Cerpen: Bunga Tidur Bersama Morgan

Cerpen: Bunga Tidur Bersama Morgan

Mengingat banyak kata kunci (keyword) "cerpen romantis" yang datang ke emperbaca.com, maka untuk memenuhi "hasrat" warganet yang menggemari cerita romantis, emperbaca.com tuliskan cerpen berjudul Bunga Tidur Bersama Morgan

Dijamin sambil baca hatimu juga ikut berbunga-bunga. Cerpen ini bukan cerita Islami, juga bukan kisah cinta ala Korea dan Barat, jadi selamat menikmati!

Lita mematut diri didepan cermin untuk memastikan celana panjang twillnya yang berwarna khaki cocok dipadukan dengan kaos lengan panjang hijau. Lita sengaja menggerai rambutnya yang sebahu tanpa ikat rambut atau bandana supaya lebih santai untuk berangkat ke workshop pengembangan diri yang bernama The New You.

Nama yang konyol, sekonyol workshop itu sendiri. Lita tidak butuh dirinya jadi baru atau sesuatu yang baru untuk mengubah hidupnya. Hidupnya sudah nyaman dan enak dinikmati. Mengapa harus jadi new me?

"Lita! Sudah siap, belum?" Sudah waktunya berangkat!" panggil Mia dari bawah tangga. 

"Ya, sebentar," jawab Lita. Karena benar-benar tidak suka dengan workshop yang konyol itu, Lita hampir lupa kalau Mia menginap di rumahnya. Mialah yang memaksanya ikut. 

Kata Mia, Lita terlalu kaku sampai tidak pernah naksir-naksiran dengan laki-laki sepanjang usianya yang sudah 21 tahun. Itu karena Lita baperan, menurut Mia, jadi perlu ikut workshop untuk mengubah cara pandangnya terhadap dunia. Bah!

Lita menyeret kopernya turun dari kamar dengan enggan. Dia menemui Mia di ujung tangga.  Pipi sepupunya yang kuliah satu kampus dengannya itu tampak berkilat-kilat dibaluri shimmer senada dengan warna kerudung peraknya.

"Kau dandan?" tanya Lita.

Mia melewati Lita menuju ruang tamu sambil melenggang centil. "Iya, cantik, kan?" katanya sambil mengibaskan rok yang dibalas Lita dengan gelengan kepala.

"Buat apa dandan cuma buat workshop?"

"Buat menunjukkan kepribadianku yang cantik," jawab Mia yang lalu ikut menyeret kopernya dari ruang tamu ke carpot. Koper Mia lebih besar dari koper kabin Lita sehingga dia agak kesulitan mengangkatnya untuk dimasukkan ke bagasi mobil.

Setelah pamit kepada orang tua Lita, dua gadis itu berangkat ke wisma milik Kemenakertrans di Lembang, tempat workshop diselenggarakan.

Butuh lebih dari tiga jam perjalanan dari Jakarta karena Mia menolak Lita mengemudikan sedannya. Lita bisa membahayakan nyawa karena selalu ngebut, sementara Lita menganggap Mia terlalu lambat, padahal transmisi matic sangat mudah dikendarai daripada manual.

Wisma itu bersih. Meskipun belum ramai, sudah ada serombongan mahasiswa berjaket almamater krem yang sedang memilih kamar. Mia dan Lita menempati kamar paling pojok yang menghadap ke arah kolam ikan besar.

"Kamar mandinya tidak ada toilet?! Lalu di mana kita harus kencing dan buang air besar?!" Lita terperanjat setengah geram mengingat dia sering bangun tengah malam untuk buang air kecil.

Mia mengangkat bahu, "Mungkin di luar ada toilet," katanya sambil mengeluarkan isi koper untuk dirapikan ke dalam lemari.

Lita keluar kamar. Tidak ada petunjuk atau papan yang menunjukkan letak toilet. 

"Mas, toiletnya sebelah mana, ya?" tanya Lita pada seseorang berkaus seragam biru yang dia kenali sebagai panitia workshop.

Lelaki berseragam biru itu menunjukkan arah toilet yang terletak di belakang aula pertemuan.

Kenapa toiletnya jauh banget, Lita mengumpat dalam hati. Tiba-tiba matanya membelalak dan mulutnya memekikkan sebuah kata, "Morgan?!" 

Lelaki berkaus biru itu membalas, "Ya? Ada yang bisa dibantu?"

"Kamu petugas workshop?""

Lelaki yang dipanggil Morgan itu mengangguk, menunjukkan ID Card didadanya yang bertuliskan nama "Morgan" diatas kata "Panitia".

Lita ingin bertanya lagi, tapi kandung kemihnya hampir bocor. Dia lari ke arah yang ditunjukkan Morgan untuk menuntaskan hajatnya.

Beruntung bagi Lita yang tidak perlu mencari keberadaan Morgan selepasnya ke toilet. Lelaki itu berada sendirian di aula sedang mengetikkan sesuatu di laptop.

"Morgan," panggil Lita setengah ragu setengah penasaran, "Boleh saya tanya sesuatu?"

Morgan tersenyum, "Gimana rasanya punya nama yang sama dengan eks personil boyband SMASH?" Morgan seolah membaca pikiran Lita. Dia berdiri, bersedekap, kemudian tertawa. "Aneh, ya?"


"Err..." Lita bingung harus menimpali atau tidak karena yang ditanya sudah tahu apa yang akan ditanya. Bukan cuma namanya, kok bisa, sih, wajahnya juga mirip banget, batin Lita.


"Kenapa bisa jadi panitia workshop?"


"Kenapa tidak?" Morgan duduk lagi dan melanjutkan urusan pada laptopnya. Lita ingin pamit kembali ke kamarnya, tapi Morgan keburu menanyainya.


"Namamu siapa?" tanyanya sembari mengurutkan daftar hadir.


Lita menjawab namanya dengan lengkap kemudian menyebut nama lengkap Mia.


"Punya pacar?"


"Heeh...?!" Lita terperanjat ditanyai perkara pribadi macam itu oleh orang tak dikenal yang nama dan wajahnya mirip selebriti.


Morgan kembali tersenyum melihat Lita yang salah tingkah.


“Kalau Mia itu siapa?"


"Sepupu."


"Lebaran kemarin pulang kampung?"


Lita menggeleng, "Tidak punya punya kampung," merasa dirinya mulai santai dan ingin terus ngobrol dengan Morgan. "Kamu pulang kampung?"


“Enggak, mama-papaku yang kesini, ke Bandung,” jawabnya singkat.


"Mama-papamu tinggal di mana?"


"Singkawang."


Lita membelalak lagi, "Kok sama kayak Morgan SMASH?!"


"Aku juga Morgan."


Lita jadi bingung sekaligus gugup. Dia terus-terusan meyakinkan dirinya kalau ini bukan prank dan tidak ada kamera dipasang diam-diam untuk merekam reaksinya bertemu dengan orang yang mirip Morgan. Jangan-jangan dia Morgan betulan yang pura-pura jadi orang lain untuk acara jahil di YouTube.


