Capek dan Kelelahan Pulang dari Liburan? Inilah Alasan Orang Kena Post-Vacation Fatigue

Capek dan Kelelahan Pulang dari Liburan? Inilah Alasan Orang Kena Post-Vacation Fatigue

Idealnya sepulang dari liburan hati kita rasanya senang dan pikiran segar karena dapat pengalaman baru diluar rutinitas harian.

Tetapi, yang terjadi begitu masuk rumah, taruh koper, terus kok kita malah rasanya capek dan lelah, ya?! Kalau begini bukannya happy, refresh, dan siap menjalani aktivitas setelah liburan, kita malah jadi pengen liburan terus.

Capek dan lelah juga paling dirasakan para emak karena pulang liburan mereka masih harus mencuci baju kotor, menyapu dan mengepel rumah yang berdebu ditinggal liburan, juga membereskan barang dan suvenir yang dibeli selama berlibur.

Post-vacation Fatigue

Capek dan lelah sepulangnya dari liburan dikenal dengan istilah post-vacation fatigue. Lelah setelah liburan merupakan kewajaran yang sering dirasakan banyak orang dan biasanya akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa hari.

Menurut Tim Bono, PhD dari Washington University, capek dan kelelahan pasca liburan terjadi karena kita melakukan usaha ekstra daripada yang biasa kita lakukan sehari-hari.

Selama liburan kita harus mencari tempat parkir di tempat yang belum kita kenal, mencari rumah makan yang enak, bolak-balik melihat peta atau bertanya kepada orang sekitar untuk sampai ke tempat tujuan. Saat di tempat liburan kita bersantai dan melakukan relaksasi dengan hati gembira, tapi disertai kewaspadaan terhadap tindak kriminal yang mungkin terjadi.

Tambahan lagi ketika selesai menikmati tempat wisata kita tidak bisa langsung keluar ke tempat parkir karena harus memutari lapak-lapak pedagang kaki lima yang berkelok-kelok. Sesampainya di parkiran, kaki rasanya sudah mau copot saking pegalnya.

Hal-hal yang seperti itu tidak kita disadari ternyata menguras fisik dan mental lebih dari saat kita menjalani rutinitas harian.

Related: Perjalanan Pulang Terasa Lebih Cepat karena Return Trip Effect 

Makanya setibanya di rumah setelah liburan, kita akan merasakan capek dan lelah sampai-sampai kita malah stres dengan urusan rumah tangga dan kantor atau malah ingin cepat liburan lagi untuk menghindari lelah di rumah.

Pra-liburan

 

Supaya terhindar dari capek dan lelah sepulang dari liburan, hal berikut bisa kita lakukan sebelum berangkat liburan.

1. Waktu ideal untuk pulang dari liburan adalah H-2 sebelum kembali masuk kerja, kuliah, dan sekolah.

Jadi rencanakan pulang ke rumah dari liburan 2 hari sebelum dimulainya aktivitas rutinitas harian untuk memulihkan diri. Kita juga punya waktu untuk mengembalikan kerapian rumah setelah berantakan dengan barang-barang dari liburan.

2. Tinggalkan rumah dalam keadaan rapi dan bersih.

Melihat rumah yang rapi dan bersih bisa membuat kita tenang dan terhindar dari rasa stres dari pikiran harus membereskan rumah setibanya dari liburan.

Hal ini berlaku juga kalau kita tinggal dengan mertua atau ipar. Tinggalkan rumah dalam keadaan rapi dan bersih sebelum pergi liburan sehingga mertua atau ipar pun segan untuk membuatnya berantakan dan kotor lagi selama kita tidak di rumah.

3. Sediakan uang receh Rp2.000, Rp5.000, dan Rp10.000

Uang receh mempermudah transaksi kalau kita kebetulan mampir di warung atau rumah makan lokal serta tempat parkir yang dijaga petugas. Taruh uang receh di pintu mobil, saku celana, atau dompet.

Dengan begitu kita tidak buang waktu dan tenaga hanya untuk menukar uang atau mengorek-ngorek berharap ada receh di tas.

Kalau kita ke luar negeri uang receh dalam mata uang setempat juga dibutuhkan untuk transaksi di street food atau di tempat lain yang tidak menyediakan pembayaran cashless.

4. Sediakan air putih dalam tas atau mobil supaya tubuh tetap terhidrasi dan tidak harus menahan haus selama dalam perjalanan.

Kalau tenggorokan terasa haus itu tandanya kita sudah mengalami dehidrasi ringan. Dehidrasi bikin kita jadi mudah marah dan gelisah. Jangan sampai perjalan terganggu karena kita mengalami dehidrasi walau ringan saja.

Pasca Liburan

 

Setibanya di rumah melihat rumah ini yang bisa kita lakukan untuk meminimalisir rasa capek dan lelah sepulangnya dari liburan.

1. Keluarkan isi koper sesegera mungkin dan taruh baju kotor di keranjang baju seperti biasa. 

Baju kotor akan sangat menumpuk, tapi dengan mengeluarkannya dari koper sesegera mungkin kita telah menghindarkan diri dari menumpuk pekerjaan rumah tangga. Setelah mengeluarkan semua baju kotor, taruhlah langsung koper di tempatnya untuk menjaga rumah tetap rapi.

Akan tetapi, kalau kamu sampai di rumah pada tengah malam atau dini hari, biarkan dulu baju kotor tetap didalam koper dan tidurlah sampai pagi.

