Seringkas Merdeka Belajar Episode 20-24

Seringkas Merdeka Belajar Episode 20-24

Kurikulum Merdeka sudah diterapkan secara bertahap sejak tahun ajaran 2021/2022. Diimplementasikan secara bertahap supaya para tenaga pengajar memahaminya tahap demi tahap secara mendalam dan utuh. 

emperbaca.com

Makanya penyebutan Kurikulum Merdeka dalam praktik sehari-hari disebut sebagai IKM (Implementasi Kurikulum Merdeka). Sejak 2021 sudah ada 19 episode Merdeka Belajar hasil dari penjabaran Kurikulum Merdeka untuk diterapkan secara adil dan merata di seluruh jenjang pendidikan.

Merdeka Belajar episode 1-19 dapat dilihat di situs kemdikbud.go.id, namun pada episode episode 20-24, emperbaca.com merangkum dan meringkasnya sebagai berikut.

Merdeka Belajar Episode 20: Praktisi Mengajar


Dalam episode ke-20 ini menteri Nadiem Makarim mengajak para profesional dan ahli di berbagai bidang untuk ikut memajukan pendidikan Indonesia bergabung dan bergerak bersama menjadi praktisi mengajar.

Data ILO (International Labour Organization) menunjukkan bahwa terdapat 13,4 juta profesional di Indonesia. Sekitar 50 persennya tertarik untuk mengajar di kampus jika ada undangan, waktu yang wajar, dan insentif yang adil. 

emperbaca.com
(kemdikbud.go.id)

Makanya “Praktisi Mengajar” yang ada di Merdeka Belajar Episode 20 diciptakan untuk mempercepat mahasiswa memasuki dunia profesional melalui kerja sama perguruan tinggi, dosen, dan praktisi di dalam kelas.

emperbaca.com
(sumber: kemdikbud.go.id)

Orang-orang dari perusahaan besar bisa mengajar di kampus dan berbagi pengetahuan tentang dunia kerja yang ada di perusahaan mereka.

Merdeka Belajar Episode 21: Dana Abadi Perguruan Tinggi


Peluncuran Merdeka Belajar Episode 21 telah dilangsungkan pada 27 Juni 2022 oleh Kemdikbudristek Nadiem Makarim.

Saat ini dana abadi perguruan tinggi yang dikelola LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) ada Rp7 triliun untuk disalurkan kepada perguruan tinggi negeri badan hukum (PTN-BH).

Penyaluran dana abadi ini diharapkan memotivasi perguruan tinggi untuk membangun dana abadinya sendiri dari bunga yang berasal dari sumber dana abadi LPDP Rp7 triliun tersebut.

Dana abadi adalah dana (uang) yang dikumpulkan dari berbagai sumber sampai terkumpul dalam jumlah tertentu. Hasil dari pengelolaan dana itu digunakan untuk kepentingan (dalam hal ini perguruan tinggi) tanpa mengurangi nilai pokok dana tersebut.

Maksud dari Merdeka Belajar Episode 21 ini utamanya mendorong kampus kreatif mencari tambahan dana selain dari pemerintah dan biaya dari mahasiswa.

Merdeka Belajar Episode 22: Transformasi Masuk Seleksi Perguruan Tinggi Negeri


Episode 22 rilis pada 7 September 2022 dan mengatur tentang seleksi di PTN.

Mas Menteri Nadiem mengatakan transformasi seleksi masuk PTN ada tiga jalur.

1. Seleksi nasional berdasarkan prestasi. Seleksi ini mengambil hasil dari rapor siswa dari nilai dan kompetensinya.

Jadi siswa SMA/sederajat auto diterima di PTN favorit kalau nilai rapornya bagus di semua mata pelajaran, berprestasi di kegiatan ekstrakurikuler, dan budi pekerti serta perilakunya bagus juga.

emperbaca.com
(sumber: kemdikbud.go.id)

Bagus disini dalam seri seusai dengan profil pelajar Pancasila. Kalau yang tukang berantem, suka tawuran, dan nge-bully, itu gak sesuai dengan profil pelajar Pancasila

Jadi walau nilainya outstanding dan juara basket, misalnya, dia gak akan diterima dari jalur prestasi kalau perilakunya jelek.

2. Seleksi nasional berdasarkan tes. Seleksi ini berfokus pada pengukuran kemampuan penalaran dan pemecahan masalah. 

Tes ini terdiri dari potensi kognitif, penalaran matematika, literasi dalam bahasa Indonesia, dan literasi dalam bahasa Inggris. 

Soal-soal pada tes ini akan menitikberatkan kemampuan penalaran peserta didik, bukan hapalan.

3. Seleksi mandiri oleh PTN. 

Seleksi ini diatur pemerintah supaya lebih transparan dengan mewajibkan PTN melakukan beberapa hal sebelum dan sesudah pelaksanaan seleksi secara mandiri:

  • PTN wajib mengumumkan jumlah calon mahasiswa yang akan diterima masing-masing program studi/fakultas.
  • Metode penilaian calon mahasiswa yang terdiri atas tes secara mandiri, kerja sama tes melalui konsorsium perguruan tinggi, memanfaatkan nilai dari hasil seleksi nasional berdasarkan tes, dan/atau metode penilaian calon mahasiswa lainnya yang diperlukan.
  • Besaran biaya atau metode penentuan besaran biaya yang dibebankan bagi calon mahasiswa yang lulus seleksi.