Mata Lita jelalatan mencari kemungkinan letak kamera disembunyikan.


“Kita selfie, yuk! Mana handhonemu?” Lita masih gugup dan tidak menyadari permintaan Morgan. Morgan harus minta dua kali kepada Lita untuk mengambil ponselnya.


"Di kamar, aku tidak bawa HP."


"Ya sudah, pakai handphoneku saja," kata Morgan mengeluarkan ponsel dari saku celananya.


“Sini, Lita. Smile!” Morgan menyorongkan tubuhnya agar lebih dekat ke Lita.


Lita mendekat dan berdiri di samping kiri Morgan sampai dia menyadari bahwa Morgan ternyata tidak setinggi yang dia kira. 


Bukankah Morgan punya tinggi 178 senti? Kenapa mataku bisa setinggi dagu Morgan? Lita baru sadar kalau yang disebelahnya bukan Morgan SMASH, cuma mirip saja. Jadi tinggi badannya berbeda dengan Morgan yang asli.

Nyatanya, bukan Morgan yang lebih pendek, dirinyalah yang meninggi karena celana twill yang dikenakannya sekarang jadi memendek diatas mata kaki. Perhatian Lita teralihkan karena memperhatikan tingginya dengan tinggi badan Morgan yang nampak hanya selisih beberapa senti saja.

"Sekali lagi, ya. Smile!" seru Morgan lebih kencang, membuat Lita mengembalikan perhatiannya ke kamera ponsel. 

Lita makin gugup dan berusaha menjaga jarak ketika Morgan mencondongkan kepalanya yang membuat kepala mereka hampir berdempeten. Wangi segar parfum Morgan yang beraroma citrus dan bergamot menguar lembut di hidung Lita, membuat Lita sedikit menikmati kedekatan fisiknya dengan Morgan.

"Berapa nomor WhatsAppmu? Kukirim fotonya sekarang," kata Morgan.

Lita menyebut deretan 12 angka nomor selulernya. "Boleh nanti fotonya aku posting di Instagram?" Lita bersemangat membayangkan aneka komentar yang diterimanya ketika memajang foto dirinya dengan Morgan. 

Morgan menjawab dengan sekali anggukan lalu dia menyandarkan tubuhnya ke pinggir meja. Dipegangnya ponsel dengan dua tangan untuk membuka aplikasi WhatsApp. Wajahnya yang tadinya cerah tiba-tiba murung dan keningnya berkerut.

"Ada apa, Morgan?"

"Bassistku ketinggalan pesawat, dia tidak bisa sampai Bandung tepat waktu. Kami harus tampil tanpa bassit atau..." Morgan menatap Lita dalam-dalam.

"Atau apa?"

Morgan melonjak, "Kamu bisa menggantikan dia jadi bassist sementara! Ayo ikut aku!" Morgan mengulurkan tangan dan memberi isyarat agar Lita segera ikut dengannya.

Jadi bassist? Apa aku bisa main bass? Sejak kapan aku bisa memainkan gitar bass?

Dalam waktu setengah jam, Morgan tidak lagi mengenakan seragam kaus birunya. Sekarang dia memakai jaket hitam tanpa dalaman dan celana hitam. Rambutnya disisir keatas dan berwarna keunguan. 

Lita juga sudah memegang bass dan sedang diperkenalkan oleh Morgan kepada penonton yang berteriak-teriak memanggil nama Morgan dan bandnya.

Morgan berdiri sangat dekat sehingga wangi citrus bercampur bergamot dari tubuhnya lagi-lagi mampir ke hidung Lita, membuatnya terlena sekaligus bergairah. Adrenalin dalam otaknya memacu darahnya mengalir lebih cepat dan pada akhirnya dia bisa memainkan bass mengikuti tempo anggota band yang lain.

"Tepuk tangan lagi buat Lita!" teriak Morgan kepada penonton setelah lagu pop-rock yang mereka bawakan berakhir.

"Thanks, Lita. You're the best!" Morgan berbisik ke telinga Lita. Hembusan napas Morgan yang beraroma mint dan wangi parfum segarnya membuat Lita tidak ingin beranjak dari sisi Morgan.

Suara teriakan penonton yang memanggil nama Morgan dan Lita makin keras, tapi lamat-lamat hanya satu suara yang didengar Lita. Suara yang amat dikenalnya. Dalam lirih suara itu memanggil-manggil namanya.

“Lita? Lita, bangun. Kita sudah sampai di tempat workshop," Mia menggoyang-goyang pelan tubuh Lita.

Lita berhasil mencapai setengah dari kesadarannya, tapi belum bisa membuka mata karena separuh nyawanya masih tertinggal dalam lenaan bunga tidur bersama Morgan.

Suara Mia menerobos ke telinga Lita lagi, "Ayo bangun. Kau tidur atau pingsan? Susah sekali dibangunkan."

"Apa Morgan ada di sana juga?" kata Lita lesu sambil memandangi wisma, masih bersandar rendah di kursi penumpang.

"Morgan siapa? Ayo ambil koper. Sudah ada rombongan mahasiswa, mungkin peserta lain sudah datang semua."

Lita memejamkan matanya lagi, berharap bunga tidurnya bersama Morgan datang terus dan berlanjut walau nyatanya dia sama sekali tidak bisa main bass.
5 Jenis Suara Dalam Tipe Vokal Bass

5 Jenis Suara Dalam Tipe Vokal Bass

Bass atau bas adalah tipe vokal paling rendah dalam jenis suara penyanyi pria. Rendah dalam artian, bila suara yang muncul saat seorang lelaki menyanyi terdengar berat berdebam, itulah suara bass. Jangkauan nada tipe vokal bass ada di nada E hingga C1. 

Vokal bass
Penampilan penyanyi bass opera asal Jerman, Kurt Moll (1935-2017) foto: New York Times.

Penyanyi Indonesia yang punya suara bass adalah Broery Marantika yang dikenal dengan nama Broery Pesolima. Ada pula Bob Tutupoli dan Kris Biantoro.

Waduh, apa enggak ada penyanyi bass yang lebih kekinian dari era 1070 dan 1980-an? Ada. Fabio Asher dan Jourdry Pranata bisa disebut sebagai penyanyi masa kini yang bersuara bass. Menengok kebelakang ada Baby vokalis band Romeo dengan lagu hitsnya berjudul Bunga Terakhir.

Jarang ada penyanyi pop bersuara bass dimungkinkan karena tipe suara lebih cocok untuk pertunjukkan opera. Barry White mungkin jadi satu dari sedikit penyanyi jazz terkenal dunia yang bersuara bass.