Saat pagi tiba dan kita sudah salat Subuh (bagi yang muslim), bongkar koper dan segera bereskan baju kotor, suvenir, sandal/sepatu yang dipakai liburan, sampai sampah yang mungkin terbawa ke rumah.

2. Sambil menunggu cucian selesai di mesin cuci, santailah sejenak melihat foto dan video yang diambil saat liburan sambil menikmati teh atau kopi panas.

Bersantai baik untuk memulihkan energi kita yang terkuras selama liburan.

3. Kalau kita punya anak, biarkan anak bersantai memainkan hpnya untuk melihat foto dan video mereka saat liburan atau chatting bersama teman-temannya.

Anak juga capek dan lelah sama seperti kita, jadi tidak perlu melampiaskan kekesalan dan kelelahan kepada mereka. Biarkan mereka melakukan apa yang mereka suka setibanya pulang dari liburan. 

Staycation

 

Bagaimana kalau kita mau liburan tanpa merasa capek setelah pulang ke rumah? Staycation adalah salah satu caranya. 

Kita bersantai di hotel, resort di pantai, atau vila yang ada di pegunungan selama dua malam dan menikmati semua fasilitas yang ada di sana seperti kolam renang, spa, fitness, lounge, bersantai di pinggir laut atau menikmati sejuknya udara pegunungan.

Staycation tidak mengharuskan kita repot cari parkir, tempat makan, dan hiburan karena sudah tersedia di satu tempat. Maka itu menikmati liburan (vacation) tidak kemana-mana (stay) sambil menikmati fasilitas yang tersedia di tempat kita menginap dinamakan staycation.

Hotel yang nyaman untuk menikmati staycation minimal bintang tiga dan bukan yang budget hotel. Budget hotel biasanya berbintang dua kebawah, tapi sekarang makin banyak hotel bintang tiga yang jadi budget hotel.

Budget hotel hanya digunakan sebagai tempat istirahat pada malam hari sehingga fasilitas di situ tidak selengkap hotel non-budget karena tamu cuma butuh tidur.

Kalau memilih staycation, pastikan hotel yang kita pilih bukan yang tipe budget hotel.

Mengenal 5 Sifat Kepribadian Utama Manusia, Ternyata Tidak ada Introvert!

Mengenal 5 Sifat Kepribadian Utama Manusia, Ternyata Tidak ada Introvert!

Teori Big Five Personality Traits atau lima sifat kepribadian utama merupakan identifikasi dari macam-macam kepribadian manusia. Jadi bisa saja punya beberapa sifat sekaligus, tapi hanya satu yang dominan yang jadi kepribadian kita.

Teori ini ditemukan oleh Gordon Allport pada tahun 1954 dalam upayanya untuk memahami individu secara garis besar. 

Banyak psikolog di masa lalu sampai sekarang beranggapan kalau big figh five personality traits ini sangat kaku dan tidak memperhatikan perkembangan sifat manusia yang kompleks. Namun masih banyak pula psikolog yang memakai teori ini untuk memudahkan mereka menyimpulkan sifat utama kepribadian manusia guna berbagai keperluan, misalnya merekrut tenaga kerja.

Berikut lima sifat kepribadian utama manusia atau big five personality traits.

1. Conscientiousness (kehati-hatian)


Menurut laman Psychology Today conscientiousness mencerminkan kepribadian yang cenderung selalu bertanggung jawab, terorganisir, pekerja keras, berorientasi pada tujuan, dan tidak membantah kalau harus mematuhi norma dan aturan.

Ilustrasi dari The Human Capital Hub

Ciri khas utama orang yang berkepribadian concientiousness adalah teliti, tekun, dan pandai mengendalikan diri termasuk mengendalikan hati.

Sisi lainnya, orang conscientiousness bisa jadi impulsif (bertindak berdasarkan instingnya) dan tidak segan menuntut orang untuk bertanggung jawab dan bekerja sama kerasnya seperti dia.

2. Agreeableness (keramahan)

 

Lembaga psikologi Thomas menyimpulkan bahwa Agreeableness merupakan sifat kepribadian yang menggambarkan kemampuan seseorang untuk menempatkan kebutuhan orang lain di atas kebutuhan mereka sendiri. 

Orang dengan kepribadian agreeableness ramah, punya empati yang tinggi, sangat senang membantu orang lain, dan sering memilih untuk bekerja sama daripada berkonflik dengan orang lain.

Di dunia kerja, orang yang berkepribadian agreeableness dikhawatirkan sulit mencapat puncak karir profesionalnya karena mereka selalu ingin melihat kemajuan orang lain daripada dirinya sendiri.

High Agreeableness

Orang yang tingkat keramahannya tinggi punya sifat yang sangat terlihat di depan umum, yaitu:

1. Selalu bersikap sopan, baik lisan dan tulisan kepada siapa saja tanpa pandang usia dan status.

2. Penuh perhatian dan tidak segan menunjukkan kasih sayang kepada sesama.

3. Mudah percaya pada orang lain dan menganggap tidak ada manusia yang punya niat jahat.  

4. Kooperatif dalam artian sering jadi juru damai diantara teman yang berantem. Sering juga jadi penengah bila ada sesama karyawan yang berselisih paham.

5. Sederhana. Orang dengan high agreeableness tidak suka pamer dan selalu rendah hati.

3. Neuroticism

 

Very Well Mind mengungkap kalau orang yang kepribadiannya dominan neuroticism gampang marah dan ngamuk bahkan dengan stimulasi (rangsangan) yang kecil saja, misal diledek atau ada teman yang bercandanya berlebihan. Saat marah mereka juga susah untuk ditenangkan.

