Opera, Operet, dan Kekhasannya dengan Drama Musikal

Opera dan operet (atau operetta) adalah seni pertunjukkan drama dan musik orkestra yang mirip dengan teater. Bila menonton teater kita lebih banyak menyaksikan akting para pemainnya, maka di opera dan operet, porsi drama dan musik sama banyak. Kadang-kadang dalam pertunjukkan opera, kita akan menikmati lebih banyak musikal ketimbang dramanya.

Lalu, apa beda opera dan operet kalau dua-duanya sama-sama pertunjukkan drama dan musik?

Opera adalah teater musikal yang serius, enggak ada humor dan ketawa-ketiwi di pertunjukannya. Kalau operet ringan karena dimasuki unsur komedi, candaan, dan tarian riang gembira. Mungkin karena ringan, jadi orang Indonesia lebih suka nonton operet daripada opera. 

Sejarah Opera

Berhubung ada juga Opera sebagai nama peramban, kalau kita Googling sejarah opera, maka antara pertunjukkan opera dan Opera Browser sama-sama tampil di halaman satu Google. 

Pada abad ke-14, sekelompok orang Italia multiprofesi yang tinggal di kota Firenze (Florence) dan tergabung dalam kelompok seni bernama Florentine Camerata, memutuskan untuk membuat kembali cerita drama Yunani dalam bentuk pergelaran musik. 

Pertunjukkan Florentine Camerata paling terkenal adalah Dafne yang musiknya digubah oleh Jacopo Peri pada tahun 1597. Gelaran musik berbalut sedikit drama berjudul Dafne itu kemudian dianggap sebagai opera pertama di dunia. 

Penyanyi opera klasik (Business Insider)

Dari Italia, opera mula-mula masuk ke Prancis lalu menyebar ke Eropa Tengah yang sekarang menjadi negara Austria, Ceko, Slowakia, Jerman, Hungaria, Polandia, Romania, dan Swiss.

Di Indonesia, musik klasik sudah sering digelar dalam bentuk konser orkestra, tapi pertunjukkan opera amat sangat jarang. Bukan karena Indonesia tidak punya komposer dan penyanyi musik klasik, tapi tidak ada yang mau nonton opera.

Sejarah Operet
Operet, menurut KBBI adalah opera ringan (nyanyian dan dialog yang disuguhkan secara bergantian) dengan unsur roman dan satir.

Opera dari Italia yang masuk ke Prancis kemudian menjadi operet yang berkembang pada tahun 1850-an. Karena disukai banyak kalangan, operet pun sampai ke Amerika Serikat yang dibawa para penampil Eropa.

Pada waktu opera muncul, menurut Oxford Bibliographies, Prancis punya aturan sendiri mengenai teater, sedangkan para seniman ingin membuat opera sesuai kreativitas mereka sendiri. Maka, muncullah opera yang kemudian punya sistem dan institusinya sendiri.

Pertunjukkan operet di Indonesia yang paling terkenal, versi emperbaca.com, adalah Operet Bobo yang diselenggarakan oleh Majalah Bobo. Operet Bobo pertama pentas tahun 1988 dan masih berlangsung sampai 2004 yang pentas di beberapa kota besar.

Ciri Khas Pertunjukkan

Opera dianggap pertunjukkan "serius" karena musiknya bergenre klasik murni. Sebelum mikrofon ditemukan dan dipakai dalam opera, para penyanyinya menggunakan teknik cincin vokal untuk menambah kekuatan suara supaya terdengar sampai ke penonton paling belakang.

Sampai sekarang teknik itu masih digunakan. Walau penyanyi opera sudah dibolehkan pakai mikrofon, tapi di banyak pertunjukkan (terutama di gedung opera), mereka masih menyanyi tanpa mikrofon.

Karena musiknya bergenre klasik yang sulit dinikmati telinga dan unsur dramanya cuma sedikit (sudah sedikit, "berat" pula), tidak banyak orang masa kini yang senang nonton opera. 

Lain halnya dengan operet, karena selalu disisipi humor dan musik yang tidak melulu klasik. Para pemeran operet bisa menyanyi sambil tertawa lalu tiba-tiba mereka berakting marah yang ditimpali nyanyian dari pemeran lainnya. Maka pertunjukkan operet lebih dinamis daripada opera.

Para penampil dalam Operet Bobo berjudul Pika-pika Kora (Majalah Bobo)

Itu sebab sejak muncul di Paris dan menyebar ke hampir banyak negara, operet enak dinikmati semua kalangan, bukan cuma bangsawan, pejabat negara, dan orang kaya.

Jenis dan Tipe Vokal yang Digunakan Penyanyi Opera

Secara umum, jenis suara yang cocok untuk penyanyi opera wanita berada di jenis sopran, mezzosopran, dan contraltos. Sedangkan untuk pria adalah countertenor, tenor, bariton, dan bass. Meski begitu, para pemilik vokal sopran, dan tenorlah yang paling banyak jadi penyanyi opera. 