Vokal Bass di Pertunjukkan Opera


Pada abad 18, meski penyanyinya sering dapat peran sebagai penjahat, suara bass punya peran struktural yang penting sebagai fondasi harmoni yang mendukung penyanyi tenor. Para penyanyi tenor selalu jadi pemeran utama, tapi tanpa penyanyi bass, sebuah pertunjukkan opera akan hambar dan tidak menarik.

Menarik Dibaca: Kekhasan Opera dan Operet dari Drama Musikal

Berperannya penyanyi bass jadi penjahat atau orang tua dan orang yang lemah karena tipe vokal bass (pada masa itu) dianggap tidak butuh virtuoso tinggi seperti penyanyi tenor. Virtuoso dalam dunia tarik suara berarti teknik menyanyi yang sulit dipelajari sehingga penyanyi yang menguasainya dapat disebut sebagai maestro.

Subkategori Tipe Vokal Bass


Seperti semua tipe vokal manusia, jenis suara bass juga punya subkategori. Banyaknya jenis suara hanya dari vokal bass saja, membuktikan bahwa manusia diciptakan oleh Yang Maha Kuasa dengan segala keunikannya.

Bacaan Keren: Suara yang Termasuk Tipe Vokal Sopran

Berikut adalah tujuh jenis suara yang termasuk dalam tipe suara bass.

1. Basso cantante (singing bass). Jenis bass ini punya jangkauan paling tinggi dan lebih liris. Vibrato penyanyinya lebih cepat dan biasa dinyanyikan penyanyi opera Italia daripada Jerman atau Prancis. 

2. Hoher bass (high bass). Sering disebut juga sebagai bass-baritone karena jenis vokal ini terlalu rendah untuk disebut baritone, tapi masih terlalu tinggi untuk disebut sebagai bass.

Istilah hoher bass muncul di akhir abad ke-19 untuk menggambarkan penyanyi bass di pertunjukkan opera Wagnerian di Jerman.

3. Jugendlicher bass (juvenile bass) alias suara bass khas anak muda. Meskipun penyanyinya sudah tua, bila karakter vokal bassnya ringan dan seperti suara anak muda, si penyanyi termasuk dalam vokal jugendlicher bass.

4. Basso buffo (funny bass). Pada opera, suara basso buffo sering menyemarakkan suasana karena tingkah lucunya. Karakter suara penyanyi bersuara basso bass cenderung riang, gesit, dan seperti diselipkan tawa. Penyanyi basso buffo paling terkenal adalah Enzo Dara asal Italia yang lahir pada tahun 1938 dan wafat pada 25 Agustus 2017.

Menurut J. B. Steane dalam Voices, Singers & Critics, suara basso profondo berasal dari metode produksi nada yang menghilangkan vibrato cepat khas Italia. Hasilnya adalah ketukan yang lebih lambat, tapi dengan "goyangan" nada yang lebih cepat.


5. Dramatic basso profondo (low bass). Jenis suara bass paling rendah dan paling kuat. Penyanyi basso profondo terkenal era 1980-an adalah Mikhail Zlapolsky dari Uni Soviet dan Boris Christoff dari Bulgaria.

Cerpen: Pejuang Alas Kaki

Cerpen: Pejuang Alas Kaki

Pejuang Alas Kaki

Karangan Ayunda Christina

Helai demi helai daun jati berjatuhan menimpa kaki Ratri yang tidak beralas. Anak kecil itu tertawa tertahan melihat kakinya sendiri. Butiran-butiran pasir tanah menyempil diantara kuku-kukunya yang berantakan. Lembaran uang seribu-dua ribu yang dia kumpulkan dari hasil memandu-parkir kendaraan lapangan Pasar Buah dekat rumahnya belum juga cukup untuk membeli alas kaki yang dia inginkan.

Ratri tetap bersabar. Dia tidak sendiri. Ida, tukang semir sepatu yang biasa mangkal di Pasar Buah pun rela bertahan dengan sandal jepit yang sudah putus. Ida mengaitkan sandal itu dengan peniti dan bertahan tidak membeli yang baru demi membeli sepatu yang diinginkannya di Pasar Besar dekat terminal. 

Layaknya anak-anak miskin lainnya, mereka terkadang ingin memakai sesuatu yang bagus seperti yang dipakai orang kaya.

Hari sudah menjelang malam dan azan maghrib berkumandang sahut-menyahut dari berbagai penjuru. Namun, parkiran belum juga ramai, malahan lebih banyak pejalan kaki yang datang. Ratri belum berhasil membeli sandal impian yang dia lihat di etalase toko Pasar Besar di lantai dua.

Dalam benak kanak-kanak Ratri yang terbiasa menahan keinginan yang tak tersalurkan, belum tersampainya punya sandal adalah sebuah kewajaran dalam hidupnya.

Ratri tetap bersyukur karena diberi tubuh yang sehat dan kuat untuk bekerja dari pagi sampai malam, walau tanpa makan siang.

Dengan langkah lemas, Ida datang menghampiri Ratri yang tengah merapikan sambil menghitung uang yang diterimanya hari itu. Ida tidak langsung menyapa, ia menunggu Ratri beres menghitung uangnya agar tidak salah hitung. Ida hanya berdeham sedikit, memberi tanda bahwa dia ada disitu.

Ratri menoleh sebentar lalu menghitung lagi uangnya. Sambil menunggu Ratri, Ida memperbaiki peniti yang hampir terlepas dari sandal jepitnya. Keadaan sandal Ida semakin memprihatinkan. Mata Ida berkaca-kaca meratapi nasib kakinya yang tampak jelek.

“Langsung pulang?” tanya Ratri memandangi langit gelap.

“Aku pulang besok pagi, uangku belum cukup, siapa tahu nanti malam banyak yang pengajian di Masjid Gede," jawab Ida.

“Kamu mau ngemis?!”

“Mau markir kayak kamu, kamu mau ikut enggak? Nemenin aku," ujar Ida lagi.

Ratri terdiam dan mulai memikirkan tawaran memarkir kendaraan rombongan ibu-ibu yang biasanya ramai mengaji di Masjid Akbar dekat pasar.

Masjid Akbar lebih sering disebut Masjid Gede oleh orang-orang sekitar pasar karena luas dan besar. Tiap malam Jumat sering digunakan oleh ibu-ibu pengajian yang datang dari berbagai daerah, untuk mendengar tausiah atau kajian agama. Jumlahnya tidak menentu, kadang banyak kadang sedikit, tapi cukup bagi Ratri dan Ida untuk menambah penghasilan.

Mereka sudah tidak lagi mementingkan rawannya malam bagi anak perempuan. Impian mereka lebih besar dari ketakutan. Bahkan rasa lapar tidak mereka hiraukan hingga hilang dengan sendirinya. Di benak mereka hanyalah alas kaki yang akan membuat penampilan mereka sedikit naik derajat.

Dengan kedua tangannya yang mungil, Ratri menggenggam tangan Ida yang tak kalah mungil.

“Ya, aku ikut," Ratri menerima tawaran Ida.

Mereka bergegas ke masjid.

