cerita.

Tapi yang paling penting jangan takut menulis, soal EYD bisa dipelajari belakangan. Menulis saja dulu.
Macam-macam Kata Ulang dan Penggunaannya

Macam-macam Kata Ulang dan Penggunaannya

Kata ulang adalah kata yang terjadi sebagai hasil reduplikasi (pengulangan) kata dasar atau unsur kata dasar.  


Jenis-jenis kata ulang ada tiga, yaitu kata ulang berdasarkan bentuknya, kata ulang berimbuhan, dan kata ulang yang mengubah makna. Kata ulang ini kemudian memiliki beberapa jenis yang mempengaruhi bentuk dan makna dari suatu kata, baik kata untuk menyebut benda, definisi suatu benda, definisi suatu hal, dan lain sebagainya. 

Berikut pembagian dari tiga jenis kata ulang yang kita ketahui.

1. Kata Ulang Berdasarkan Bentuk

 

Jenis kata ulang berdasarkan bentuk terbagi atas bentuk seperti dibawah ini.

1. Kata ulang penuh atau kata ulang murni (dwilingga), yaitu kata ulang yang dihasilkan oleh perulangan unsur-unsurnya secara penuh. Misalnya: rumah-rumah, guru-guru, sekolah-sekolah, dan hutan-hutan.

2. Kata ulang berubah bunyi (dwilingga salin suara), yaitu kata ulang yang mengalami perubahan bunyi pada unsur pertama atau unsur kedua kata ulang. Misalnya: utak-atik, serba-serbi, gotong-royong, dan bolak-balik.

Related: Padanan Kata Inggris ke Indonesia yang Sering Digunakan di Internet dan Medsos

3. Kata ulang tiga kata (trilingga) merupakan kata ulang yang terdiri dari tiga kata dan umumnya berubah bentuk atau bunyi. Misalnya kata dag-dig-dug, dar-der-dor, cas-cis-cus, srak-srek-srok, dan lain sebagainya. 

4. Kata ulang sebagian (dwipurwa), artinya kata ulang yang berasal dari komponen yang semula diulang kemudian berubah menjadi sepatah kata dengan bentuk seperti itu. Contohnya: rerumputan, dedaunan, bebatuan, dan kehijauan.

5. Kata ulang yang kata keduanya berubah bentuk (dwiwasana). Misalnya: pertama-tama, sekali-kali, berkali-kali, dan selama-lamanya.

2. Kata Ulang Berimbuhan (Kata Ulang Bersambungan)

 

Kata ulang berimbuhan adalah bentuk ulang yang bisa terbentuk disertai proses penambahan imbuhan, disebut juga afiksasi. Dilihat dari rangkaian penyusunannya, kata ulang berimbuhan memiliki tiga jenis, yaitu: 

1. Kata ulang progresif. Pengulangan progresif adalah pengulangan bentuk dasar kearah kanan. Misalnya: dorong-dorongan, tarik-tarikan, dan pukul-pukulan. 

2. Kata ulang regresif adalah bentuk ulang yang dapat langsung terlihat atau tampak kata dasarnya. Contoh: desak- mendesak, pukul-memukul, tahan-menahan, tolong- menolong, dan sebagainya.

3. Kata ulang semu merupakan kata ulang keseluruhan dan tidak dapat dipisahkan sehingga saat ada kata tersebut maka dijamin bentuknya berupa kata ulang. Misalnya: kupu-kupu, pura-pura, dan laba-laba.

3. Kata Ulang yang Mengubah Makna 

 

Kata ulang -ang yang sifatnya bisa mengubah ataupun membentuk suatu makna. Jenis ini kemudian terbagi lagi menjadi beberapa, yaitu: 

1. Kata ulang mirip atau memiliki makna yang sama, misalnya kata kemerah-merahan dan kekuning-kuningan. 

2. Kata ulang yang memiliki makna saling, misalnya kata tolong-menolong dan tukar-menukar. 

3. Kata ulang yang memiliki makna intensitas, misalnya kata bertahun-tahun, berkali-kali, dan lain sebagainya. 

4. Kata ulang yang memiliki makna jamak atau menyebutkan banyak benda. Misalnya kata mobil–mobil, buah-buahan, dan lain sebagainya.

Kata Ulang Unik

 

Kata ulang unik adalah kata uang yang tidak memiliki pola tertentu. Contohnya: hilir-mudik, senda-gurau, simpang-siur, dan susah-payah. Kedua bentuk kata pengulangannya sangat berbeda dengan bentuk dari kata dasar. 

Penulisan Kata Ulang Sapaan


Penulisan kata ulang sapaan dalam Ejaan yang Disempurnaka (EYD) versi kelima atau EYD V yang berubah dari PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia) adalah semua memakai huruf kapital. Contoh: 

  1. Selamat pagi, Anak-Anak.
  2. Apa kabar, Teman-Teman.
  3. Terima kasih atas partisipasinya, Bapak-Bapak.


Padanan Kata Inggris ke Indonesia dari Medsos, Internet, dan Multimedia

Padanan Kata Inggris ke Indonesia dari Medsos, Internet, dan Multimedia

Memilih menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapan tulisan dan lisan sehari-hari bukan berarti kita tidak menguasai bahasa asing. Presiden Jokowi menguasai bahasa Inggris tapi beliau memlih menggunakan bahasa Indonesia dalam pidato resmi acara kenegaraan di luar negeri. 