Sesudah pelaksanaan seleksi secara mandiri selesai, PTN diwajibkan:

  • Mengumumkan jumlah peserta seleksi yang lulus seleksi dan sisa kuota yang belum terisi.
  • Masa sanggah selama lima hari kerja setelah pengumuman hasil seleksi.
  • Tata cara penyanggahan hasil seleksi.

Mendikbudristek juga mengajak masyarakat ikut terlibat dalam proses pengawasan, sehingga seleksi mandiri dapat terlaksana secara transparan dan akuntabel. 

Masyarakat dapat melaporkan melalui kanal pelaporan whistleblowing system di situs Kemdikbudristek.

Merdeka Belajar Episode 23: Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia


Pemilihan dan perjenjangan buku dipilih berdasarkan kriteria buku bacaan bermutu, yaitu buku yang sesuai dengan minat dan kemampuan baca anak.



Makin banyak baca makin banyak tahu. Tidak suka baca jadi tidak tahu.

Merdeka Belajar Episode 24: Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan


Episode ke-24 rilis pada 23 Maret 2023 dengan tujuan menciptakan transisi dari PAUD ke SD dengan tidak membuat siswa stres karena terbebani harus bisa calistung (baca-tulis-berhitung).

Tiga target capaian dari Episode 24:

Pertama, satuan pendidikan perlu menghilangkan tes calistung dari proses PPDB pada SD/MI/sederajat karena setiap anak memiliki hak untuk mendapat layanan pendidikan dasar. 

Tes calistung juga sudah dilarang melalui PP Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan dan Permendikbudristek Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru.

Kedua, satuan pendidikan perlu menerapkan masa perkenalan bagi peserta didik baru selama dua minggu pertama. Pihak PAUD, SD/ MI/sederajat dapat memfasilitasi anak serta orang tua untuk berkenalan dengan lingkungan belajarnya supaya anak merasa nyaman dalam kegiatan belajar. 

Ketiga, PAUD dan SD/ MI/sederajat perlu menerapkan pembelajaran yang membangun enam kemampuan fondasi anak.

emperbaca.com

Kemampuan fondasi tersebut dibangun secara berkelanjutan dari PAUD sampai kelas 2 SD.

***

Kalau kita lihat Kurikulum Merdeka ini lebih lengkap, mudah dipahami, dan tidak membebani siswa dan mahasiswa untuk menghapal banyak pelajaran.

Paling penting dalam implementasi Kurikulum Merdeka ini adalah penguasaan siswa/mahasiswa terhadap suatu materi pembelajaran dan kelak punya kemampuan akademis dan kompetensi di tingkat global dengan perilaku yang berbudi luhur sesuai falsafah Pancasila.

Think local act global.

Membatasi Anak Main HP dengan FamilyLink

Membatasi Anak Main HP dengan FamilyLink

Anak usia SD masih harus dibatasi menatap layar (HP, televisi, konsol game, tablet, dll yang menggunakan layar) supaya otak anak terstimulasi dari hal selain yang berasal dari layar.
FamilyLink 

Mumpung anak masih SD arahkan anak untuk bermain kreatif yang melibatkan fisik dan otak supaya kecerdasan emosi dan intelejensinya seimbang.

Kalau sudah SMP akan sulit membatasi pemakaian ponsel karena segala aktivitas dengan teman-temannya akan menggunakan handphone (ponsel/telepon selular).

Jadi mumpung anak kita masih usia SD, gunakan FamilyLink untuk mengontrol aktivitas digital anak di ponselnya.

FamilyLink adalah aplikasi yang dipakai bersamaan dengan Digital Wellbeing yang ada di semua ponsel bersistem operasi Android 9 keatas.


Masuk ke fitur Digital Wellbeing di setting/pengaturan ponsel Anda dan ikuti petunjuk penggunaan FamilyLink dari Play Store.

FamilyLink hanya efektif digunakan kalau ter-install di ponsel anak dan Anda secara bersamaan.

Namun ingat, jangan gunakan FamilyLink diam-diam. Beritahu anak kalau Anda kan menggunakan FamilyLink supaya bisa mengontrol aktivitas ponselnya.

Dengan memberitahu anak, berarti Anda melibatkannya di setiap keputusan yang berkaitan dengannya. Itu perlu dilakukan supaya anak tetap percaya kepada Anda, orangtuanya. 

Anak yang tidak percaya pada orangtuanya cenderung sering berbohong dan berbuat nakal di luar rumah karena merasa tidak punya sandaran dan tumpuan hidup.

Maka beritahu anak bahwa penggunaan ponselnya Anda batasi karena menurut Undang-undang Perlindungan Anak, anak dibawah 18 tahun masih harus diawasi orang tua, termasuk penggunaan ponselnya.

Fitur FamilyLink


1. Membatasi penggunaan ponsel. 
Anda bisa mematikan ponsel anak lewat ponsel Anda kalau dia sudah berjam-jam memakai ponsel.

Ketika ponsel anak akan mati, ada peringatan di ponselnya yang memberitahu kalau saat downtime tiba dan ponsel akan mati sendiri.

2. Membatasi pemakaian aplikasi game.
Anda bisa membatasi anak memakai aplikasi tertentu dengan mem-block aplikasi tersebut jika batas waktunya sudah terlewati.

Misal, nonton YouTube hanya 1 jam, main Minecraft 1 jam, atau buka WhatsApp hanya 1 jam.