Ilustrasi dari King's College London

Seseorang bisa punya kepribadian neuroticism disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya:

1. Fungsi otak. Sebuah studi menemukan kalau orang dengan peringkat neuroticism tinggi punya kadar oksigen lebih rendah di bagian otak yang bernama korteks prefrontal lateral. Area otak ini berperan dalam berbagai fungsi kognitif.

2. Trauma masa kecil. Paparan ingatan terhadap kejadian buruk yang diterima saat kita masih anak-anak sangat mempengaruhi neuroticism di otak.

Tapi, neuroticism tidak meningkat kalau kita mendapat trauma di masa dewasa.

3. Iklim. Jika kita tinggal di iklim yang rentan terhadap perubahan cuaca ekstrem, kemungkinan kita stres karena iklim juga meningkat.

Itu terjadi karena dopamin dalam otak jadi kacau yang menyebabkan kita jadi stres dan gelisah. Stres dan gelisah bisa bikin kita gampang marah.

4. Jenis Kelamin. Satu studi kepribadian di 22 negara menemukan bahwa wanita lebih banyak punya kepribadian neuroticism, baik yang dominan atau yang cuma sedikit.

5. Genetik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa neurotisme diwariskan secara genetik sama seperti kita mewarisi tinggi badan. Jadi, sampai tingkat tertentu, kita mungkin dilahirkan dengan kecenderungan dominan neuroticism.  

6. Kelangsungan hidup. Anak-anak jalanan, tunawisma, pengamen, atau pedagang lampu merah bisa jadi sangat peka terhadap ancaman dan bahaya karena hal itu dianggap bisa membuat mereka bertahan hidup. Lama-lama kepribadian yang dominan pada diri mereka adalah neuroticism.

4. Openness (keterbukaan)


Mike Leary, PhD dari Duke University mengatakan kalau keterbukaan disini bukan berkaitan dengan hubungan antarpribadi atau terbuka dalam cara kita berinteraksi dengan orang lain. 

Yang dimaksud openness dalam lima kepribadian utama adalah keterbukaan intelektual atau penerimaan terhadap hal-hal baru. Termasuk dalam keterbukaan dalam Big Five Personalities Traits seperti dibawah ini.

Sumber: MedIndia

1. Keterbukaan terhadap pengalaman baru. Tidak segan memcoba pengalaman baru bahkan yang menantang sekalipun, seperti melakukan bungee jumping atau berkemah di alam terbuka.

Meski begitu, terbuka pada pengalaman baru bukan berarti seseorang jadi FOMO (fear of missing out/takut ketinggalan tren terbaru)

Related: FOMO dan JOMO Ketakutan dan Kegembiraan Atas Keterlibatan Sosial

Orang berkepribadian opennes tidak pernah berkomentar negatif tentang apapun yang sedang jadi tren. Andai memungkinkan mereka akan mencoba sendiri walau pengalaman itu sudah jadul bagi kebanyakan orang.

Jadi terbuka terhadap pengalaman baru tidak berarti kena FOMO. 

2. Keterbukaan terhadap perubahan teknologi. Para openness tidak akan menentang adanya mesin dan robot yang menggantikan pekerjaan manusia. 

Andai harus memasang teknologi terbaru di rumah, mereka akan segera mempelajari penggunaaan teknologi itu alih-alih meributkan betapa ribetnya si teknologi.

Bahkan seorang penulis yang dominan openness-nya tidak akan kuatir terhadap keberadaan ChatGPT saking terbukanya mereka terhadap teknologi yang makin banyak berubah.

3. Keterbukaan terhadap ide-ide baru. Dalam hal ini dikenal istilah open-minded. Orang openness senang berdiskusi tentang adanya ide dan pendapat baru terhadap berbagai hal.

Inilah yang menjadikan mereka enak diajak sebagai teman diskusi tanpa kita kuatir pendapat kita dihakimi atau ditentang.

4. Keterbukaan terhadap ilmu baru. Orang yang dominan opennesnya pintar di suatu bidang ilmu atau dalam banyak hal, tapi merasa bahwa ilmu yang mereka kuasai tidak pernah cukup, sehingga mereka bukanlah orang yang senang menyombongkan pencapaian dirinya. 

***

Buat orang lain, orang yang kepribadiannya dominan openness akan tampak plin-plan, berubah-ubah, dan labil. Itu karena bagi kebanyakan orang keterbukaan dianggap sebagai hal yang meresahkan dan bisa mempengaruhi stabilitas yang sudah nyaman dirasakan orang-orang yang tidak openness.

5. Extraversion/Extroversion (ekstrovert)

 

Orang berkepribadian dominan extraversion adalah orang yang mudah bergaul dan berbaur di lingkungan sosial. Mereka juga digambarkan sebagai orang yang senang bicara dan tidak suka terlalu lama sendirian tanpa adanya orang lain di sekitarnya.

Pada umumnya banyak orang yang menganggap ekstrovert tukang pesta dan senang hura-hura. Nyatanya mereka tampak seperti senang pesta karena mereka selalu antusias dan semangat saat berada di tengah banyak orang.

Berkumpulnya sejumlah orang dalam satu tempat di waktu yang sama dengan energi yang berlimpah selalu diidentikkan dengan tempat pesta dan hura-hura.