“Kamu mau ikut menginap di mesjid, enggak?” tanya Ida lagi yang dijawab Ratri dengan anggukkan riang.

Ida menarik tangan Ratri sambil berlari cepat ke arah masjid.

Ratri mulai merasa lemas dan berpikir untuk mengemis sebentar demi mengisi perutnya yang sedang menjerit.

Sementara Ida membantu tukang parkir di jalan keluar masjid, Ratri yang sudah sangat kelaparan menghampiri beberapa jamaah yang baru selesai salat Maghrib. Tidak berapa lama, Ratri selesai dan menemui Ratri sedang berada di samping seorang ibu berkerudung merah.

“Ratri?!”

Ratri kagok karena merasa tidak enak terpergok sedang minta uang.

“Maaf, Da, aku lapar. Aku enggak mau pakai uang ini, nanti enggak bisa beli sandal yang di pasar itu. Aku terpaksa ngemis dulu, cuma buat makan sekarang kok.”

Ratri menghitung hasil minta-mintanya, lalu membaca daftar menu warung mi ayam yang tertempel di pohon jati tempat Ida bersandar.

Ida hanya memperhatikan gerak-gerik Ratri yang memang terlihat sangat kelaparan.

Ratri menghitung lagi jumlah uang yang ada digenggaman tangannya.

“Aku kelaparan, Da, kamu ada uang buat makan? Kalau enggak ada aku traktir. Mas-mas di masjid hari ini baik-baik, ada yang ngasih lima ribu! Kita makan mi ayam, yuk!”

Ida menelan ludah saat ditawari mi ayam. Takbisa berkata-kata karena terharu mendapat tawaran makan gratis mie ayam yang terkenal enak di daerah mereka bekerja, yang biasa hanya dipandanginya saja sambil mengucap istighfar, kini bisa Ida makan dengan cuma-cuma.

Dengan langkah pasti, Ratri menarik tangan Ida menuju warung mi ayam impian yang sudah sejak lama ditandai dalam hati.

“Kita harus makan enak sesekali, Da, kita sudah bekerja keras.”

Ratri menggenggam tangan Ida keras-keras, meyakinkan Ida bahwa makan enak adalah hak bagi mereka berdua.

“Iya, hidup kita selama ini susah ya, Tri…”

Ratri mendekati penjual mi ayam di luar warung yang sedang memasukkan potongan dadu daging ayam berbumbu ke dalam mangkuk besar yang tersembul dua bakso besar di dalamnya.

Ratri tidak bisa lagi menahan gejolaknya untuk melahap apa yang dilihatnya. Mata Ratri jelalatan mencari daftar harga seperti yang dia lihat di pohon tadi karena dia lupa berapa harga semangkuk mi ayam bakso. Dalam  hati Ratri yakin jika dalam menu tadi, harga termahal seharga lima belas ribu.

Ratri menghitung cepat untuk membelikan Ida. Andai uangya kurang, terpaksa Ratri akan ambil dari uang tabungan sandal impiannya. Dia sudah berjanji mentraktir sahabatnya untuk makan enak bersama.

“Yang seperti itu dua ya, Pak," tunjuk Ratri ke arah mangkuk mi ayam yang barusan dibuat si penjual.

Ratri malu untuk menanyakan harga, sedari tadi pengunjung lain hanya memesan tanpa menanyakan harga lebih dulu.

Malam semakin dingin. Ratri memesan segelas teh hangat. Entah berapa harga minuman di warung mi ayam ini. Menu yang dilihat di pohon tadi tidak menampilkan harga minuman.

Ratri membuat kepalan tangan dengan isyarat orang minum kepada Ida, pertanda menanyakan Ida mau minum apa.

“Yang anget-anget saja, aku kedinginan," ujar Ida.

“Mau teh atau jeruk?”

“Terserah, samain kamu, saja.”

“Pak, pesan satu jeruk anget, satu teh anget.”

“Kok beda-beda?” tanya Ida.

“Enggak apa-apa, aku juga bingung mau pesan apa. Nanti kita saling icip minuman saja.”

Setelah lima menit menunggu, dua mangkuk mi ayam datang dengan aroma gurih kaldu menguar di hidung Ratri dan Ida..

Makasih, ya, Pak,” ucap Ratri lembut, menirukan gaya mbak-mbak cantik yang duduk di seberang mejanya.

Ida masih takpercaya dengan apa yang dilihatnya di depan mata. Perlahan diambilnya mangkuk miliknya. Dihirupnya kepulan uap panas mi yang menari-nari didepan hidungnya, lalu secepat kilat dia menyambar mi, bakso, dan daging ayam, lalu memasukkan ke dalam mulut dalam satu suapan.

Rasa bahagia tak terkira bagi Ida kala bisa menyantap mi ayam lezat dengan cuma-cuma. Bibirnya tak lagi pucat, malahan kini sedikit berminyak.

“Alhamdulillh, makasih, ya, Tri.”

Ratri membuka dompet usangnya yang ditimpali oleh Ida, “Tri, kalau enggak cukup nanti aku tambahin.”

Ratri sedikit gengsi dibantu Ida. Dia sudah menyiapkan uang untuk menambah andai uangnya kurang.

“Tenang, aku sudah hitung, kok, enggak usah dipikirin," ucap Ratri lagi.

Sambil meletakkan gelas jeruk panas yang tinggal setengah ke atas meja, Ratri memperhatikan pelanggan yang sedang membayar di meja kasir. Dari apa yang dia dengar, total pembayarannya sekitar dua puluh delapan ribu.

Mas yang itu pesannya mi ayam bakso sama es jeruk enam belas ribu. Kita berdua enggak pakai es mungkin enggak sampai tiga puluh ribu, pikir Ratri.

Dua yatim piatu itu kini mendatangi meja kasir dengan langkah bangga.

“Dua puluh delapan ribu, Mbak," kata bapak penjaga kasir

“Ini, Pak,” Ratri menyerahkan uang pas kepadanya.

“Alhamdulillah, ya, Tri, kamu dapat rezeki hari ini buat kita makan enak,” kata Ida yang membuat Ratri tersenyum bangga.

“Kita harus berdoa dan berusaha terus, Da. Semoga besok kita bisa beli sandal dan makan enak.”

Lega rasanya Ratri bisa memanjakan perutnya.

“Kita ke masjid, yuk!” ajak Ida tidak sabar menunggu kedatangan ibu-ibu pengajian.

Pucuk dicinta ulam tiba, serombongan ibu-ibu berseragam hijau dengan empat mobil datang memasuki masjid.

Ratri mulai menyiapkan wadah uang dari kain perca yang dijahit seadanya menyerupai kantong belanja ukuran kecil. Bersama Ida dia membantu tukang parkir masjid merapikan motor-motor di tempat parkir. Mereka lalu menunggu ibu-ibu pengajian pulang mengambil motor dan membayar mereka.