Selain karena sudah diamanatkan dalam UU Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan, juga karena sudah ada Perpres Nomor 16 Tahun 2010 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Pidato Resmi Presiden dan/atau Wakil Presiden serta Pejabat Negara. 

Lalu Perpres itu disempurnakan oleh Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 63 Tahun 2019 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia. 

Related: Beda Content Writer dan Blogger yang Tidak Sama dengan Wartawan

Buat kamu yang belum tahu padanan kata asing yang sering kita dengar sehari-hari seperti chatting, browser, atau outbound, emperbaca.com menyusunnya seperti dibawah ini. Makna dari padanan kata ini dibuat seusai KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) versi resmi Kemdikbudristek,

1. Outbound, padanan katanya: mancakrida yang artinya pelatihan yang memanfaatkan alam terbuka sebagai media, biasanya berbentuk permainan yang bertujuan untuk mengembangkan karakter diri dan meningkatkan kerja sama antarpeserta.

2. Outing dalam bahasa Indonesia berarti darmawisata. Maknanya yaitu perjalanan atau kunjungan singkat dengan tujuan bersenang-senang dan sebagainya.

Outing atau darmawisata bisa juga bermakna perjalanan yang dilakukan untuk tujuan rekreasi sambil mengenal baik objek wisata dan lingkungannya.

Related: Beda Outing Class, Outbound, dan Piknik Pada Anak Sekolah

3. Startup artinya perusahaan rintisan yang punya makna perusahaan yang baru dijalankan, biasanya memiliki sumber daya dan keuntungan terbatas, dapat dicirikan melalui penjualan produk atau layanan yang belum ada di pasar dengan dukungan teknologi.

4. Browser, padanan katanya: peramban yang artinya perangkat lunak komputer untuk mencari informasi dalam situs internet.

5. Online, padanan katanya: dalam jaringan (daring) yang berarti terhubung melalui jejaring komputer, internet, dan sebagainya.

6. Offline berarti luar jaringan/luring yang punya makna terputus dari jejaring komputer.

7. Download dalam bahasa Indonesia artinya unduh, mengunduh, terunduh, dan unduhan yang diambil dari bahasa Jawa. Kata unduh termasuk prakategorial, yaitu kata yang tidak dipakai dalam bentuk dasarnya.

8. Upload, artinya unggah atau menggunggah. Sama seperti unduh, kata ini diambil dari bahasa Jawa.

9. Briefing padanan katanya taklimat yang berarti pertemuan atau rapat yang diadakan untuk menyampaikan informasi tentang isu atau situasi mutakhir. Taklimat diambil dari bahasa Arab yang punya makna pemberitahuan.

10. Awkward, bahasa Inggris yang artinya canggung. Dalam KBBI canggung punya enam makna, yaitu:

  1. Kurang mahir atau tidak terampil dalam menggunakan sesuatu (karena belum biasa mengerjakannya); kikuk; kekok.
  2. Kurang enak dipakai; tidak mudah digunakan.
  3. Merasa tidak senang (tidak bebas); malu-malu (karena belum biasa bergaul, belum mengerti adat kebiasaan yang berlaku).
  4. Kaku (dalam arti kurang mengerti basa-basi, adat sopan santun).
  5. Kurang baik (buatannya, susunannya); agak janggal (tidak semestinya, tidak pada tempatnya)
  6. Dalam keadaan kekurangan (tentang kehidupan, kepandaian, dan sebagainya.

11. Game show kalau diartikan ke bahasa Indonesia jadi candawara, diambil dari bahasa Melayu Malaysia yang bermakna acara televisi berbentuk permainan yang dipertandingkan untuk mendapatkan hadiah.

12. Podcast, padanan katanya: siniar. Dalam bahasa Indonesia siniar bermaksa siaran (berita, musik, dan sebagainya) yang dibuat dalam format digital (baik audio maupun video) yang diunduh melalui internet.

13. AFK singkatan dari away from keyboard yang artinya pamit atau berhenti dari suatu aktivitas di dunia maya, seperti bermain gim atau melakukan obrolan daring. AFK sudah ada di KBBI sejak pemutakhiran April 2023.

14. Chatting dalam bahasa Indonesia artinya obrolan yang bermakna percakapan ringan dan santai; omong kosong.

15. Preorder padanan dalam bahasa Indonesia: prapesan. Kata prapesan belum ada di KBBI dan istilah ini berasal dari Ivan Lanin yang seorang pegiat bahasa Indonesia dan mantan anggota Badan Bahasa Kemdikbudristek.

16. Presale dapat diartikan sebagai prajual atau prapenjualan. Sama seperti prapesan, istilah prajual juga berasal dari Ivan Lanin dan belum ada di KBBI. 

Dalam bisnis, prajual berarti proses yang terjadi sebelum penjualan produk atau layanan. Tujuannya memberikan informasi pada calon pembeli/pelanggan untuk memahami dan menghargai nilai dari produk atau suatu layanan bisnis.

***

Bahasa Indonesia terbentuk karena pengaruh dari bahasa Arab, Jawa, Melayu, Portugis, Inggris, Belanda, dan beberapa bahasa lain yang diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kata-kata baru.

Kalau dulu bahasa Indonesia sangat mirip dan identik dengan bahasa Melayu Malaysia (karena berasal dari rumpun yang sama), sekarang tidak lagi. Dari logat, kosakata, dan penyerapan, bahasa Indonesia sudah banyak berbeda dari bahasa Malaysia.

Orang Malaysia pun kini lebih banyak menggunakan bahasa Inggris dalam percakapan sehari-hari, terutama di perkotaan.