Ekstrovert pemalu

Orang yang kepribadiannya dominan esktrovert belum tentu selalu ramah. Psychology Today mengatakan ada orang ekstrovert yang pemalu. Artinya seseorang dianggap punya energi bagi orang di sekitarnya dan menikmati berada di sekitar orang lain, tapi sangat grogi ketika berada di sekitar orang asing atau saat harus bicara di dalam kelompok.

Bagaimana dengan Introvert?

 

Kenapa introvert tidak termasuk dalam lima sifat kepribadian utama? Karena introvert sudah ada didalam extraversion. Dalam sifat kepribadian extraversion, introvert disebut sebagai low extraversion atau lack of extraversion.

Ilustrasi dari King's College Lodon

Orang dengan lack of extraversion bisa dimaknai sebagai orang yang lebih pendiam dari ekstrovert pemalu.

Masuknya introverted kedalam sifat kepribadian extraversion membuktikan kalau orang introvert bukan berarti tidak bisa bergaul. Mereka tidak punya masalah berada di tengah orang banyak seperti di kelas, di ruang tunggu bandara, seminar, bahkan di pesta. Mereka cuma butuh waktu lebih banyak untuk menyendiri supaya energinya kembali.

Kalau ada orang yang takut dan sangat gelisah saat berada di tengah orang banyak, bisa jadi dia menderita gangguan kecemasan sosial atau social anxiety disorder, bukan introvert. 

Penderita gangguan kecemasan sosial harus mendapat penanganan dari psikolog atau psikiater, sedangkan introvert tidak perlu sebab bukan merupakan gangguan mental.


Perjalanan Pulang Terasa Lebih Cepat Karena Return Trip Effect

Perjalanan Pulang Terasa Lebih Cepat Karena Return Trip Effect

Saat liburan kita pasti sering merasa kalau perjalanan pulang ke rumah terasa lebih lancar dan cepat walau jarak dan waktu tempuhnya sama persis.

Bukan cuma waktu liburan, sering kita rasakan perjalanan pulang dari suatu tempat terasa lebih cepat, walau tempat itu kerap kita datangi seperti rumah orang tua di kota lain, tempat wisata favorit, atau hanya sekadar berkunjung ke rumah bestie yang masih satu kabupaten.

Hal itu karena kita mengalami return trip effect atau efek perjalanan pulang.

Ilusi Mata dan Waktu


Pembuat studi di PLOS ONE melihat sesuatu yang menarik terjadi di antara orang-orang yang mengalami return trip effect.

Peserta studi diminta menonton film simulasi perjalanan satu arah ke suatu tempat. Kelompok pertama berulang kali diminta untuk melapor ketika mereka merasa telah melewati tiga menit (tanpa melihat jam). 

Kelompok kedua diminta menonton simulasi perjalanan bolak-balik untuk menggambarkan bahwa mereka telah sampai ke tujuan lalu pulang kembali.

Dengan ukuran ini kedua kelompok menganggap waktu berlalu dengan kecepatan yang sama.

Perbedaan baru muncul ketika mereka diminta untuk membandingkan kedua perjalanan itu dalam retrospeksi (kenangan kembali/pandang balik).

Otak seseorang secara matematis melacak berlalunya waktu dengan neuron yang menyala pada kecepatan tertentu dan mekanisme yang mencatat berapa kali neuron itu berdenyut dalam periode tertentu. 

Sistem lain di otak yang lebih berbasis bahasa melihat kembali peristiwa sebelumnya dan menceritakan kisah tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan.

Ilusi return trip effect muncul bila sistem saraf yang berbasis bahasa mendominasi pikiran saat peserta mengingat pengalaman perjalanan dalam retrospeksi.

Persepsi Psikologis


Hasil penelitian yang dimuat pada jurnal di National Libraty of Medicine AS, efek perjalanan pulang-pergi hanya disebabkan postdictive atau postdiction.

Postdiction adalah konstruksi dari kondisi masa lampau untuk diandalkan di masa sekarang. Artinya kita akan selalu mengingat pengalaman selama perjalanan berangkat dan mengontruksikannya kembali di perjalanan pulang.

Akan tetapi, karena dalam perjalanan pulang kita sudah merasa santai, tidak terbebani, dan tidak diburu apa pun, maka konstruksi yang kita bangun berdasarkan perjalanan saat berangkat ternyata jadi lebih sederhana.

Secara tidak langsung itulah yang menyebabkan kita mengalami return trip effect.

Hal yang mempengaruhi persepsi psikologis terhadap return trip effect adalah sebagai berikut.

1. Familiar dan akrab

Saat pulang kita melewati jalan pulang yang sama dengan jalan saat berangkat sehingga menjadikan visual di kanan-kiri jalanan terlihat familiar (akrab).

Keakraban ini dihipotesakan oleh para peneliti sejak 1950-an untuk menjelaskan return trip effect atau efek perjalanan pulang. 

Penelitian lain menyebut bahwa mengalami rangsangan asing dapat membuat kita menganggap waktu bergerak lebih lambat. Itu juga yang terjadi kalau kita berada di lingkungan baru dengan orang-orang baru. Waktu juga akan terasa lebih lambat berlalu dibanding kalau kita sedang bersama keluarga atau teman-teman.

Namun, percobaan pada 2011 menunjukkan bahwa keakbaran pada sesuatu bukan alasan paling utama terjadinya return trip effect. 

Para peneliti meminta beberapa pengendara sepeda melakukan perjalanan pulang-pergi standar, dengan rute yang sama bolak-balik. Pengendara lain diinstruksikan untuk mengambil rute berbeda yang belum pernah mereka lewati.