3. Mem-block aplikasi yang tidak sesuai usia anak.
Bila anak men-download aplikasi dewasa atau game yang ratingnya tidak sesuai usia, Anda bisa mem-block aplikasi itu dan anak tidak bisa menginstalnya di ponsel mereka.

4. Membolehkan atau melarang anak sign-in atau login di situs dan aplikasi tertentu.

Anda bisa membolehkan anak untuk login atau sign-in tanpa izin Anda, atau sama sekali melarang mereka login/sign-in di aplikasi dan situs mana pun.

5. Anak harus minta izin tiap kali akan men-download apapun dari Play Store.

Anda bisa mengatur supaya game dan aplikasi tidak dapat di-download oleh anak tanpa approval dari ponsel Anda, orang tuanya.

Begitu game atau aplikasi disetujui oleh Anda, aplikasi/game itu akan ter-install di ponsel anak.

Kalau sekiranya game/aplikasi itu bukan untuk anak-anak, Anda bisa menolaknya untuk terinstall di ponsel anak.

Jika Anda akan memakai satu atau semua fitur di FamilyLink, selalu beritahukan hal itu kepada anak.

Beri penjelasan kepada mereka kenapa Anda harus mengawasi pemakaian ponsel mereka.

Ini alasan Anda harus membatasi pemakaian ponsel anak dan mengawasi aktivitas digitalnya.

1. Menghindarkan anak dari perkenalan dengan orang asing di internet.

Anak dibawah umur belum mengerti mana percakapan yang normal di internet/medsos dan mana yang berniat jelek.

Jadi sambil kita memberitahu mereka tentang baik-buruknya internet dan medsos, batasi penggunaan ponsel pada anak.

2. Menghindarkan anak dari cyber bullying.
Cyber bullying (perundungan di internet/medsos) juga bisa terjadi di dalam kolom komentar YouTube, TiKTok, Snack Video, atau di situs berita.

Anak secara polos mengomentari suatu konten, tapi komentarnya ditanggapi negatif oleh orang lain. 

Komentar negatif yang masuk ke akun anak sudah bisa disebut sebagai cyber bullying yang bisa mengganggu kesehatan mental anak.

3. Menjaga kesehatan mata.
Sejak dulu kita sering diberitahu orang tua supaya jangan nonton tivi dekat-dekat supaya mata tidak rusak.

Anak-anak akan menatap layar ponsel dengan kedipan yang lebih sedikit dari menonton tivi.

Pendaran cahaya ponsel juga membuat mata lebih cepat lelah. Itulah kenapa sekarang banyak kecil yang matanya minus karena kebanyakan lihat handphone.

4. Melatih anak agar sering bergerak. 
parenting.co.id melansir bahwa anak usia SD harus banyak bergerak supaya otot dan tulangnya kuat.

Banyak gerak juga membuat paru-paru dan jantung anak sehat.

5. Supaya orang tua dan anak saling bercengkrama dan bercerita.

Keakraban dan kedekatan keluarga salah satunya dibangun dengan cara ngobrol santai bersama anak.

Orang tua mana yang tidak mau dekat dengan anaknya sampai tutup usia?

***
Sesekali matikan downtime di FamilyLink dan biarkan anak mengatur sendiri pemakaian ponselnya supaya dia belajar cara bertanggungjawab.
Love Language dan 5 Bahasa Cinta untuk Hubungan Berkualitas

Love Language dan 5 Bahasa Cinta untuk Hubungan Berkualitas

Love language atau bahasa cinta adalah cara seseorang untuk menunjukkan kasih sayang dan penghargaan kepada pasangannya.

Pada awal kemunculan istilah ini di awal 1990-an, love language ditujukan untuk pasangan suami-istri atau kekasih yang punya komitmen membangun hubungan sehat dan bahagia selamanya. 

Sekarang love language meluas dan sudah diterapkan ke banyak hubungan interpersonal seperti orang tua dan anak, guru dan siswa, bahkan kepada antar-sahabat.

Love language pertama kali ditulis oleh pengarang Amerika Gary Chapman dalam bukunya The Five Love Languages: How to Express Heartfelt Commitment to Your Mate yang terbit pada 1992.

Chapman menyebut ada lima love language, yaitu:

1. Acts of Service (Tindakan Pelayanan)
Melakukan tindakan yang membuat pasangan, sahabat, anak, atau siswa merasa tidak sendirian, dicintai, dan dihargai.
 
2. Gifts (Hadiah)
Memberikan hadiah di hari spesial atau saat mereka meraih prestasi. Pemberian hadiah berarti kita menghargai apa yang ada pada diri mereka sekaligus mendukung kegiatan positif yang mereka lakukan.
 
3. Quality Time (Waktu Berkualitas)
Menghabiskan waktu bersama pasangan, anak, sahabat, atau murid di sekolah dan memberi mereka perhatian penuh.  
 
4. Words of Affirmation (Kata-kata Penegasan)
 Memberikan pujian untuk menunjukkan kalau kita peduli dan menghargai yang mereka lakukan.

5. Physical Touch (Sentuhan Fisik)
Sentuhan fisik tidak dianjurkan kepada pasangan pacaran yang belum menikah karena akan membangkitkan syahwat yang bisa berujung pada seks diluar nikah.
 
Sentuhan fisik paling berguna dilakukan pada pasangan suami-istri dan orang tua ke anaknya.

Love language Guru dan Siswa

 

Menurut cambridge.org penerapan love language di sekolah antara guru dan siswa atau sebaliknya punya manfaat memacu siswa supaya percaya diri dan kreatif.