Hal sama terjadi juga di Amerika Serikat di mana bahasa Inggrisnya sudah berbeda dengan bahasa Inggris asalnya.

Makanya bukan cuma bahasa Indonesia yang sering mengalami perubahan. Bahasa bangsa lain pun sama. Itu karena semua bahasa di dunia saling mempengaruhi seiring dengan makin luasnya interaksi antar-manusia dari lintas negara.

Cara Mudah Menulis Novel Dimulai dari Tokoh Utamanya

Cara Mudah Menulis Novel Dimulai dari Tokoh Utamanya

Suka banget nulis dan rajin bikin cerpen dan puisi? Sekarang saatnya kamu melangkah untuk menulis novel.

emperbaca.com

Ahh, susah! Novel kan panjang banget karena kita harus nulis puluhan bab dengan ratusan halaman. Enggak sesusah itu, Sobat! Karena menulis novel ternyata semudah kamu curhat ke bestie, lho!

Membuat karakter tokoh utama lebih dulu termasuk salah satu cara gampang menulis novel seperti saat kamu ngobrol dengan bestie. Karakter bestie dan kamu bisa digabung jadi karakter si tokoh utama novel. Dari satu tokoh utama kita bisa menciptakan para tokoh pendukung dan mengembangkan alur cerita.

Saat menulis alur cerita biasanya novelis lebih banyak menggunakan imajinasinya baru kemudian menggunakan data pendukung. Data pendukung ini berguna untuk membangun unsur plasibilitas dalam novel. 

Unsur Plausabilitas

 

Walau cerpen dan novel adalah karya fiksi yang mengandalkan imajinasi penulisnya, tapi kejadian yang ada dalam cerita haruslah masuk akal. Inilah yang disebut sebagai unsur plausibilitas, yaitu kejadian yang membentuk adegan apakah sesuai dengan logika kenyataan atau tidak.

Contoh dari unsur plausibilitas ketika kita menulis adegan soal Tono yang mengajak Tini menikmati bubur ayam di depan klenteng di Muntilan pada malam hari. Tono mengajak Tini makan bubur ayam di depan kleteng pada malam hari tidak masuk akal karena bubur ayam bukan makanan favorit orang Magelang, melainkan mi goreng.

Itu sebabnya tidak ada penjual bubur ayam di malam hari (pagi pun jarang), yang banyak adalah penjual mi goreng. Kalau Tono mengajak Tini makan mi goreng di depan klenteng Muntilan, ceritanya jadi masuk akal dan pembaca akan merasakan suasana yang lebih alami mengalir dari kalimat demi kalimat.

Hal itu dimungkinkan karena di dunia nyata mi goreng merupakan makanan favorit orang Muntilan dan kecamatan di Magelang ini sudah tersohor banyak penjual mi goreng khas Jawa yang lezat.

Jadi kalau kita ingin menulis novel yang punya adegan tentang lokasi dan kebiasaan masyarakat di wilayah yang bukan tempat tinggal kita, baiknya lakukan riset data dulu di internet. Lebih valid lagi kalau kita bertanya langsung kepada orang yang tinggal di wilayah yang ingin kita tulis itu.

Unsur plausibilitas juga diperlukan kalau kita menulis adegan jarak. Misal, jarak 150 km dari Jakarta berarti ada di Cianjur, Bogor, Purwakarta, dan Bandung yang ada di Jawa Barat. Itu artinya yang tinggal di lokasi itu adalah orang Sunda. 

Kalau kita menceritakan banyak kebudayaan Jawa di lokasi 150 km dari Jakarta, maka pembaca akan merasakan keganjilan. Kenapa yang diceritakan semua budaya Jawa padahal lokasinya didiami mayoritas orang Sunda.

Kalau kita menjauhkan jarak itu dari 150 km ke 300 km maka cerita dalam novel akan mengalir masuk akal karena 300 km sudah masuk wilayah Jawa Tengah di mana penduduknya menang berbudaya Jawa.

Meski demikian, novel tidak perlu memenuhi unsur plausibilitas kalau genre (jenis cerita) ceritanya 100 persen fantasi.

Contoh novel yang mengandalkan imajinasi, tapi tetap terasa masuk akal adalah Ender's Game.

Novel ini berkisah tentang pertempuran dengan mahkluk dari planet serangga. Lima puluh tahun lalu bumi menang lawan serangan alien serangga ini, tapi situasi belum aman karena sewaktu-waktu alien serangga ini bisa menyerang lagi.

Di dunia nyata mana ada alien yang menyerang bumi. Namun karena sedari paragraf awal di bab awal kita tahu itu novel fantasi, maka pikiran kita akan mengikuti novel itu sebagai novel fantasi yang 100 persen isinya khayalan belaka. Dengan begitu pembaca tidak lagi mempermasalahkan ceritanya masuk akal atau tidak.

Pengembangan Tokoh Utama

 

Sebelum mulai menyusun novel. Buatlah dulu si tokoh utama secara utuh dan lengkap dimulai dari hal berikut.
 
1. Nama. Buat nama si tokoh utama. Boleh dengan nama panjangnya atau nama panggilan saja. Tokoh utama yang cuma punya nama panggilan juga gak masalah, yang penting konsisten di semua bab dia cuma punya nama panggilan saja tanpa nama lengkap.
 
2. Penampilan fisik. Deskripsikan penampilan tokoh utama. Tinggi dan berat badannya, bentuk wajah, model rambut, dan ciri lain yang mau kamu tampilkan di novel.