Anehnya, kelompok pesepeda dengan rute familiar dan rute yang asing sama-sama menilai perjalanan pulang mereka makan waktu lebih cepat.

2. Sering melebih-lebihkan berapa lama perjalanan pulang

Psikolog Belanda Niels van de Ven pernah membuat analisis di tahun yang sama, bahwa orang sering melebih-lebihkan waktu perjalanan pulang sehingga seolah waktu perjalanan pulang jadi lebih cepat, semisal, "Ahh, kayaknya bakal macet nih, hari terakhir libur sekolah."

Niels van de Ven juga menjelaskan bahwa return trip effect tidak terjadi pada rute yang setiap hari kita lewati (rumah-kantor atau rumah-sekolah) karena orang tidak pernah melebih-lebihkan waktu pada perjalanan yang jadi rutinitas harian.

3. Kuatir tidak tepat waktu

Psikolog Dan Zakay, seperti dimuat pada British Psychological Society, berpendapat kalau return trip effect terjadi karena kekuatiran yang muncul saat berangkat bahwa kita tidak akan tiba tepat waktu di tujuan.

Kekuatiran itu terutama terjadi kalau kita sudah memesan kamar hotel, menuju tempat wisata dengan jam buka pagi, atau sudah janjian akan tiba di rumah orang tua atau saudara pada hari sekian dan jam sekian.

Memiliki janji membuat otak kita mencurahkan lebih banyak sumber daya untuk mengkhawatirkan waktu. Maka waktu pun terasa berjalan lebih lambat. 

Jadi meskipun jarak tempuh saat pulang persis sama, waktunya terasa lebih singkat karena kita tidak lagi mengkhawatirkan apa pun sehingga perhatian kita tidak lagi tercurah pada waktu.

Return trip effect sebenarnya tidak merugikan kita, malahan cenderung positif andai kita mengalaminya.

Sisi Positif Mengalami Return Trip Effect


1. Terhindar dari kelelahan fisik berlebihan

Karena perjalanan pulang rasanya lebih cepat, walau sampai di rumah sudah malam, kita masih punya sisa tenaga untuk menaruh koper ke kamar, mencuci muka dan ganti baju sebelum tidur, serta sedikit bercengkrama bersama anggota keluarga.

Dengan begitu pulang liburan membuat keluarga jadi tambah akrab. Ibu juga tidak kemrungsung saat bangun esok harinya karena koper dan sisa liburan tidak berserakan di ruang tamu seperti kapal pecah.

2. Liburan jadi lebih menyenangkan dan berkesan

Karena perjalanan pulang rasanya lebih cepat, liburan rasanya jadi lebih seru dan berkesan walau saat berangkat kita sempat nyasar dan kena macet panjang.

Anak-anak juga akan mengingat liburan itu sangat menyenangkan karena perasaan gembira yang mereka bawa dari tempat liburan ke rumah lebih lama menempel di memori.

3. Lebih termotivasi untuk bekerja dan belajar giat

Perjalanan pulang yang terasa lebih cepat membuat kita bersemangat untuk liburan lagi. Dorongan yang tinggi untuk berlibur cenderung membuat kita lebih semangat untuk bekerja dan belajar karena perasaan termovitasi memperoleh liburan yang menyenangkan lagi ketika masa libur tiba.

Puasa Sampai Mati dan 4 Cara Bunuh Diri yang Dibolehkan Di Luar Indonesia

Puasa Sampai Mati dan 4 Cara Bunuh Diri yang Dibolehkan Di Luar Indonesia

Berpuasa sampai mati alias berhenti makan dan minum secara suka rela (Voluntarily Stop Eating and Drinking (VSED) banyak dilakukan oleh manusia lanjut usia di Amerika Serikat dan Kanada.

Alasan mereka melakukan VSED adalah untuk mempercepat kematian. Mereka telah merasakan kebikmatan hidup selama puluhan tahun lalu tiada lagi yang ingin dilakukan di dunia, maka berhenti makan dan minum secara sadar adalah pilihannya.

Apakah VSED termasuk bunuh diri? Ya, menurut pemeluk Islam. Manusia diharuskan menjaga kesehatan dengan makan dan minum yang halalan toyyiban (halal dan baik). Sengaja tidak makan dan minum adalah bentuk menyakiti diri sendiri.

Lebih jauh lagi, VSED dilakukan untuk mempercepat kematian diri sendiri yang sama saja dengan bunuh diri. Bunuh diri sangat dilarang dan berdosa besar jila melakukannya karena kelahiran dan kematian di tangan Allah. 

Segala bentuk mengakhiri hidup amat sangat dilarang, haram, dan tidak dibolehkan bagi penganut agama Islam.

Namun, menurut LSM Compassion & Choice yang membantu lansia berpuasa sampai mati, VSED adalah hak untuk mengakhiri hidup demi mencegah manusia menderita berkepanjangan. 

Catatan Compassion & Choice mengungkap bahwa selain lansia, orang yang mengalami hal berikut ini juga memilih VSED.

  1. Sakit yang sudah tidak bisa disembuhkan, misalnya kanker stadium 4A dan 4B.
  2. Pengobatan tidak menunjukkan tanda kesembuhan meski sudah lama dilakukan.
  3. Kesulitan menelan akibat penyakit tertentu.
  4. Gastro-intestinal obstruction atau penyumbatan yang menghalangi makanan melewat usus kecil dan usus besar (kolon0
  5. Ketidakmampuan tubuh menyerap obat dan memproses pengobatan.
  6. Demensia tahap awal dan sedang.