Sambil menunggu, Ida berkata kepada Ratri, "Kalau aku sudah beli sepatu, aku cari uang buat traktir kamu makan di situ,” Telunjuk kecilnya menunjuk brosur makanan yang bertuliskan ‘Gratis bakmi goreng untuk kaum dhuafa.’

Mudik Sambil Liburan Saat Lebaran dengan Aman

Mudik Sambil Liburan Saat Lebaran dengan Aman

Perjalanan mudik dengan kendaraan pribadi makin diminati terutama karena kemudahan mobilitas di tempat tujuan. Banyak orang yang membeli mobil secara kredit beberapa bulan menjelang Hari Raya Idul Fitri yang akan mereka gunakan untuk mudik.

Walau akhirnya mobil itu ditarik dealer karena gagal bayar cicilan, yang penting mudik pakai kendaraan pribadi bisa memuaskan hasrat berlebaran bersama keluarga di kampung halaman.

Kalau Anda termasuk yang senang mudik menggunakan mobil, Anda bisa memanfaatkan kemacetan di jalan untuk berrekreasi bersama keluarga. Lho, mudik, kan, tujuannya buat mengunjungi orang tua dan kerabat, kok malah disambi tamasya? Lagipula, kalau sambil tamasya, habis waktu di jalan, dong.

Ilustrasi mudik (gambargambar.co)

Asal Kata Lebaran


Menurut sejarawan M. A. Salmun, yang dilansir Narabahasa, asal kata Lebaran berasal dari tradisi dalam agama Hindu yang berarti 'selesai', 'usai', atau 'habis'. Konon para wali songo memanfaatkan makna Lebaran sebagai sarana berdakwah.

Namun, KH Mustofa Bisri, dikutip dari NU Online, pernah mengatakan bahwa Lebaran diambil dari kata laburan (Jawa; mengecat). Setiap kali menjelang datangnya Idul Fitri, hampir semua keluarga sibuk mengecat rumahnya agar tampak indah. Dari kebiasaan laburan menjelang Idul Fitri itulah, Lebaran menjadi sebuah kata yang setara dengan makna Idul Fitri itu sendiri.

Soal asal muasal kata Lebaran. almarhum KH Muhtar Babakan Ciwaringi juga pernah berujar bahwa Lebaran akarnya dari filosofis kata leburan (Jawa: menyatukan). 

Ujian, cobaan, kesabaran, dan ketenangan yang kita jalani selama Ramadan diharapkan dapat meleburkan diri kita pada sifat-sifat Tuhan ketika Idul Fitri tiba. Semangat berubah itulah yang lalu mengubah leburan menjadi Lebaran.

Sejarawan J.J. Rizal meyakini bahwa Lebaran bersinggungan erat dengan kata puasa yang berasal dari bahasa sansekerta di zaman pra-Islam. 

J.J. Rizal menelusuri etimologi Lebaran dengan mengutip pakar sastra Jawa kuno bernama Poerbatjaraka dan menemukan bahwa Lebaran adalah sebuah upacara yang diadakan setelah empat puluh hari berpuasa. 

Mudik Lebaran Sambil Liburan


Liburan versi emperbaca.com dijamin murah meriah dan tidak perlu mengeluarkan uang ekstra. Kita tahu, Lebaran adalah masa dimana kita perlu mengeluarkan banyak uang untuk membeli kue-kue sajian, hidangan, minuman, mempercantik rumah, bahkan ongkos mudik.

Bagaimana menyempatkan diri untuk liburan ditengah mudik Lebaran dan kumpul bersama keluarga besar?

1. Hindari pergi ke tempat wisata populer seperti kebun binatang, taman bermai (theme park), water park, pantai, dan mal.

Tempat-tempat itu bakal dipadati pengunjung. Kita jadi tidak leluasa dan kurang nyaman menikmati apa yang tersedia di tempat wisata tersebut karena harus berdesakan dengan pengunjung lain. Anak-anak juga rentan terpisah karena kerumunan dapat membuat kita kurang waspada mengawasi anak.

Jadi, kemana kita liburan? 

2. Museum. Kalau ada yang buka, museum adalah tempat paling cocok untuk wisata edukasi buat seluruh keluarga. 

Supaya tidak bosan dan dapat pengetahuan yang maksimal, pakailah jasa pemandu. Sebagian museum yang dikelola swasta sudah menyediakan pemandu yang biayanya sudah termasuk tiket masuk.

Banyak museum yang sudah dikelola moderen dengan menawarkan fasilitas lain, seperti pemutaran video, tanya-jawab, membuat cenderamata, dan lainnya. Jadi tidak sekedar melihat koleksi museum lalu pulang.

3. Cagar budaya candi dan pegunungan. Wisata ke candi-candi bersejarah dan melihat pemandangan pegunungan sambil makan bekal yang dibawa dari rumah juga termasuk liburan hemat sekaligus menyenangkan. 

Kecuali Candi Borobudur dan Prambanan, biaya masuk ke candi-candi amat terjangkau. Beberapa pengelola candi malahan tidak memungut bayaran bagi pengunjung, asalkan menaati peraturan dalam candi.

Anda yang mudik ke wilayah yang dikelilingi gunung seperti Magelang, Boyolali, Wonosobo, dan Temanggung, menghabiskan Lebaran sambil liburan ke pegunungan selain dapat menyegarkan pikiran juga tidak bikin kantong jebol.

4. Monas. Monumen Nasional atau Monas adalah ikon Jakarta yang amat bersejarah bagi bangsa Indonesia. Anda yang mudik ke Jakarta bisa datang ke sana untuk melihat-lihat rusa sambil menikmati suasana hutan kota. Mudik, kok, ke Jakarta? Ya bisa saja, kenapa enggak.

Tranportasi ke Monas mudah dijangkau dengan naik bus Transjakarta atau KRL Commuter Line bila Anda datang dari Bogor, Tangerang, Bekasi, dan Depok.

5. Staycation. Pergi menginap di hotel, vila, atau resor bersama keluarga besar yang terdiri dari kakek-nenek, cucu, paman, bibi, dan sepupu juga bisa jadi pilihan. 

Biaya sewa tidak akan jadi beban bila ditanggung bersama alias urunan atau saweran atau patungan. Bila kantong kita terbatas untuk ikut patungan, katakan terus terang. Biasanya akan ada anggota keluarga yang dengan senang hati menanggung biaya lebih besar daripada yang lain.

Namun, biaya sewa kamar atau rumah vila dan resor pasti naik berlipat-lipat saat musim Lebaran. Siasati dengan cara memesan dan membayar tempat tersebut jauh-jauh hari sebelum Lebaran untuk menghemat biaya sekaligus memastikan ketersediaan kamar.

Liburan Sambil Bermacet Ria


Musim mudik sudah pasti dimana-mana jalanan macet, apalagi kalau mudiknya barengan, dijamin jalan tol pun macet.