Orang dengan karakter vokal rock, dangdut, jazz, dan pop sulit untuk jadi penyanyi opera karena jenis suaranya tidak cocok dengan musik klasik yang jadi kekhasan opera.

Selain menggunakan teknik cincin vokal, para penyanyi opera terkini juga menggunakan teknik bel canto. Teknik ini mengharuskan mulut dan tenggorokan terbuka lebar saat menyanyi. Itulah sebab suara penyanyi opera mampu memecahkan gelas anggur saking powerful dan mampu mencapai frekuensi 2000 Hz.

Di Indonesia, lagu opera yang berteknik vokal tinggi, melengking, dan butuh napas panjang itu dikenal dengan istilah seriosa, berasal dari kata serious/serius. Di luar negeri cukup disebut sebagai vokal ala opera atau operatic voice.

Seriosa juga diambil dari kata 'seria' dalam bahasa Italia yang artinya serius. Kata seria juga lekat pada opera, yaitu opera seria yang berarti opera serius.

Disebut opera seria karena, jenis pertunjukkan yang banyak dimainkan di Italia pada tahun 1710-1770 adalah opera serius. Jadi, istilah seriosa mengikuti asal kata seria atau serious.

Penyanyi Indonesia yang punya vokal seriosa adalah Gita Gutawa, Putri Ayu, dan Vania Larissa. Di masa lalu kita punya Aning Katamsi, Christopher Abimanyu, dan Rose Pandanwangi.

Jenis Vokal yang Digunakan Pada Operet

Operet di Eropa masa lalu juga dinyanyikan oleh penyanyi sopran dan tenor, sama seperti opera. Di Eropa dan Amerika mayoritas operet masih dimainkan seperti gaya lama yang menggunakan orkestra dengan banyak musik klasik dan sedikit pop.

Maka, tipe vokal penyanyi operet hampir sama dengan opera, yaitu operatic voice, walau di masa kini penyanyi pop juga bisa tampil di operetSelain menyanyi, para penampil operet juga harus mahir menari dan berakting di panggung.

Di Indonesia, karena hampir tidak ada operet selain Operet Bobo, maka pertunjukkannya pop banget, lebih mirip seperti drama musikal.

Apa bedanya opera dan operet dengan drama musikal?


Pertunjukkan drama musikal mirip sekali dengan operet. Melansir taminoautographs.com, para penampil di operet dan drama musikal harus punya kemampuan menyanyi, akting, dan menari sama baiknya. 

Di opera tidak ada tarian, apalagi candaan, penampil hanya perlu menyanyikan musik klasik sebaik mungkin, akting belakangan. Kebayang dong boringnya cuma dengarin musik klasik dari awal sampai pertunjukkan selesai. 

Drama musikal punya kebebasan dalam memainkan jenis musik, tidak harus orkestra. Musik rekaman dari berbagai genre dan Top 40 juga boleh ditampilkan di drama musikal. Pun tipe karakter vokal penampilnya boleh macam-macam, termasuk dangdut. 

Film musikal dangdut dulu banyak dimainkan oleh Rhoma Irama. Sedangkan film musikal legendaris adalah The Sound of Music yang dbintangi Julie Andrews.

Tidak seperti di opera dan operet yang para penampilnya tampil live. pada pertunjukkan teater musikal, para penampil kadang-kadang merekam lebih dulu suara mereka kemudian tampil lipsync (lip synchronization) di panggung.

Ini biasanya dilakukan bila teater musikal ditampilkan bukan di gedung teater, misal di aula kampus, gedung serbaguna, atau di taman kota. 

***

Sebenarnya gedung untuk pertunjukkan opera (dan operet) berbeda dengan gedung teater. Gedung opera haruslah punya "medan suara" supaya suara penyanyi dan orkestra dapat terdengar ke seluruh penjuru walau tanpa mikrofon. 

Sedangkan gedung teater tidak perlu medan suara, tapi punya panggung besar untuk menampung banyak properti dan pemain dalam satu waktu.

Berhubung hanya sedikit penyuka opera, maka Indonesia cuma punya dua gedung yang lumayan memadai untuk pertunjukkan opera, yaitu, Aula Simphonia Jakarta. Itu pun lebih cenderung untuk konser orkestra saja, sebenarnya.

Tempat konser musik dan pertunjukkan teater lumayan banyak seperti di TIM, Ritz Carlton, Ciputra Artpreneur, Gedung Kesenian Jakarta, Jakarta International Expo, dan Gelora Bung Karno, tapi gedung khusus opera dan operet, ya, cuma dua itu tadi.

0 komentar

Posting Komentar