3. Karakter. Bagaimana karakter si tokoh utama, apa dia pemalu, periang, jenius, pemurung, mudah bergaul, menderita gangguan kecemasan, bipolar, atau apa pun.

Karakter dan sifat apa saja boleh kamu buat untuk tokoh utama asal sifat dan karakter itu tidak kontradiktif di semua bab.

Kontradiktif maksudnya, di bab 1 kamu tulis si Menul periang, tapi di bab 2 kamu tulis si Menul orangnya minder. Lalu di bab 3 kamu bilang Menul pemalu, tapi di bab 4 kamu tulis si Menul galak.

Kalau kamu mau mengisahkan si tokoh utama mengidap gangguan mental yang membuat kepribadiannya berubah-ubah, sifat kontradiktif seperti itu boleh dimasukkan dalam alur di tiap bab. Namun kalau tokohnya normal, buat sifat dan karakter yang konsisten di tiap bab.

4. Latar belakang. Apakah si tokoh berasal dari keluarga bahagia, broken home, atau yatim-piatu.

Ungkapkan juga masa lalu si tokoh kalau dirasa perlu. Bagaimana masa lalu si tokoh kemudian mempengaruhi sifat dan karakternya di masa datang.
 

Tokoh Utama dan Adiksimba

 

Setelah si tokoh terbentuk, lalu kita buat kisah yang menyertai tokoh utama sesuai rumus umum menulis berita dan cerita, yaitu 5W+1H (what, where, why, who, when, dan how). Pada bahasa Indonesia disebut adiksimba (apa, di mana, kenapa, siapa, kapan, bagaimana).

1. Siapa. Dengan siapa saja si tokoh utama bergaul. Tulis nama-namanya. Nama ini tentu saja karangan kamu sendiri.

2. Apa. Apa saja yang dilakukan tokoh utama dengan para tokoh pendukung. Apakah mereka merusuh bersama, tertawa bersama, membuat konspirasi bareng, atau merencanakan apa saja yang sesuai imajinasi kamu.

3. Di mana. Di mana saja tokoh utama bertemu dan berhubungan dengan para tokoh pendukung. Apakah di rumah, di kampus, sekolah, kantor, jalan raya, depan kantor polisi, atau di mana saja.

4. Kapan. Ini mirip seperti di mana. Kamu juga harus menentukan kapan si tokoh utama bertemu dengan para pendukung.

Apakah saat tokoh utama berusia balita, dewasa, remaja, saat sudah tua, kemarin, hari ini, lusa, atau besok dari sudut waktu si tokoh utama.

5. Mengapa. Mengapa tokoh utama bisa akrab, bermusuhan, menjalin cinta, atau sama-sama meraih sukses dengan para tokoh pendukung.

6. Bagaimana. Bagaimana para tokoh pendukung berpengaruh terhadap kesuksesan, kesedihan, keberhasilan, dan kebahagiaan tokoh utama.

***

Itulah cara mudah menulis novel untuk pemula. Jadi gak usah banyak mikir, tulis saja dulu karakternya sesukamu. Setelah itu baru pengembangan cerita dan kisah para tokoh pendukungnya.

Kalau sudah menyusun tokoh utama dan tokoh pendukung, barulah kita membuat alur dan ceritanya. Namun sebelum menulis tentukan dulu kita mau nulis genre apa. Mau genre romansa, horor, petualangan, atau bahkan fantasi.

Beda Content Writer dan Blogger yang Tidak Sama Dengan Wartawan

Beda Content Writer dan Blogger yang Tidak Sama Dengan Wartawan

Content writer atau penulis konten adalah orang yang menulis untuk suatu blog, kolom di media massa, atau yang melakukan kegiatan jurnalisme warga (citizen journalism). 

content writer blogger

Content Writer yang Menulis Jurnalisme Warga 

 

Orang yang menulis kejadian menarik dan unik yang terjadi di wilayahnya dapat disebut sebagai penulis konten yang melakukan jurnalisme warga. 

Sementara itu arti dari jurnalisme warga adalah warga yang melaporkan kejadian unik dan menarik dalam bentuk reportase seperti wartawan yang meliput berita di lapangan. Reportase atau pelaporan ini bisa dalam bentuk video, audio seperti yang dilakukan radio, atau tulisan.

Yang harus diperhatikan kalau penulis konten ingin membuat artikel jurnalisme warga adalah sebagai berikut.

1. Memerhatikan kaidah dasar jurnalistik 5W+1H (why, what, when, where, who, dan how), dalam bahasa Indonesia diakronimkan jadi adiksimba, yaitu apa, di mana, kenapa, siapa, mengapa, dan bagaimana.

2. Tidak boleh memasukkan opini dan pandangannya terhadap suatu peristiwa, meski itu terjadi di lingkungan rumahnya sendiri.

Kenapa? Sesuai namanya "jurnalisme" tentu menyesuaikan dengan kaidah jurnalistik. Kalau si penulis ingin memasukkan opini dan pandangannya terhadap suatu peristiwa, maka dia tidak lagi menulis jurnalisme warga.

Jenis artikel yang cocok untuk ditulis kalau kita ingin memasukkan opini dan sudut pandang pada peristiwa yang sedang populer namanya feature.

3. Penulis konten tidak boleh menyebut dirinya jurnalis/wartawan. Sebabnya karena dia tidak bekerja di media massa.

Dia juga tidak boleh menyebut dirinya sebagai wartawan lepas (freelance) karena alasan sama seperti diatas. 