Saat tol sedang padat, kita tidak bisa memacu kendaraan sampai kecepatan maksimum 100 km per jam. Berkat adanya rest area atau Tempat Istirahat dan Pelayanan (TIP), kita bisa tetap "liburan" walau kena macet di tol. Gimana caranya?

1. Manfaatkan waktu untuk benar-benar keluar dari mobil. Selepas buang air kecil di toilet dan salat, ajaklah anak-anak jalan-jalan di sekitar rest area, misal memutari masjid, melihat-lihat warung yang ada di sana, atau berjalan pelan di sekitar pepohonan.

Berjalan-jalan dapat melancarkan peredaran darah dan memungkinkan kita menghirup udara segar. Kaki juga tidak pegal lagi akibat duduk terus di mobil.

Bila memungkinkan, hindari banyak duduk saat istirahat di rest area. Kalau cuma duduk ngopi-ngopi, di mobil juga bisa. Ini berlaku juga buat orang yang menyetir. Mereka harus lebih banyak berdiri dan bergerak.

2. Minta anak mengambil foto yang mereka suka. Beri anak-anak ponsel milik Anda atau suami, atau ponsel mereka sendiri dan minta mereka memfoto objek apa saja yang mereka suka. Misalnya, pintu masuk minimarket, restoran, mobil kita, atau bahkan pohon.

Dengan begitu mereka tetap aktif bergerak, tapi tetap tenang karena berdekatan dengan ponsel. Anak-anak dibawah usia 12 tahun adalah Generasi Alpha yang tidak bisa lepas dari gawai.

Bacaan Menarik Lainnya: Mengenal Generasi Alpha dan Cara Mengasuhnya

Setelah mereka memfoto, ajak anak mengirimnya ke nenek dan kakek atau om dan tante mereka. Bantu mereka menulis keterangan foto dan memberi tahu lokasi tempat foto itu diambil. 

Selain membuat anak-anak tetap "sibuk" untuk mencegah bosan akibat macet panjang, juga melatih mereka mengungkapkan pikiran dalam bentuk tulisan. Menulis dapat menstimulasi otak supaya tetap terasah karena sel-sel saraf jadi aktif bekerja.

Andai tidak lewat tol dan memilih untuk lewat jalan biasa, pantai utara atau jalur selatan Jawa misalnya, kita tetap bisa menikmati perjalanan sambil liburan tanpa mengeluarkan uang ekstra.

3. Berhenti di setiap rest area. Menurut Peraturan Menteri PUPR Nomor 10 Tahun 2018 Tentang Tempat Istirahat dan Pelayanan Pada Jalan Tol, disebut bahwa rest area tipe A disediakan paling sedikti satu untuk tiap jarak 50 kilometer setiap jurusan. Berikutnya, jarak rest area tipe A berikutnya paling sedikit 20 kilometer.

Jadi, berhenti di tiap rest area bisa jadi pilihan bersantai jika Anda tidak terburu-buru sampai ke kampung halaman. 

Tidak perlu beli minum dan makanan, cukup keluar dari mobil, berjalan-jalan sebentar di sekitar rest area, hirup udara di bawah pohon, lalu lanjutkan perjalanan.

Tipe Rest Area


Pada rest area di tol Trans Jawa yang ada kode A (Ambon) artinya rest area itu berada di arah yang meninggalkan Jakarta. Sedangkan rest area berkode B (Bandung) berarti tempat istirahat itu ada di arah yang menuju Jakarta (atau Bandung).

Sebenarnya bukan cuma menunjukkan arah saja, kode A, B, dan C pada jalan tol menunjukkan fasilitas yang ada di sana.

Rest area tipe A adalah yang terlengkap karena luasnya sampai 6 hektar dilengkapi dengan ruang terbuka hijau. Tipe B luasnya 3 hektar, dan tipe C paling kecil karena cuma seluas 2500 meter per segi. Rest area tipe C digunakan hanya bila tol benar-benar padat di hari raya besar.

Mudik Sambil Pelesir di Jalan Non-tol


Lalu bagaimana kalau kebetulan kita tidak bisa lewat jalan tol karena tolnya ditutup hanya untuk arah tertentu? Apakah  bisa menikmati suasana seperti di rest area?

Tidak bisa, dong. Jenis jalannya saja beda. Kalau kita mudik lewat jalan non-tol, pilihan yang tersedia untuk mampir-mampir lebih banyak dan bervariasi, Makan di kaki-lima, berteduh di alun-alun, salat di masjid agung, beli oleh-oleh khas kota yang dilewati, atau menginap semalam di hotel juga bisa kalau ada duitnya.

Hanya saja kebanyakan mampir di jalan non-tol membuat waktu tempuh jadi berlipat lebih lama dibanding kalau kita banyak istirahat di rest area tol. 

Jangan lupakan hal berikut jika terpaksa menempuh perjalanan non-tol.

1. Siapkan bekal air putih daripada air berwarna. Teh, soda, kopi, jus, atau minuman berperisa buatan membuat perut terasa lebih begah dan kembung. 

Pada orang dewasa, minum teh dan kopi selama perjalanan dapat memicu buang air kecil lebih sering karena dua minuman itu bersifat diuretik (peluruh kencing). Di jalan non-tol kita harus berhenti di pom bensin (SPBU/Stasiun Pengisian Bahan-bakar Umum) yang letaknya bisa saja sangat berdekatan atau amat jauh satu sama lain.

Banyak minum air putih lebih disarankan bagi seluruh anggota keluarga untuk membuat tubuh tetap terhidrasi dan tidak cepat lelah.

2. Siapkan lebih banyak uang receh nominal Rp2.000 dan Rp5.000. Gunanya supaya kita tidak kerepotan kalau harus bayar di toilet atau numpang salat di musala pom bensin. 

Walau kebanyakan pom bensin bertuliskan "gratis", tapi di sana selalu ada kotak untuk orang-orang mengisi sumbangan sukarela. Jadi, kalau kita gak pelit-pelit banget, lebih baik isi kotak itu dengan uang sekadarnya.

3. Ceritakan kepada anak tentang kota-kota yang dilewati saat mudik. Misal, jika kita lewat Tegal, kita bisa menceritakan tentang pelabuhan. Apa saja isi pelabuhan, apa gunanya, siapa saja yang datang ke sana, dan kenapa Tegal punya pelabuhan.

Bisa juga menyuruh anak-anak Googling sendiri tentang kota-kota yang kita lewati dan tanya apa saja keunikan kota tersebut.

4. Mengobrol tentang hal-hal yang dilihat di jalan. Apa saja yang kita lihat sepanjang perjalanan bisa jadi cerita menarik. Tentang rel kereta, penjual makanan, pantai, sawah, sungai, pasar, dan lainnya. 

Hal ini bisa mengalihkan mereka dari melihat ponsel terus-menerus. Melihat layar bisa membuat mata cepat lelah, kepala pusing, dan kesemutan pada tangan yang memegang ponsel. Kalau sudah begitu anak akan uring-uringan karena tubuh mereka terasa tidak nyaman walau tidak merasa sakit apa-apa.