Ketika siswa dapat menjawab pertanyaan dengan tepat, guru bisa memujinya sebagai anak pintar. Kalau nilai ulangan siswa bagus, guru dapat membubuhkan pesan singkat di hasil ulangannya dengan kata "Excellent", "Pertahankan", atau "Bagus!"

Bila siswa butuh bantuan saat mengerjakan tugas kelompok di kelas, guru dianjurkan membimbing dan mengarahkan sampai mereka mengerti harus seperti apa tugas kelompok itu.

Para siswa biasanya juga menunjukkan love language mereka dengan membuat puisi saat hari guru, memberi kejutan saat guru ulang tahun, atau memberi kado saat kenaikan kelas.

Anak-anak usia TK biasanya juga senang dipeluk dan digandeng oleh gurunya untuk mengurangi ketidaknyamanan mereka di sekolah yang salah satunya disebabkan tidak adanya orang tua disamping mereka.

Guru TK bisa jadi pengganti orang tua di sekolah dengan memberikan love language kepada siswa.

Love language akan mendukung kegiatan belajar-mengajar jadi menyenangkan dan para siswa bisa mengenali potensi dirinya masing-masing.

Love Language Orang Tua dan Anak

 

Sayang sekali banyak orang tua malas menggunakan bahasa cinta ke anaknya sendiri karena malu, kuatir anak jadi manja dan tidak mandiri, juga karena tidak terbiasa.

A Fine Parent menyebut kalau love language jadi salah satu cara anak membedakan mana orang tuanya dan mana yang bukan orang tuanya. Orang yang memberikan bahasa cinta lebih sering akan dianggap sebagai orang tua oleh si anak.

Makanya banyak kejadian anak lebih dekat dengan pengasuh daripada orang tuanya. Sebenarnya bukan karena orang tuanya bekerja, melainkan karena kurangnya bahasa cinta yang diberikan orang tua ke anak.

Sebelum anak berangkat sekolah, orang tua bisa memeluk dan mengelus kepala anak sambil memberikan pujian. 

Saat mau tidur orang tua bisa bertanya tentang kegiatan si anak hari itu lalu memeluk mereka sampai tertidur (bahasanya Jawanya: ngelonin).

Bagaimana kalau anaknya sudah remaja dan tidak mau dipeluk dan dikelonin?

Tetap berikan Acts of Service (pelayanan), Gifts (hadiah), dan Words of Affirmation (kata-kata penegasan) untuk menunjukkan bahwa kasih sayang orang tua tidak pernah berkurang sampai kapan pun.

Love Language Suami-Istri

 

Ini yang paling penting. Love language pada rumah tangga bertujuan untuk meneguhkan komitmen suami dan istri untuk sama-sama bahagia sesuai tujuan awal pernikahan.

Kata-kata penegasan (words of affirmation) bisa dilakukan oleh suami saat istrinya membuatkan teh dan kopi atau saat memasak makanan kesukaan suami. Bilang, "Terima kasih, ya, kopinya. Kamu gak bikin juga?"

Atau istri bisa bilang, "Kamu pakai baju ganteng, deh!" Words of affirmation ini jarang dilakukan pasangan di Indonesia karena dianggap norak. Padahal efeknya bisa memperkuat hubungan suami-istri.

Sedangkan tindakan pelayanan (acts of service), sentuhan fisik (physical touch), gifts (hadiah), dan waktu yang berkualitas (quality time) disesuaikan dengan kondisi rumah tangga.

Misal, suami-istri sama-sama kerja dan punya anak, quality time dapat dilakukan saat berangkat bareng atau saat masak sarapan bersama. Bercanda, ngobrol sebentar, atau saling menceritakan kejadian di tempat kerja.

Perbedaan Love Language 

 

Perbedaan love language pada pasangan kadang menimbulkan perselisihan bila yang satu ingin dapat sentuhan fisik lebih sering sementara yang lain mengutamakan quality time semisal melakukan hobi bersama-sama atau nonton bareng ke festival film.

Kuncinya, menurut psikolog klinis dari Lembaga Psikologi Terapan UI Irma Gustiana seperti dilansir antaranews.com, dengan mengamati pasangan love language apa yang dia sukai kemudian bicara padanya love language apa yang kita sukai.

Kalau ternyata love languagenya berbeda, bicarakan berdua (tidak usah malu, suami-istri, kok, malu?!) supaya tidak timbul rasa egois dari masing-masing individu.

Selanjutnya lakukan love language yang disukai pasangan kita dan minta pasangan melakukan love language juga kepada kita.

Beda Outing Class, Outbound, dan Piknik Pada Anak Sekolah

Beda Outing Class, Outbound, dan Piknik Pada Anak Sekolah


Jaman
saya masuk SD tahun 1987 sampai lulus SMA tahun 1999, outing class namanya karyawisata atau darmawisata, kemudian disebut dengan piknik.

beda outing class outbound dan piknik

KBBI mengartikan karyawisata sebagai kunjungan ke suatu objek dalam rangka memperluas pengetahuan dalam hubungan dengan pekerjaan seseorang atau sekelompok orang.

Sedangkan darmawisata adalah perjalanan atau kunjungan singkat dengan tujuan bersenang-senang dan sebagainya, atau perjalanan yang dilakukan untuk tujuan rekreasi sambil mengenal baik objek wisata dan lingkungannya.