Content Writer di Blog Publik

 

Blog publik yang dikenal luas saat ini ada Kompasiana, IDNTimes, Seword, dan Mojok. Kita bisa pilih jadi content writer di sana kalau tidak mau repot urusan tata letak dan optimasi SEO di artikel dan blog.

Blog publik seperti yang disebut diatas juga membayar penulisnya dengan sejumlah uang setelah syarat dan ketentuan terpenuhi.

Misal, Kompasiana memberi K-Rewards kepada Kompasianer yang menulis minimal 8 artikel dengan unique view minimal 3000 telah dicapai tiap bulannya. Sementara itu Seword membayar penulisnya sebesar Rp3 per view.

Untuk Mojok tiap artikel dihargai dengan poin. Maksimal penulisnya bisa mengkonversi poin dengan uang Rp500.000 per bulan. Hal serupa dilakukan oleh IDNTimes.

Jadi, orang yang menulis di blog publik lebih tepat disebut sebagai content writer daripada blogger. 

Sebabnya karena dia menulis dan memposting tulisan di blog publik, tapi tidak memiliki dan mengelola blog tersebut.

Blog publik adalah blog yang mana semua orang bebas mem-posting tulisan mengikuti syarat dan ketentuan dari pengelola atau adminnya. Blog publik dikelola oleh tim sendiri, bukan dikelola oleh orang-orang yang menulis di blog tersebut.

Seseorang yang menulis fiksi (puisi, cerpen, novelet) di blog publik juga disebut sebagai content writer. Bila tidak mau pakai istilah content writer, mereka bisa menyebut diri sebagai penulis fiksi atau cerpenis (untuk penulis cerpen).

Blogger dan Pengelolaan Blog


Blogger, dalam bahasa Indonesia disebut sebagai narablog, adalah orang yang menulis, memiliki, sekaligus mengelola suatu blog.

Istilah blog pada 1990-an disebut sebagai web blog. Kemudian diperpendek jadi we blog karena para blogger mengelola situs, tapi situs itu tidak sama seperti situs web berita, pemerintah, swasta, perusahaan, atau yang lainnya.

We blog lalu dipendekkan jadi weblog dan sekarang hanya disebut sebagai blog saja.

Pembeda Blog dengan Situs Berita

 

1. Naungan

Situs berita dikelola oleh perusahaan pers yang terdaftar dan terverikasi di Dewan Pers. Wartawannya dilindungi oleh UU No. 40 Tahun 1999 Tentang Pers yang berlaku lex specialis

Lex Specialis artinya aturan dan hukum di dalam UU Pers berlaku untuk kasus yang melibatkan wartawan, media, dan perusahaan pers. Jadi hakim tidak mengadili kasus pers memakai hukum pidana, tapi memakai UU Pers. 

Blogger tidak bernaung di bawah siapa pun. Dia bekerja sendiri untuk diri sendiri. Walau tidak ada yang menaungi, blogger tetap tunduk pada etika siber atau etika berinternet.

Termasuk dalam etika internet adalah mencantumkan sumber jika mengutip informasi dari situs lain. Sertakan juga link (tautan) yang bisa diklik ke sumber tersebut untuk menghargai bahwa situs itu telah memberi informasi yang kita butuhkan.

2. Penghasilan

Wartawan juga dapat gaji rutin dan tunjangan, seperti pekerjaan lain pada umumnya, dari perusahaan pers. 

Sedangkan blogger tidak dapat penghasilan dari siapa pun. Penghasilannya tergantung dari seberapa banyak dia memonetisasi blognya.

Monetisasi blog dapat dilakukan dengan memasang AdSense atau penyedia iklan sejenis, menjadi affiliate seller di marketplace (lokapasar) seperti Shopee. dan penulisan artikel yang dibayar sponsor yang dinamakan content placement.

3. Ciri Situs Berita dan Blog

Tiap situs berita pasti mencantumkan Pedoman Media Siber dan tim redaksi. Pada media-media arus utama seperti kompascom, detikcom, atau antaranewscom biasanya tidak mencantumkan nama-nama tim redaksi, tapi mereka pasti mencantumkan Pedoman Media Siber dan alamat kontak.

Sementara itu, blog tidak mencantumkan seperti yang ada pada media online. Yang ada pada blog adalah Privacy Policy (kebijakan privasi), About (tentang), Sitemap (peta situs), Disclaimer (penafian), dan Contact (kontak).

Keterangan-keterangan tersebut sebenarnya tidak wajib ada di blog. Keterangan itu dicantumkan untuk membuktikan kalau blog dikelola serius untuk memberi informasi kepada pengunjung internet dan isinya bisa dipertanggungjawabkan.

Bisa dipertanggungjawabkan artinya semua konten di blog itu tidak mengandung hal yang melanggar hukum seperti perjudian, pornografi, penipuan, dan tindak kriminal lainnya, juga tidak memuat berita bohong dan ujaran kebencian.

Beda Content Writer dengan Blogger


Singkatnya content writer hanya menulis untuk sebuah situs, sedangkan blogger menulis sekaligus mengatur dan mengurus situs tempat dia menulis.

Menjadi blogger butuh modal untuk membeli domain dan template blog. Sedangkan content writer tidak butuh modal materi untuk menjadi penulis pada blog publik atau media sosial.

Blogger bisa merangkap jadi content writer kalau dia menulis di blog publik atau di media massa sebagai kontributor. Sama juga, content writer bisa merangkap jadi blogger kalau dia mengelola sebuah blog dan aktif memperbarui konten blognya.