5. Ajak anak-anak menyanyi bersama. Mudik melewati jalan non-tol butuh kesabaran daripada lewat tol karena jarak yang lebih jauh dan waktu tempuh yang lebih lama. 

Supaya anak-anak tidak bosan, biarkan mereka menyanyikan lagu kesukaan. Kalau mereka tidak suka nyanyi, biarkan mereka berceloteh dan bertanya apa saja yang kita jawab semampunya. Kalau sudah lelah menyanyi atau berceloteh mereka akan tertidur dengan sendirinya.

Dana Cadangan


Yang paling utama harus disiapkan sebelum mudik tentunya duit. Selalu siapkan dana cadangan walau kita sudah punya hitung-hitungan untuk bensin, tol, jajan, angpau, rekreasi, dan beli oleh-oleh.

Tambahkan 1-2 juta rupiah dari dana mudik sebagai cadangan bila terjadi sesuatu selama kita mudik. Misal, harus ke bengkel, patungan dadakan bersama keluarga besar, atau beli obat.

Jangan mengandalkan THR (Tunjangan Hari Raya) untuk ongkos mudik karena jumlahnya tidak seberapa dan biasanya sudah dihabiskan untuk keperluan Lebaran di rumah (termasuk beli baju baru).

Segera setelah Lebaran selesai, sisihkan penghasilan untuk ditabung guna biaya mudik tahun depan. 

Perlukah Royal Bagi-bagi Uang Lebaran?


Berikan angpao atau uang Lebaran hanya kepada kerabat yang benar-benar membutuhkan. Bila ada kerabat yang yatim, tapi dia sudah punya bapak tiri, tidak perlu lagi memberikan uang Lebaran kepadanya. 

Pun walau ada anak yang orang tuanya lengkap, tapi keuangannya pas-pasan, anak itulah yang perlu diberi uang. Kerabat yang berkebutuhan khusus juga bisa kita berikan amplop Lebaran, sebagai tanda perhatian kita padanya, walau dia  berasal dari orang tua mampu.

Jadi, utamakan memberi uang Lebaran kepada keluarga terdekat sebelum memberi kepada orang lain. Tidak perlu-perlu amat memberi angpao kepada tetangga dan keluarga yang hubungan kekerabatannya sudah amat jauh.

Bagaimana, sudah siap mudik lagi tahun depan?

5 Kesamaan Mukbanger dan Kuli Selain Eat Bigger and More

5 Kesamaan Mukbanger dan Kuli Selain Eat Bigger and More

Mukbang terjemahan bebasnya adalah makan dalam porsi yang tidak masuk akal dalam satu waktu dan disiarkan di televisi atau platform digital. Saya sebut tidak masuk akal karena satu orang bisa menghabiskan makanan untuk satu RT.

Semua sudah tahulah, ya, mukbang itu asalnya dari Korsel. Konon awalnya mukbang adalah makan besar bersama-sama, istilahnya ngariung dalam bahasa Sunda atau kenduri dalam budaya Jawa. Sejak adanya acara di Afreeca TV pada 2010, tren mukbang bergeser, dari yang tadinya porsi sebanyak itu dimakan rame-rame kemudian jadi dimakan sendirian saja.

Mukbanger terkenal Indonesia Tanboy Kun alias Bara Ilham (tangkapan layar YouTube @tanboykun)

Porsi makan sejibun mengingatkan saya pada kuli bangunan, sampai-sampai, sebelum ada mukbang, berlaku idiom orang yang makannya segunung disebut makan seperti kuli atau portugal alias porsi tukang gali. 

Dahulu, sebelum makan jadi gaya hidup, orang yang makan dalam jumlah banyak dalam satu waktu disebut rakus. Mereka dianggap takut tidak kebagian makanan dan mementingkan makan daripada mengerjakan hal yang lebih berfaedah.

Itulah sebab ada pepatah, makanlah untuk hidup bukan hidup untuk makan. Pepatah itu terbukti benar dan telah diterapkan oleh kuli dan mukbanger. 

1. Makan untuk hidup

Kuli bangunan makan untuk mengisi tubuh mereka yang dipakai untuk pekerjaan fisik dimana butuh tenaga besar. Makin banyak mereka makan, makin banyak tenaga yang dihasilkan. Makin banyak tenaga, makin mereka bisa mengerjakan banyak pekerjaan bangunan yang akhirnya mereka dibayar lebih banyak.

Bayaran yang banyak berarti mereka bisa hidup layak. Bisa beli makan, baju, sepatu, dan bayar sewa rumah.

Mukbanger juga sama. Makin banyak mereka makan, makin banyak subcriber-nya. Makin banyak subscriber, makin banyak AdSense dan endorsement yang mereka dapat. Akhirnya mereka bisa hidup  layak dan membeli apartemen yang dibikin kuli bangunan.

2. Jarang makan


Kuli hanya makan sekali dalam sehari, padahal orang normal makan tiga kali sehari. Mukbanger malah cuma makan besar 2-3 kali dalam seminggu. Bukan karena pelit, tapi hemat.

Makan cuma satu kali berarti menghemat biaya makan buat kuli bangunan. Makanya mereka bisa makan sampai bercentong-centong nasi supaya tidak perlu makan berulang kali.

Mukbanger juga cuma makan besar 2-3 kali seminggu supaya tidak perlu makan tiap hari. Bila sedang tidak rekaman untuk YouTube, mereka makan sangat sedikit, bahkan ada yang cuma makan buah.

3. Tidak gendut


Walau makan dengan porsi diluar akal sehat. Hampir tidak ada mukbanger yang gendut. Kalori yang masuk akan mereka bakar dengan berolahraga.

Mukbanger bisa berolahraga sampai 12 jam sehari untuk membakar kalori dan membuat metabolisme mereka tetap normal. Ada juga mukbanger yang punya kelainan usus sehingga tetap kurus walau makan banyak.

Kuli juga tidak ada yang gendut karena semua karbohidrat yang masuk selalu terbakar jadi energi untuk membangun rumah, gedung, waduk, jalan, jembatan, dan lainnya.

4. Tidak mementingkan gizi


Selain porsi makannya yang besar, mereka sama-sama tidak mementingkan gizi. Kuli bangunan adan  buruh tani makan yang penting kenyang. Pakai sambal dan tempe sepotong saja tidak apa, yang penting nasinya banyak supaya lama kenyangnya.

Mukbanger juga tidak mementingkan nilai gizi. Apa saja mereka makan, dari makanan manis, junk food, dan yang ekstrem seperti kelelawar dan boga bahari (seafood) mentah.

Buat saya seafood mentah itu ekstrem. Bagaimana muncul selera makan kalau gurita yang mau dimakan tentakelnya masih gerak-gerak macam Doc Ock si musuh Spiderman.