Apakah karyawisata dan darmawisata sama dengan outing class? Atau malah berbeda? Sebenarnya kita bisa cari di Google. 

Outing class adalah bahasa Inggris yang kalau diindonesiakan jadi kelas-keluar. Karena merupakan bahasa Inggris wajar saja tidak ada dalam KBBI.

Akan tetapi kalau Anda malas googling untuk mencari tahu apa itu outing class, saya akan merangkumnya untuk Anda sebagai berikut.

1. Laman Dispendik Kabupaten Malang menulis bahwa outing class merupakan kegiatan belajar-mengajar yang diadakan di luar kelas yang tidak dilakukan di dalam kelas pada umumnya.

Outing class merupakan media paling efektif dan efisien dalam menyampaikan pembelajaran yang bukan didasarkan dari teori saja tapi juga pembuktian di lapangan secara langsung.

2. Radar Semarang yang merupakan media satu grup dengan Jawa Pos menulis bahwa outing class memberikan pengalaman siswa untuk belajar dengan alam, belajar dengan object secara langsung, belajar dengan ahlinya, bukan lagi sajian materi-materi pelajaran yang bersumber dari teks book.

3. Situs Kemenag Kota Semarang memuat kegiatan outing class MAN 2 Kota Semarang ke Bank Syariah Indonesia dan mengutip pernyataan wakasek bidang kesiswaan, "... manfaat yang di peroleh dari outing class yaitu menambah ilmu pengetahuan, wawasan, seluk beluk dari bank syari’ah..."

Outing class diharapkan mampu menambah variasi dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi aktif, kreatif, dan inovatif."

4. Dinas Perpustakaan dan Pengarsipan Pangkalpinang memuat kegiatan outing class di situsnya menulis bahwa program pembelajaran outing class diharapkan dapat memperluas wawasan melalui sumber referensi yang tersedia di perpustakaan. 

Google dan mesin pencari lain menyediakan sangat buanyaakkk arti dan manfaat outing class yang secara sekilas ternyata beda dengan karyawisata atau piknik. 

Itulah sebabnya semua sekolah menamai kegiatan ini sebagai outing class, bukan karyawisata, darmawisata, apalagi piknik. Kalau melihat dari aktivitasnya, padanan paling pas untuk outing class adalah darmawisata.

Related: Padanan Kata Inggris ke Indonesia dari Medsos ke Multimedia

Arti Outing Class yang Sebenarnya

 

Kemudian bisa disimpulkan bahwa outing class adalah kegiatan yang dilakukan di luar kelas untuk menunjang pembelajaran di dalam kelas agar siswa lebih memahami suatu objek yang ada hubungannya dengan pelajaran.

Outing class memberikan pengalaman siswa untuk belajar dengan alam, belajar dengan object secara langsung, belajar dengan ahlinya, bukan lagi sajian materi-materi pelajaran yang bersumber dari teks book.

Artikel ini telah terbit di :
https://radarsemarang.jawapos.com/artikel/untukmu-guruku/2021/06/20/outing-class-menciptakan-petualangan-baru-dalam-belajar/

Copyright © RADARSEMARANG.ID

Sejak diberlakukan Kurikulum 2013 istilah karyawisata dan darmawisata sudah tidak dipakai dan diganti dengan outing class. Menurut saya, kemungkinan karena tujuan diadakannya outing class adalah untuk menunjang pembelajaran dan bukan untuk memperluas pengetahuan apalagi bersenang-senang.

Outbond atau Outbound? 

 

Banyak yang menulis dan mengucapkan outbond sebagai akronim dari outdoor bonding yang artinya mengikat siswa jadi lebih dekat satu sama lain dengan kegiatan fisik yang diadakan di luar ruangan (dalam konteks anak sekolah).

Outbound anak TK biMBA AIUEO

Walau outdoor bonding (outbond) tidak bisa dibilang keliru, namun secara terminologi yang benar adalah outbound.

Secara tidak langsung outbound merupakan inovasi ilmu dan ide terapan yang dibuat oleh cendekiawan Jerman Dr. Kurt Hahn. 

Outbound sendiri diperkirakan sebagai akronim dari outward bound, yaitu sebuah organisasi Inggris yang digagas olehnya.

Pada 1941, Lawrence Holt, anak pemilik kapal ekspedisi Blue Shipping, sedang mencari orang untuk melatih para awak kapalnya

Holt bertemu dengan James Hogan yang jadi pengawas di Gordonstoun School. Kepada James Hogan kemudian Holt menceritakan keluhannya terhadap kemampuan bertahan para pelaut muda di kapal miliknya yang lebih sering jadi korban saat kecelakaan perang dibanding para pelaut tua.

James Hogan lalu mengatakan pada Holt bahwa program yang dikembangkan oleh Dr. Kurt Hahn cocok untuk diterapkan pada para pelaut muda. 

Dr. Kurt Hahn (Getty Images via bbc.com)

Inilah cikal-bakal munculnya sekolah “Outward Bound”. Outward bound diambil dari istilah pelayaran yang terjadi saat kapal mulai mengangkat jangkar dan siap untuk meninggalkan dermaga menuju laut bebas.

Terjemahan bebas dari outbound ke dalam bahasa Indonesia menjadi: kegiatan di luar ruangan yang bertujuan melatih fisik dan mental seseorang.

Piknik

 

Ini tujuan utamanya adalah bersenang-senang karena KBBI mengartikan kata piknik sebagai "bepergian ke suatu tempat di luar kota untuk bersenang-senang dengan membawa bekal makanan dan sebagainya."