Kirim Naskah ke Penerbit Mayor, Indie, atau Self-Publishing, Mana Lebih Baik?

Kirim Naskah ke Penerbit Mayor, Indie, atau Self-Publishing, Mana Lebih Baik?

Disebut penerbit mayor (besar) karena selain punya modal besar, mereka punya jaringan dan sistem baku yang mengatur segala hal yang berkaitan dengan penerbitan buku.

Self-published

Niat Membuat Buku


Sebelum mengirim naskah ke penerbit, tanyakan dulu pada diri kita sendiri, apa niat kita membuat buku.

Misal,  niat kita inginnya menginspirasi orang lain agar tidak mudah menyerah dalam menggapai impian. Lalu kita pikir lagi,  supaya orang mau membaca dan terinspirasi, buku itu akan kita bagikan gratis atau orang harus beli?

Kenapa hal gituan aja dipikirin? Yang penting, kan, naskah dan bukunya.

Memikirkan akan dikemanakan buku yang telah kita tulis penting sebagai langkah awal memilih penerbit yang tepat.

Secara umum, ada empat tujuan orang menulis buku.

1. Kenang-kenangan. Menulis buku untuk kenang-kenangan terhadap diri sendiri atau untuk menginspirasi orang lain biasanya dibuat oleh tokoh masyarakat, pemuka agama, atau pemimpin daerah.

Mereka membuat buku untuk menceritakan perjalanan karir atau riwayat hidup yang penuh lika-liku sebelum akhirnya jadi orang sukses.

Kenang-kenangan seperti ini umumnya ditulis dalam bentuk memoar, biografi, dan otobiografi.

Kemudian, bagaimana cara seseorang menginspirasi lewat buku? Apakah buku itu dibagikan gratis supaya orang bisa membaca dan mendapat manfaatnya? Apakah orang harus membeli buku itu, atau bagaimana?

2. Nama dan kebanggaan. Bisa menghasilkan sebuah buku yang ditulis sendiri rasanya sebuah kebanggaan tiada tara. 

Apalagi buku yang kita tulis dipajang di toko buku dan dibeli orang secara suka rela. Rasanya bangga setengah mati.

Buku yang ditulis pendidik atau ASN juga bisa dijadikan nilai tambah untuk kenaikan pangkat dan jabatan.

3. Cari duit. Menulis untuk mendapat uang biasanya dilakukan blogger (narablog) atau penulis yang dalam setahun menghasilkan 2-3 buku.

Tapi blogger tidak menulis buku, melainkan menulis konten untuk blognya yang dimonetisasi. Sedangkan penulis buku yang menulis beberapa buku hanya dalam setahun biasanya karena mata pencaharian utamanya memang dari menulis.

4. Kepuasan batin. Orang dengan niat seperti ini biasanya tidak peduli apakah ada yang membaca bukunya atau tidak.

Yang penting mereka menulis untuk memenuhi hasrat. Orang yang menerbitkan buku untuk kepuasan batin biasanya adalah para penyuka buku yang hobi membaca.

Mereka juga tidak peduli berapa uang yang didapat dari penjualan bukunya karena sudah punya penghasilan lain. Menulis bagi mereka adalah hobi yang memuaskan batin sehingga tidak perlu dikomersialkan.

Penerbit Indie

 

Sesuai namanya, indie adalah kependekan dari independent (mandiri). Disebut independen karena penulis tidak harus mengikuti selera pasar seperti pada penerbit mayor. Juga tidak akan mengalami penyuntingan dan pemangkasan naskah berlebihan, bahkan tidak perlu mengikuti kaidah penulisan PUEBI dan KBBI.

Naskah apa pun boleh kita kirim ke penerbit indie tanpa adanya penolakan seperti yang dilakukan oleh penerbit mayor.

Penerbit indie menetapkan tarif, minimal Rp500.000 sampai jutaan rupiah tergantung kebutuhan penulis. Kalau penulis ingin bukunya dicetak dalam jumlah banyak, maka uang yang harus kita bayar juga besar.

Dengan nominal Rp500.000 biasanya kita akan dapat layanan penyuntingan naskah,  desain tata letak dan sampul buku, nomor ISBN, 1-2 buku yang dikirim ke alamat kita, dan royalti setiap bulan jika ada pembelian dari toko online si penerbit.

Salah satu penerbit indie yang mudah diajak kerja sama adalah Ellunar Publisher.

Self-Publishing

 

Penerbit atau penyedia layanan self-publshing tidak memungut tarif sepeser pun karena penyuntingan naskah, tata letak, dan sampul buku dilakukan oleh penulisnya sendiri, termasuk menjual bukunya. 

Penulis mengusahakan sendiri penerbitan bukunya secara pribadi, itulah yang dinamakan self-publishing.

Bila si penulis ingin dibuatkan sampul (cover) buku dan pengaturan tata letak, penyedia layanan self-publishing akan memberikan tarif terpisah yang sifatnya opsional, termasuk menyediakan layanan ISBN.

Jadi pada dasarnya kalau kita ingin menerbitkan buku sendiri, kita tinggal kirim naskah yang sudah tertata rapi format penulisannya dan desain sampul ke penyedia self-publishing. 

Berapa harga buku yang dijual juga kita sendiri yang menentukan. Laba atau keuntungan kita dapatkan setelah dipotong biaya pencetakan di penerbit self-publishing.

Penyedia layanan self-publishing akan menjual buku kita di toko online milik mereka dan mereka akan mengutip bagi hasil dari laba penjualan buku.