Ritual puasa sampai mati juga dilakukan penganut Hindu di India untuk membersihkan diri dari karma buruk dan mencapai moksha.

Moksha adalah pelepasan dari siklus kelahiran kembali. Manusia terus akan terlahir kembali untuk menebus perbuatan buruknya di kehidupan lampau. Bila sudah mencapai kesempurnaan dan tidak lagi harus menanggung karmaphala, maka jiwa manusia akan moksha.

Praktik puasa sampai mati yang dilakukan penganut Hindu India dinamakan santhara.

Berikut cara mengakhiri hidup yang dibolehkan dan diakui hukum (legal) di luar negeri.

1. Euthanasia (Suntik Mati)

Euthanasia dibolehkan untuk orang yang menderita sakit berat dan tidak dapat disembuhkan. Suntik mati harus dilakukan oleh dokter dan dengan bukti rekam medis bahwa orang yang ingin disuntik mati benar-benar sakit.

Negara-negara yang membolehkan suntik mati per tahun 2022 adalah Kolombia, Spanyol, Belanda, Belgia, Luxemburg. Kanada, Selandia Baru, dan Australia (hanya di negara bagian Victoria dan Australia Barat). Sedangkan di AS, euthanasia hanya dibolehkan di negara bagian Oregon, Washington D.C., Hawaii, Washington, Maine, Colorado, New Jersey, California, dan Vermont.

2. Medical Assistance in Dying (MAiD)

Medical Assistance in Dying atau bantuan medis dalam kematian adalah proses pemberian obat-obatan secara oral (diminum langsung) atau intravena melalui infus yang dilakukan oleh dokter dan perawat.

Dokter dan perawat akan terus mendampingi selama proses pemberian obat sampai pasien dinyatakan meninggal dunia.

3. Physician-assisted Suicide

Physician, dalam terminologi kedokteran Barat, adalah dokter umum yang belum melanjutkan pendidikan spesialisasi. 

Dokter umum boleh memeriksa kondisi pasien dan memberikan resep obat, tapi belum boleh melakukan operasi atau tindakan medis untuk pasien. Semua tindakan medis dilakukan oleh dokter spesialis.

Pada physician-asisted suicide, pasien dibolehkan mengakhiri hidup kalau dia telah terbukti punya penyakit kronis yang membuat usianya maksimal tinggal enam bulan lagi.

Dokter akan meresepkan obat kepada pasien untuk mempercepat kematian dan si dokter tidak dapat dituntut untuk itu.

4. Voluntary-assisted Dying

Pasien memprakarsai dan memutuskan sendiri pemberian obat untuk mempercepat kematian. Bahkan prosesnya pun dilakukan sendiri tanpa bantuan dokter, perawat, atau keluarga.

Namun, hanya mereka yang sudah sekarat karena penyakit,atau kondisi medis yang tidak dapat disembuhkan secara lanjut dan progresif, yang dapat mengakhiri hidup secara suka rela tanpa pendampingan.

Keluarga tidak bisa ikut campur dalam voluntary-assisted dying karena, sesuai namanya-voluntary, pengakhiran hidup harus diputuskan dan dilakukan semua oleh si pasien.

***

Negara-negara Timur tidak melegalkan bunuh diri karena bangsa Timur percaya bahwa kematian adalah urusan Tuhan. Orang berpenyakit berat bisa saja sembuh dengan kuasa Allah lewat doa dan berobat.

Sementara kalau sudah waktunya seseorang meninggalkan dunia, dia akan mati tanpa harus menderita sakit berat atau apa pun.


Quiet Quitting, Untuk Kebahagiaan Hidup atau Kurang Motivasi?

Quiet Quitting, Untuk Kebahagiaan Hidup atau Kurang Motivasi?

Gaya kerja quite quitting disebut ingin melawan efek buruk dari etos kerja hustle culture yang membuat karyawan terpenjara dalam pekerjaan mereka. 
 
quiet quitting

 
Quiet quitting diyakini akan membuat karyawan terhindar dari stres yang diakibatkan tekanan pekerjaan.
 
Dengan begitu para karyawan akan lebih bahagia karena tidak harus bekerja berlebihan yang membuat mereka tidak ada waktu untuk melakukan hobi, kumpul bersama teman, atau melakukan aktivitas sosial lainnya. 
 

Apa Itu Quite Quitting 

 
Quite quitting adalah sikap serius dalam melakukan pekerjaan, tapi tetap dalam batas-batas uraian kerjanya (job description).
 
Seorang karyawan yang menerapkan gaya kerja quiet quitting tidak akan lembur atau melakukan pekerjaan lain hanya karena disuruh bos.
 
Misal, pada jobdesc-nya tidak tertulis tugas "memfotokopi hasil rapat". Maka dia tidak akan memfotokopi hasil rapat yang diminta bosnya, walau cuma dia sendiri dan si bos yang menghadiri rapat bersama klien.

Meskipun namanya "quitting" tapi sama sekali tidak ada hubungannya dengan berhenti bekerja atau resign. Justru quitting disini berarti tidak keluar dari pekerjaan.
 

Dipopulerkan di TikTok

 

Pada Maret 2022 lalu video unggahan pengguna bernama Brian Creely viral dan disukai lebih 100.000 akun dengan lebih dari 4000 komentar.