Karena tujuannya hanya untuk senang-senang sekolah tidak mungkin mengagendakan acara memakai istilah piknik atau tamasya karena  dari artinya saja tidak ada unsur edukasi bagi siswa.

Makanya piknik hanya dilakukan oleh keluarga, perkumpulan tetangga, paguyuban tani, atau ibu-ibu arisan yang ingin melepas penat dari kehidupan sehari-hari.

7 Karakter Emak Di Sekolah Anaknya

7 Karakter Emak Di Sekolah Anaknya

Sekolah adalah tempat pendidikan formal yang dirancang khusus untuk mendidik siswa secara akademis dan nonakademis.

Karakter emak

Selain sebagai tempat belajar, sekolah juga jadi berkumpulnya banyak orang dari berbagai latar belakang dan macam-macam karakter, termasuk karakter para emak yang biasanya paling sering bersentuhan dengan sekolah daripada bapak-bapak.

Karakter emak-emak berikut ini adalah yang paling dominan ada di sekolah.

1. Si Ingin Dikenal

 

Karakter orang tua seperti ini wajahnya selalu terlihat seperti sedang senyum dan aura percaya dirinya sering membuat orang lain terbanting. 

Dia juga sering mengantar-jemput anaknya sampai depan kelas dan menyapa guru-guru di sekolah. Paling senang kalau ada kegiatan yang melibatkan berkumpulnya banyak orang.

Bacaan Lain: Biaya Sekolah vs Jalan-jalan 

Si Ingin Dikenal juga akan gembira hatinya bila ada yang bertanya kepadanya tentang guru, sekolah, dan sesama orang tua karena makin banyak orang yang minta pendapatnya makin bahagia hidupnya.

Saat pengambilan rapor, Si Ingin Dikenal akan menyempatkan diri ngobrol sebentar dengan wali kelas untuk menanyakan tempat tinggal atau keluarga sang wali kelas, menyebabkan orang tua lain harus menunggu agak lama sampai Si Ingin Dikenal beranjak dari kursi pengambilan rapor.

2. Si Perhitungan

 

Si Perhitungan paling sensitif terhadap urusan duit. Karena itu dia jadi yang paling ribut kalau ada kebijakan sekolah yang menyangkut duit, baik pembelian buku pendamping, sumbangan komite, atau pembelian LKS/Modul.

Dia akan menanyakan sedetail mungkin kalau harus mengeluarkan uang. Kalau perlu dia akan membandingkan harga beras dengan harga buku sebelum sampai pada kesimpulan bahwa beras harus diutamakan daripada buku sekolah.

3. Si Enggan

 

Ini karakter orang tua yang tidak mau tahu urusan apa pun di sekolah, yang penting anaknya sekolah aja, udah.  

Si Enggan amat enggan bertanya, memberi saran atau kritikan, bahkan untuk ikut mengobrol di grup orang tua saja Si Enggan sangat enggan. 

Kalau ada info yang ingin diketahuinya dia akan menunggu sampai ada pengumumun dari sekolah atau sampai ada orang tua lain yang menanyakannya. Si Enggan juga enggan terlibat dalam kegiatan-kegiatan sekolah yang butuh bantuan orang tua. Paling mentok Si Enggan ini akan datang hanya di hari pengambilan rapor.

4. Si Tukang Curhat

 

Saat bertemu dengan orang tua lain, terutama kepada sesama orang tua yang mengantar-jemput anaknya setiap hari, Si Tukang Curhat akan selalu menceritakan kegundahan hati, kesulitan hidup, bahkan kesusahan orang lain pun akan dia curhatkan dengan penuh perasaan.

Saking senangnya curhat, dengan orang yang belum begitu dikenalnya pun Si Tukang Curhat akan curhat tanpa segan dengan gaya ala sinetron Indosiar.

5. Si Pasrah

 

Mirip dengan Si Enggan. Bedanya Si Pasrah benar-benar pasrah terhadap apa pun kebijakan sekolah. 

Kalau si Enggan tidak bergaul dengan sesama orang tua karena berbagai faktor, Si Pasrah masih mau bergaul, tapi akan menerima apa pun yang dikatakan orang lain tanpa ingin membantah atau mengutarakan pendapat lain.

Si Pasrah juga akan menerima pembagian tugas dari sesama orang tua dengan pasrah tanpa ngedumel di belakang bila ada kegiatan yang membutuhkan bantuannya.

Saking pasrahnya, Si Pasrah bahkan tidak akan marah atau banyak bertanya kepada wali kelas andai anaknya tidak naik kelas.

6. Si Ghibah


Karakter orang tua seperti ini rame banget kalau sedang bersama gengnya, tapi cenderung diam kalau bersama orang yang tidak akrab dengannya untuk mencari tahu apa yang bisa dighibahkan dari orang yang sedang bersamanya.

Si Ghibah senang membicarakan apa pun, termasuk yang bukan urusannya. Kalau perlu dia akan mengghibahkan guru-guru, kepala sekolah, bahkan isi kantin. Maka tidak heran kalau Si Ghibah jadi terlihat seperti tong kosong nyaring bunyinya.

7. Si Provokator

 

Selalu diam di forum resmi seperti pertemuan orang tua siswa dengan sekolah, komite sekolah, pembagian rapor, atau pertemuan paguyuban kelas, tapi bersuara lantang di luar forum menentang semua kebijakan sekolah yang tidak sesuai hasratnya, terutama kepada sesama orang tua.