Misal, laba buku Rp9.000, penyedia self-publishing dapat Rp3.000, kita dapat Rp6.000 per buku yang terjual di toko online mereka. Kalau kita menjual langsung tanpa lewat toko online mereka, maka 100 persen laba akan masuk kantong kita sendiri.

Salah satu penyedia layanan self-publishing yang sudah lama ada adalah nulisbuku.com

Keuntungan Bila Buku Diterbitkan di Penerbit Mayor

 

Menerbitkan buku sekarang semudah menggoreng pisang. Siapa saja bisa membuat buku, menerbitkannya sendiri, lalu mempromosikan dan menjualnya sendiri. Buku sudah dilengkapi ISBN pula.

Akan tetapi, mengirim naskah ke penerbit mayor masih jadi pilihan utama banyak orang karena keuntungan yang didapat sebagai berikut.

1. Seluruh biaya ditanggung penerbit. Kita cuma menyediakan naskah saja. Pengaturan tata letak, desain sampul, penyuntingan naskah, dan penyusunan daftar isi diurus oleh penerbit.

Makanya biaya penerbitan mahal karena selain royalti untuk penulis, banyak orang yang harus dibayar untuk melakukan hal teknis selain penulisan naskah.

2. Buku sudah pasti masuk jaringan toko buku. Dibanding menerbitkan buku melalui penerbit indie dan self-publishing, buku yang diterbitkan oleh penerbit mayor sudah pasti masuk ke jaringan toko buku online dan toko fisik.

Buku kita jadi terdistribusikan ke seluruh Indonesia dan peluang lakunya jadi lebih besar.

3. Tidak perlu ikut jualan buku. Urusan promosi, distribusi, dan penjualan buku semuanya diurus penerbit. 

Kita tidak perlu jualan buku seperti kalau kita menerbitkan pada penerbit indie dan self-publishing. Tetapi kalau mau buku kita lebih laku, kita boleh saja mempromosikan buku itu dan menyarankan pembeliannya di marketplace (lokapasar) atau di toko buku terdekat.

4. Dapat pengakuan sebagai penulis yang menulis buku berkualitas. Nama penulis yang bukunya diterbikan penerbit indie lebih moncer daripada yang menerbitkan di penerbit indie dan self-publishing,

Ini terjadi karena untuk bisa tembus ke penerbit mayor sangat susah. Penulis yang menembus penerbit mayor dianggap punya kualitas naskah yang bagus.

***

Namun perlu diingat bahwa mengirim naskah ke penerbit mayor sangat amat susah untuk penulis pemula. Kalaupun naskah sudah diterima, kita akan mengalami perombakan besar-besaran yang disesuaikan selera penerbit yang mengacu pada selera pasar.

Selanjutnya soal pembagian royalti. Royalti untuk penulis debutan atau yang belum terkenal hanyalah 5 persen dari harga buku. Penulis sekelas Dewi Lestari dan Andrea Hirata pun cuma dapat 10 persen.

Royalti dibayarkan tiap enam bulan sekali jika kita pilih penerbitan naskah dengan sistem royalti. Kalau kita pilih sistem jual putus, penerbit akan membeli naskah kita seharga Rp3juta-Rp5juta.

Hak cipta sistem royalti ada di tangan penulis, sedangkan hak cipta naskah yang dijual putus ada di tangan penerbit. Andai naskah yang kita jual putus ternyata laku keras, maka kita tidak akan dapat duit sepeser pun. Semua masuk kantung penerbit karena hak cipta ada di tangan mereka dengan cara membelinya dari kita.

ISBN

 

Semua buku yang diterbitkan di penerbit mayor dan penerbit indie sudah pasti ada ISBN. ISBN sifatnya opsional kalau kita menerbitkan secara pribadi atau self-publishing.

ISBN (International Standart Book Numbering) adalah kode pengidentifikasian buku yang bersifat unik. 

Informasi tentang judul buku, penerbit, dan kelompok penerbit terangkum dalam ISBN. Karena itu satu nomor ISBN untuk satu buku akan berbeda dengan nomor ISBN untuk buku yang lain.

Di Indonesia, wewenang untuk memberikan ISBN ada di tangan Perpustakaan Nasional yang menjadi Badan Nasional ISBN.

Penulis bisa mencetak bukunya tanpa ISBN, tapi buku tersebut tidak akan masuk database Perpusnas dan Perpusda (Perpustakaan Daerah). Buku tanpa ISBN juga tidak bisa dijual di toko buku fisik dan online karena buku dianggap bukan hasil terbitan penerbit yang sah dan terverifikasi.

Penulis yang bukunya tidak ber-ISBN hanya bisa menjualnya melalui promosi di social circle miliknya dan teman-temannya, atau membagikan bukunya secara gratis.

Pajak Penulis

 

Definisi penulis menurut Direktorat Pajak adalah orang pribadi yang bekerja dengan menggunakan keahliannya berupa menulis, menggambar, dan/atau mengarang untuk menghasilkan suatu karya yang dapat dinikmati oleh orang lain.

Penghasilan royalti penulis seringkali dianggap sebagai bukan penghasilan dari kegiatan usaha sehingga menimbulkan penafsiran yang beragam terkait tata cara penentuan nilai penghasilan netonya.