Brian mengutip artikel di majalah Insider yang ditulis koresponden senior Aki Ito. Tajuk dalam artikel bertuliskan, "Muak dengan jam kerja yang panjang, banyak karyawan diam-diam (quiet) memutuskan santai di tempat kerja daripada berhenti dari pekerjaan mereka (quit)."

Brian meringkas artikel itu jadi, "Lebih banyak orang berhenti diam-diam daripada berhenti (quiet quitting).
 
Sejak videonya viral dan jadi rujukan bagi orang-orang untuk bekerja apa adanya, Brian menegaskan kepada Insider kalau yang dia maksud dengan quiet quitting bukanlah malas atau bekerja asal-asalan.
 
Brian bilang, "Bukan malas atau melakukan pekerjaan yang buruk. Quiet quitting berarti memulihkan keseimbangan yang sehat dalam karier dan pekerjaan. Dengan kata lain kita melakukan persis sesuai jobdesc dan menetapkan batasan yang tegas."

Pelaku Quiet Quitting

 
Menurut poling dari Axios dan Generation Lab sebanyak 82% dari Generasi Z atau Gen Z yang ikut dalam poling meyakini bahwa quiet qutting di kantor adalah sesuatu yang sangat menarik untuk mempertahankan pekerjaan mereka.
 
 
Sebanyak 15% dari 82% Gen Z yang berpartisipasi dalam poling mengaku telah melakukan quiet quitting.
 
Gen Z menganggap mereka bekerja untuk hidup, bukan hidup untuk bekerja. Jadi melakukan pekerjaan seminimal mungkin di tempat kerja bagus untuk mencegah kebosanan dan ketidakseimbangan hidup. 
 
Melihat Gen Z yang menyukai quiet quitting amat wajar karena mereka baru memasuki dunia kerja setelah lulus kuliah dan belum banyak terlibat di dalamnya. Mereka juga telah melihat bagaimana Milenial dan Gen X telah menjadi robot tanpa kehidupan selain dunia kerja.

Gen Z tidak mau terperangkap pada hustle culture dan lebih menyukai quiet qutting karena dirasa dekat dengan kehidupan mereka di kampus sebelum masuk ke dunia kerja yang serius.

Bila Gen Z melakukan quiet quitting karena sesuai dengan gaya hidup mereka yang dinamis dan tidak mau terkungkung, sebagian Milenial melakukan quiet quitting karena kecewa.
 
Mereka telah bekerja keras selama pandemi, tapi tidak dapat pengakuan atau penghargaan dari atasan sebagaimana yang mereka kira layak didapat.
 
Secara keseluruhan, quiet quitting dilakukan oleh orang yang tidak bisa resign (keluar dari pekerjaan) karena usia, pendidikan, dan alasan lainnya, sekaligus tidak mau dipecat.

Kontroversi Quiet Quitting 

 

Seorang guru bernama Maggie Perkins dalam wawancara di CNBC mengatakan kalau dia telah menerapkan quiet quitting sejak 2018, sebelum quiet quitting populer lewat TikTok.
 
Dia melakoninya karena sadar kalau karirnya sebagai guru tidak bisa bisa berkembang alias mentok. Tidak ada kenaikan pangkat dan jabatan. Walaupun seorang guru telah mendapat penghargaan Teacher of the Year, gaji dan tunjangan yang didapatnya tetap sama dengan guru yang tidak.

Jadi, Maggie tidak pernah lembur dan tidak melakukan pekerjaan selain mengajar di tempatnya bekerja. Meski begitu banyak yang bilang kalau Maggie adalah guru yang baik.
 
Konsultan karir Kelsey Wat mengatakan, orang yang ingin gajinya naik dan dapat pengakuan harusnya melakukan kerja yang berprestasi melebihi rekan-rekannya.
 
Kalau kita kerja cuma biasa-biasa saja, standar, dan alakadar, mana mungkin kita dapat kenaikan gaji atau jabatan.
 
Pete Hinosoja dari kantor konsultan personalia Insperity bilang kalau quiet quitting bisa menimbulkan konflik di kantor. Sebabnya pekerja yang betul-betul menyukai pekerjaannya di kantor, termasuk yang bersedia lembur, kerap berseberangan ide dan sulit bekerja sama dengan pekerja yang melakukan quiet quitting.

Jadi Pete berpendapat quiet quitting tidak bisa diterapkan terus-terusan di kantor. Ada waktu yang tepat untuk quiet quitting disaat kita sudah benar-benar lelah dan butuh penyegaran.

Kantor butuh pekerja yang menyukai tugasnya dan lembur bila diperlukan karena berimbas pada efisiensi dan efektivitas perusahaan secara keseluruhan.

Meski disebut bagus buat keseimbangan antara pekerjaan kantor dengan kehidupan pribadi, quiet quitting disebut lebih jelek dari yang digembar-gemborkan tentang keseimbangan hidup di dunia nyata. 
 
Itu karena kebanyakan pelaku quiet quitting tetap melakukan kewajiban mereka di kantor dengan baik, namun cenderung menganggap remeh kehidupan sosial, bahkan enggan terlibat di dalamnya.
 

Quiet Quitting yang Positif


Selain pada profesi guru, quiet quitting lebih cocok diterapkan di pekerjaan yang kenaikan gaji dan jenjang karirnya mentok seperti tukang bangunan, buruh pabrik, atau karyawan kontrak dan outsourcing.

Penting untuk sesuaikan etos kerja dengan kepentingan pekerjaan. Boleh jadi ada kantor atau pekerjaan yang butuh kerja keras dari karyawannya sebelum dipromosikan ke jabatan dan gaji yang lebih tinggi. 