Si Provokator akan terus memprovokasi sampai ada yang tersulut dan bertindak atas nama kelas atau sekelompok orang tua. Setelah itu Si Provokator akan diam terpuaskan.

***

Karakter emak macam apa lagi ya yang biasanya ada di sekolah anaknya? Apa pun karakternya, emak adalah pejuang pendidikan nomor satu karena bersedia mengantar-jemput sang anak walau hujan panas sekali pun.

Emak hanya akan memasrahkan anak ke tukang ojek kalau benar-benar ada kerepotan yang tidak bisa ditinggal.

Selamat berjuang, emak!

Anak Diganggu Teman di Kelas dan Cara Orang Tua Bersikap

Anak Diganggu Teman di Kelas dan Cara Orang Tua Bersikap

Anak yang masih duduk di sekolah dasar (SD) dan belum akil-baligh belum bisa berpikir layaknya orang dewasa dan lebih banyak meniru sekitarnya. 

Maka tidak aneh kalau si anak terbiasa melihat kekerasan, perkataan kasar, dan perilaku buruk  lain dari orang tua, keluarga dekat, atau lingkungan tempat tinggalnya, dia akan cenderung melakukan hal serupa.

Pendidikan Pertama Anak di Tangan Keluarga 

 

Sejak lahir, orang yang paling sering dilihat anak adalah orang tua atau keluarga dekat yang mengasuhnya, misal nenek, bibi, kakak, atau pengasuh yang dibayar orang tua.

Perkataan dan perilaku yang dilakukan orang tua atau orang yang mengasuhnya akan ditiru dan diikuti oleh si anak. 

Kenapa pendidikan pertama dan utama anak ada di tangan orang tua, bukan sekolah? 

Karena sebelum masuk sekolah, anak lebih dulu mengenal orang tuanya. Bila kedua orang tuanya bekerja dan tidak bisa menemani anak, mereka tetap bertanggung jawab mendidik dengan cara menggaji pengasuh yang baik perkataan dan perilakunya.

Kalau tidak mampu menggaji pengasuh, orang tua harus memastikan bahwa keluarga yang mengasuh tidak berperilaku buruk yang dapat ditiru anak-anaknya. Pun menjaga agar anak tidak terpengaruh bila para tetangganya ternyata misal, sering berkata kasar, temperamen, merokok, melewatkan waktu salat, atau suka memukul.

Kita sudah mengasuh dan mendidik anak sesuai akhlak agama, tapi ketika masuk sekolah, ternyata ada temannya yang suka mengganggu. Apa yang harus kita lakukan?

Sekali lagi, anak yang belum akil-baligh belum bisa berpikir secara benar layaknya orang dewasa. Apa yang diucapkan dan dilakukannya adalah hasil dari meniru orang-orang disekitar yang sering dilihatnya.

Anak yang sering marah-marah bisa jadi karena melihat ibu atau ayahnya sering meledak-ledak. Pun anak yang sering mencuri uang kemungkinan karena tidak pernah dipenuhi keinginannya dibelikan sesuatu oleh orang tua.

Maka, bila anak memiliki disruptive behavior (perilaku mengganggu) di sekolah, berarti ada yang tidak ideal dari pola asuh yang diterimanya di rumah.

Penyebab Anak Bertingkah di Kelas dan Mengganggu Teman-temannya

 

1. Broken home. Melansir Research Gate, anak yang orang tuanya bercerai cenderung berperilaku agresif karena kehilangan perasaan nyaman dan bahagia akibat orang tuanya tidak lagi bersama.

Dia juga merasa disia-siakan dan tidak diterima oleh ayah dan ibunya, bahkan banyak anak yang merasa bersalah telah menjadi penyebab orang tuanya berpisah, padahal sama sekali bukan salah mereka.

Untuk melampiaskan semua perasaan itu dia jadi agresif dan mengganggu teman-teman di kelasnya supaya segala keresahan di jiwanya hilang.

2. Kurang interaksi dengan orang tua. Orang tua yang utuh bahkan ada di rumah sepanjang waktu juga bisa jadi penyabab anak agresif karena kurangnya waktu bercengkrama dengan orang tua.

Pola pikir orang tua yang menganggap anak harus selalu menurut dan tidak boleh membantah, membuat kemampuan bicara dan mengutarakan perasaan si anak terhambat.

Anak yang tidak dekat dengan orang tua jadi lebih sering meniru lingkungannya. Kalau ada tetangga atau tontonan yang sering memperlihatkan kata-kata kasar dan berperilaku buruk, dia akan mudah mengikutinya karena tidak ada filter yang mestinya diberikan orang tuanya.

3. Ada keinginan yang tidak terpenuhi. Anak yang dijanjikan sesuatu, tapi tidak kunjung dipenuhi juga bisa membuatnya agresif dan mengganggu teman-teman.

Dia merasa dibohongi, tidak dihargai, dan tidak diperhatikan sehingga berbuat ulah dan cari perhatian di kelas.

Maka hindari menjanjikan sesuatu kepada anak kalau kita tahu janji itu tidak bakal bisa dipenuhi. Itu juga melatih kita sebagai orang tua untuk tidak membohongi anak demi membuat dia tidak rewel atau ceriwis.

4. Energi melimpah yang tidak tersalurkan. Energi anak-anak sangat berlimpah dibanding orang tua. 

Itu sebabnya mereka tidak bisa diam dan ingin selalu bergerak. Ada baiknya beri anak kegiatan fisik dan dampingi, misal bermain peran, main sepeda, karambol, atau les keterampilan sesuai minatnya.