Yang jadi persoalan:

  1. bayaran penulis jauh lebih minim daripada karyawan kantoran. Tidak semua yang menulis dan membuat buku itu dibayar layak. Bisa dihitung jari penulis yang dapat bayaran besar untuk karyanya. 
  2. Penulis sudah bayar pajak dari royalti mereka yang dipotong penerbit untuk pajak pembukuan.
  3. Penulis diharuskan lagi bayar pajak penghasilan (PPh) atas profesinya mereka sebagai penulis.

Inilah yang dipersoalkan Tere Liye karena ribetnya menghitung pajak penulis yang dialaminya di kantor pajak pada 2017 lalu sampai dia memutuskan seluruh kontrak yang tersisa di penerbit mayor.

Padahal penulis tidaklah bekerja seperti karyawan yang digaji rutin tiap bulannya. Penulis terkenal bahkan harus nego keras dengan penerbit mayor soal royalti yang akan mereka terima (saking kecilnya dan dipotong pajak pula).

Menkeu Sri Mulyani kemudian memberi solusi. Pajak penghasilan yang sudah dipungut oleh penerbit atas royalti dapat dijadikan sebagai kredit pajak yg akan menjadi pengurang pajak penghasilan yang terutang.

Mekanisme Norma Penghitungan

Bagi profesi penulis penghitungan normanya adalah 50 persen dari penghasilannya sebagai penulis (baik royalti maupun honorarium lainnya).

Maksudnya, biaya untuk menghasilkan buku bagi seorang penulis dianggap sebesar 50 persen dari penghasilannya. Artinya, setelah dihitung total penghasilan yang diperoleh oleh penulis selama satu tahun pajak dikalikan dengan 50%, sehingga diperoleh penghasilan netto. 

Sama dengan Wajib Pajak lain, dari penghasilan netto ini dikurangkan dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sehingga diperoleh penghasilan kena pajak. Kemudian, dari penghasilan kena pajak dihitung pajak penghasilan terutang menggunakan tarif pajak progresif sesuai dengan lapisan penghasilan.

Jadi, kawan-kawan yang penghasilannya dari menulis tidak sampai 4,8 miliar per tahun tidak akan dikenakan pajak.

***

pajak penghasilan yang sudah dipungut oleh penerbit atas royalti dapat dijadikan sebagai kredit pajak yg akan menjadi pengurang pajak penghasilan yang terutang.

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul "Ini Tulisan Sri Mulyani Tentang Tere Liye Soal Tarif Pajak Bagi Penulis", Klik selengkapnya di sini: https://kabar24.bisnis.com/read/20170911/15/688901/ini-tulisan-sri-mulyani-tentang-tere-liye-soal-tarif-pajak-bagi-penulis.
Author: Andhika Anggoro Wening
Editor : Andhika Anggoro Wening

Download aplikasi Bisnis.com terbaru untuk akses lebih cepat dan nyaman di sini:
Android: http://bit.ly/AppsBisniscomPS
iOS: http://bit.ly/A

Menerbitkan buku di penerbit mayor, indie, dan self-publishing semua ada kelebihan dan kekurangannya. Kita tinggal menyesuaikan dengan selera dan rencana jangka panjang.

Kalau kita punya rencana jangkan panjang untuk terus menerbitkan buku yang dijual di toko buku, maka usahakan agar buku kita tembus ke penerbit mayor. 

Bagaimana Caranya?

 

1. Baca ketentuan yang ada di situs milik penerbit mayor. Jangan kirim naskah sebelum kamu membaca betul-betul syarat yang mereka tetapkan.

Ada kurang lebih 31 penerbit mayor di Indonesia, beberapa diantaranya yaitu Gramedia Pustaka Utama, Mizan, Republika, Grasindo, Loka Media, Tiga Serangkai, Bentang Pustaka, Erlangga, Yudhistira, dan Diva Press.

2. Sesuaikan naskah dengan keinginan penerbit. Jangan kirim naskah novel fiksi ilmiah ke penerbit yang mengkhususkan diri pada penerbitan buku-buku Islam.

Maka sangat disarankan baca dulu ketentuan yang disyaratkan oleh penerbit di situs web mereka.

3. Naskah ditulis sesuai kaidah PUEBI dan KBBI. Naskah yang ditulis rapi membuktikan kamu benar-benar niat menerbitkan buku, bukan sekadar iseng.

Naskah yang penulisan huruf kapital, tanda baca, tanda kutip dan lain-lain yang sesuai PUEBI dan KBBI, apalagi yang tanpa typo, membuktikan kamu layak jadi penulis sekaligus memudahkan editor membaca naskah.

Naskah akan langsung masuk tempat sampah dan dianggap spam bila pada paragraf awal saja sudah banyak kesalahan penulisan.

4. Lakukan penyuntingan (editing) naskah sendiri. Diamkan naskah selama 1-2 hari tanpa dilihat sedikit pun.

Kemudian baca ulang naskah tersebut. Kamu akan lihat betapa banyak yang harus diubah, entah kaidah penulisannya, alurnya, atau pendalaman tokoh. Hal sama berlaku pada naskah nonfiksi.

5. Kirim naskah hanya kalau benar-benar sudah siap. Siap dalam arti halaman sudah rapi (tidak perlu daftar isi) lengkap dengan prakata, prolog, atau epilog bila ada.

Juga siap dalam arti tidak ada lagi kata yang typo (salah ketik), tanda baca yang berantakan dan penulisan huruf kapital yang keliru.

***

Menulis itu mudah, menerbitkan buku pun gampang, tapi bukan berarti semua prosesnya dianggap gampang. Proses menulis dan menerbitkan buku kadang bisa amat sulit, tapi hasilnya kelak akan sepadan dengan kesulitannya.