Dan ada juga kantor yang menerapkan kenaikan gaji dan jabatan berdasarkan lama kerja, bukan prestasi, sehingga kita bisa saja menerapkan quiet quitting.

Apa Itu Fotosensitivitas, Jenis, dan Cara Meminimalisir Gejalanya

Apa Itu Fotosensitivitas, Jenis, dan Cara Meminimalisir Gejalanya

Photosensitivity atau fotosensitivitas adalah kondisi sensitivitas ekstrim terhadap sinar ultraviolet (UV) dari matahari dan sumber cahaya lainnya semisal lampu neon dalam ruangan dan warna silau dari layar.

Fotosensitif

Penggunaan layar ponsel dan laptop di luar ruangan juga dapat memicu fotosensitif pada penderitanya karena layar itu memantulkan ultraviolet dari matahari. Menurut alodokter.com, bahaya ultraviolet yang terpantul dari layar gawai justru berisiko lebih besar memicu kanker kulit daripada yang terpapar dari kertas putih.

Penderita fotosensitif dapat mengalami ruam, kulit mengelupas, atau luka bakar bahkan dengan hanya sedikit kena sinar matahari.

Pada penderita yang punya penyakit lupus atau epilepsi, fotosensitif bisa membuat mereka sakit kepala dan demam.

Jenis-jenis Fotosensitivitas


Beberapa bahan kimia (dalam obat) dapat menyebabkan seseorang menjadi peka terhadap sinar matahari. Kepekaan terhadap sinar matahari terbagi jadi dua jenis.

1. Phototoxic atau fototoksik. Reaksi fototoksik disebabkan ketika bahan kimia yang baru masuk ke tubuh berinteraksi dengan sinar ultraviolet matahari. 

Obat-obatan seperti doksisiklin dan tetrasiklin adalah penyebab paling umum dari jenis reaksi fototoksik.

Jenis reaksi fototoksik berupa ruam kulit yang terlihat seperti terbakar sinar matahari parah. Biasanya terjadi dalam waktu 24 jam setelah terpapar sinar matahari.

2. Photoallergic atau fotoalergi. Selain muncul dari efek samping obat, reaksi fotoalergi juga dapat timbul dari produk kecantikan (makeup dan skincare) dan tabir surya.

Jenis reaksi ini muncul dalam waktu beberapa hari setelah terpapar sinar matahari. 

Jadi ada baiknya kalau mencoba merek kosmetik dan skincare baru tunggu sehari setelah pemakaian pertama sebelum menggunakannya untuk kedua kali. Kalau ada reaksi fotoalergi berarti kita tidak cocok memakai merek tersebut. 

Penyebab Photosensitivity


Fotosensitif dapat disebabkan karena efek samping obat antibiotik, kemoterapi, dan diuretik. Kondisi medis yang diderita seseorang seperti penyakit lupus, erupsi cahaya polomorf, epilepsi, dan prurigo aktinik juga dapat membuat penderitanya mengidap fotosensitif.

Kita harus memeriksakan diri ke dokter untuk tahu apakah mengidap fotosensitif atau hanya terbakar matahari biasa, Tidak bisa hanya dari pemeriksaan online atau menduga-duga gejalanya.

Dokter akan memeriksa riwayat kesehatan dan obat-obatan yang pernah diminum selain memperhatikan perkembangan pola ruam dan paparan sinar matahari.

Bila perlu dokter akan merekomendasikan biopsi kulit untuk memastikan apakah seseorang mengidap fotosensitivitas atau tidak.

Pemicu Fotosensitivitas

 

Orang yang punya fotosensitivitas akan merasakan gatal, ruam, dan perih pada kulitnya kalau terpapar hal berikut. Pada pengidap epilepsi, lima hal dibawah ini diduga, melansir epilepsy.com, dapat membuat penyakit mereka kambuh.

  1. Kedipan cahaya dari layar televisi, komputer, dan ponsel yang berkedip-kedip secara cepat.
  2. Kilatan cahaya dalam efek film atau game.
  3. Pola warna yang berganti secara cepat dalam layar.
  4. Cahaya matahari yang terpantul di air, cermin, atau bilah pepohonan.
  5. Lampu strobo dari ambulans, bus, dan mobil polisi.

Selain ruam kulit dan gatal, sebagian penderita fotosensitivitas juga mengalami sakit kepala dan demam terlalu lama terpapar atau kena cahaya panas matahari dan cahaya layar yang menyilaukan.

Selain ruam kulit dan gatal, sebagian penderita fotosensitif juga mengalami sakit kepala dan demam kalau terlalu lama terpapar sinar matahari dan cahaya layar yang menyilaukan.

Menjaga Agar Fotosensitif Tidak Mudah Kambuh

  1. Selalu memakai lengan panjang, topi, dan kacamata hitam saat berada di luar ruangan,
  2. Pakai topi atau payung saat matahari sedang panas-panasnya.
  3. Tidak berada terlalu lama dibawah sinar matahari atau terpapar cahaya lampu yang sangat terang di dalam ruangan.
  4. Menonton televisi atau menatap layar tidak terlalu dekat untuk menghindari kilatan dan kedipan cahaya dari layar.
  5. Pemakaian obat-obatan harus dalam pengawasan dokter.

Fotosensitif digolongkan sebagai penyakit kulit dan dikategorikan sebagai penyakit langka karena hanya satu dari 100.000 orang yang menderitanya, seperti dilansir National Library of Medicine AS.