5. Berkebutuhan khusus. Anak dengan diagnosa hiperaktif atau berkebutuhan khusus lainnya harus diterapi dan dibimbing secara khusus pula supaya terampil dan tidak mengganggu anak-anak lainnya.

Bila disatukan dengan anak-anak lain, yang berkebutuhan khusus dan yang tidak malah sama-sama tidak optimal pendidikan.

Bila Anak Terluka Karena Diganggu Teman


Terluka disini bisa berarti fisik atau mental. Anak  yang sering diledek, kesehatan mentalnya bisa terganggu. Kemampuan akademiknya juga bisa menurun dan susah untuk menormalkannya kembali.

Sementara itu terluka secara fisik juga bisa menyebabkan anak trauma. Maka yang harus kita lakukan ketika anak terluka karena diganggu temannya di kelas adalah:

1. Beritahu wali kelas lebih dulu

Wali kelas haruslah jadi orang pertama yang kita hubungi kalau ada kejadian tidak enak yang menimpa anak di sekolah.

Kenapa? Karena "tempat kejadian perkara" ada di sekolah. Secara tidak langsung, wali kelas punya tanggung jawab mengawasi anak-anak yang ada di kelasnya, walau tidak setiap waktu.

Sebisa mungkin tahan diri dengan tidak menceritakan kejadian yang menimpa anak ke sesama orang tua sebelum memberitahu wali kelas.

Memberitahu ke sesama orang tua sebelum wali kelas bisa jadi bumerang. Kalau orang tua anak yang mengganggu tahu, mereka secara agresif dapat menyebarkan berita kalau anaknya hanya membela diri karena diganggu lebih dulu.

Padahal anak kita tidak ngapa-ngapain tiba-tiba dipukul, ditendang, atau dijegal.

2. Bangun mental anak

Anak yang terluka atau habis berkelahi dengan temannya tidak perlu dimarahi apalagi dinasehati sampai berbusa. Mental anak malah akan jatuh karena merasa tidak dipercaya orang tuanya.

Cukup beritahu anak kalau dia harus menghindari temannya yang sering mengganggu. Beri alasan kenapa dia harus menghindar, misalnya supaya si teman tahu kita tidak suka diganggu dan tidak mau berteman dengannya.

Beritahu anak kalau menghindar bukan berarti penakut, tapi karena kita tidak suka dengan perilaku buruk si teman. 

Beri perhatian dan kata-kata lembut lebih banyak dari biasanya supaya anak tidak merasa sendirian menghadapi situasi tidak enak yang terjadi padanya di kelas.

3. Hindari melabrak orang tua dari anak yang mengganggu

Baik lewat WhatsApp atau bicara langsung, melabrak orang tua dari anak yang mengganggu sangat tidak disarankan karena akan membuat posisi jadi terbalik. 

Kita bisa jadi pihak yang malah bersalah bila tidak sengaja melempar ancaman, marah-marah, atau menghina si orang tua.

Walau rasanya ingin ngomel, lebih baik kita sama sekali tidak memberitahu orang tua dari anak itu. Biar wali kelas yang memberitahu supaya efektif dan terhindar dari campur tangan orang tua lain yang seringkali malah memperkeruh keadaan.

Wali kelas sudah terdidik secara akademik untuk menghadapi situasi seperti ini, meski sebelumnya belum punya pengalaman serupa.

4. Tahan diri bergosip dengan sesama orang tua

Ini banyak dilakukan ibu-ibu saat ada waktu di sela menjemput anak. Mereka bisa saling ber-ghibah mengenai anak pengganggu tadi, juga bisa membicarakan orang tua anak itu.

Ghibah sangat tidak disarankan karena bisa menjurus kepada fitnah. Fitnah lebih kejam dari pembunuhan karena dampaknya bisa berlanjut amat lama.

Jadi, tahan diri sekuat mungkin meski kita jengkel ingin menjelekkan anak pengganggu dan orang tuanya. Paling penting dampingi anak kita supaya kalau terjadi sesuatu lagi padanya, anak kita bisa bercerita tanpa rasa ketakutan terhadap si teman pengganggu.

Solusi Mengawasi Anak Bila Kedua Orang Tua Bekerja

Beritahu keluarga yang mengasuh tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan anak.

Misal, orang yang mengasuh tidak boleh mengucapkan kata-kata negatif seperti sialan, asu, jancuk, bajingan, dan sebagainya. 

Bila perlu percayakan pada pengasuh profesional seperti babysitter atau nanny. Dengan mereka kita bisa menanamkan pola asuh ideal tanpa rasa canggung.

Bila tidak mampu membayar pengasuh, bicarakan kepada kakek-nenek, paman-bibi, atau siapa pun keluarga yang mengasuh anak di rumah supaya pola asuhnya sama dengan kita dan tidak bertolak belakang. 

Orang yang membantu mengasuh juga harus membatasi akses sinetron, YouTube, TikTok, media sosial, game, dan aktivitas internet lain bila anak sedang mengerjakan tugas sekolah.

Upayakan tetap bercengkrama dengan anak bukan cuma urusan PR dan tugas sekolah. Tentang kesukaannya, film terbaru, atau apa yang sedang disukai teman-temannya.

Mengasuh itu anak itu mudah, asal ada kemauan karena niat saja tidak cukup.