5. Lahap dan fokus makan


Apapun yang dimakan, mukbanger dan kuli sama-sama lahap dan tidak menyisakan sedikit pun makanan di piring mereka. Mereka juga amat fokus makan tanpa disambi hal lain seperti update status di media sosial dan nonton televisi.

Beda dengan kita yang sebelum makan foto-foto dulu, sambil makan upload foto dulu, setelah makan update status lagi.

Kuli dan mukbanger benar-benar anti-mubazir dan amat menghargai waktu yang mereka punya untuk makan.

Mukbang vs Lomba Makan


Mukbang dan lomba makan sama-sama menghabiskan banyak porsi makanan. Bedanya, lomba makan mengharuskan orang untuk makan sebanyak mungkin dalam waktu secepatnya.

Takeru Kobayasashi dari Jepang yang memegang 13 rekor lomba makan mampu menghabiskan 41 lobster dalam waktu 10 menit. 

Lomba makan ramen di Jepang (Bhom Matsuri)

Walau ada juga mukbanger yang makan cepat seperti Tanboy Kun yang  menghabiskan 7 bungkus nasi padang dalam 17 menit,, tapi itu jarang. Kebanyakan waktu makan mukbanger tidak secepat lomba makan. Mukbanger menyunting durasi videonya jadi 10-20 menit saja supaya yang menonton tidak bosan.

***

Pada 2019, pemerintah Korsel sempat mewacanakan akan melarang mukbang karena khawatir tingkat obesitas dan gangguan kesehatan warganya meningkat. Akan tetapi, tren mukbang malah menggila. Tambahan lagi, muncul tren minum boba berliter-liter yang dilakukan banyak YouTuber Korsel.

Terlepas dari masalah kesehatan yang timbul dari makan berlebihan, makan besar dengan ditonton banyak orang sudah jadi tren masa kini yang tidak dihapus.

Kalau  kamu ngiler pengin jadi YouTuber mukbang, pikir dulu ratusan kali. Selain kamu harus bersaing dengan YouTuber mukbang yang sudah tenar, kamu juga harus keluar modal banyak untuk beli makanan yang porsinya jumbo. Belum lagi, kamu belum tentu bisa menghabiskan makanan segitu banyak.

Carilah ide kreatif selain mengekor yang sudah banyak dilakukan orang.

Beda Pekerja Rumah Tangga, Babysitter, dan Nanny dengan Gajinya

Beda Pekerja Rumah Tangga, Babysitter, dan Nanny dengan Gajinya

Babysitter adalah penjaga bayi atau anak. Sedangkan nanny (baca: nenni) adalah pengasuh. Dari istilahnya saja sudah  berbeda, apalagi gajinya.

Masih banyak orang Indonesia yang ingin pekerja rumah tangga merangkap babysitter sekaligus nanny untuk anaknya sementara mereka pergi kerja. Alasannya karena susah mencari tenaga babysitter, kurang suka menerima orang baru di rumah, atau lebih sreg bila anak dijaga orang yang sudah mereka kenal.

Padahal, job description pekerja rumah tangga dengan babysitter berbeda. Beda banget! 

Menjaga anak, walau sekedar mengganti baju dan menemani tidur siang, tidak termasuk pekerjaan rumah tangga. Menggaji dua kali lipat si pekerja karena dia merangkap jadi babysitter juga tidak tepat. Pertama, menjaga anak butuh fokus tersendiri yang tidak bisa disambi-sambi. Pekerja rumah tangga lajang yang belum punya anak amat mungkin tidak punya pengalaman dan pengatahuan merawat anak. 

Apa mau anak kita kenapa-kenapa saat dijaga oleh orang yang tidak dipekerjakan khusus sebagai babysitter?

Kedua, pekerja rumah tangga akan kelelahan karena harus membersihkan rumah, memasak, dan belanja sekaligus menjaga anak.



Keluarga politikus Inggris George Clive, tahun 1765, bersama perawat sekaligus pengasuh atau nursemaid yang berasal dari India (Joshua Reynolds, Web Gallery of Art)

Pekerja yang kelelahan sangat mungkin jadi stres dan jadi mudah marah. Secara tidak sadar mereka akan memperlakukan anak asal-asalan karena sudah lelah dengan pekerjaan rumah tangga.

Ketiga, walau pekerja rumah tangga belum terlindungi secara hukum karena RUU Pekerja Rumah Tangga belum dibahas DPR, tapi kita melanggar hak asasi karena mempekerjakan seseorang lebih dari 12 jam sehari.

Lho, dia, kan, tinggal serumah sama saya, wajar dong tidak seperti kerja kantoran yang pakai jam kerja. Kalau kita butuh dia tengah malam untuk bikin teh, gimana?

Ya tehnya bikin sendiri saja, Bu. Pekerja rumah tangga walau serumah sama kita, tetap butuh istirahat dan tidur cukup.

Maka sebelum mempekerjakan seseorang, ketahui dulu kita butuh pekerja rumah tangga, babysitter, nanny, atau kita butuh ketiga profesi itu semua dalam satu waktu. Bisa saja.

Kesalapahaman Soal Pekerjaan Babysitter dan Nanny


Pekerja rumah tangga mudah dikenali karena mereka bekerja mengurus pekerjaan rumah tangga. Namun di Indonesia, tugas babysitter dan nanny sering tertukar karena sama-sama mengasuh anak.

Pada banyak yayasan penyalur babysitter dan nanny menyebut bahwa babysitter adalah pengasuh bayi berusia 0-24 bulan, sedangkan nanny adalah pengasuh anak 2-5 tahun. 

Di Indonesia babysitter dianggap punya tugas lebih berat dari nanny karena mengurus bayi, sedangkan tugas nanny lebih mudah karena mengurus balita.

Ilustrasi menjaga anak (zapmeta)

Padahal, dari istilahnya saja, yaitu babysitter dan nanny, jelas bahwa Indonesia mengikuti istilah Barat, tapi keliru membedakan tugas babysitter dan nanny. Di negara-negara Barat nanny dapat gaji lebih besar dari babysitter karena tugas mereka yang menggantikan peran orang tua.

Walau secara umum tugas babysitter dan nanny sama di tiap negara, tapi banyak atau sedikitnya job description yang harus mereka lakukan dapat berbeda-beda.

Job Description atau Tugas PRT, Babysitter, dan Nanny


1. Pekerja Rumah Tangga. Emperbaca.com tidak pakai istilah pembantu atau asisten rumah tangga, melainkan pekerja rumah tangga.

Sebabnya karena mereka melakukan pekerjaan rumah tangga. Penyebutan pekerja rumah tangga juga sesuai ketentuan dari International Labour Organization (ILO) dan tertuang dalam RUU Pekerja Rumah Tangga.

Jadi sudah pasti job description pekerja rumah tangga adalah menyapu, mengepel, membersihkan perabotan dari debu, ngosrek kamar mandi, cuci piring, nyuci baju, menyapu dedaunan yang gugur di halaman, belanja ke tukang sayur atau pasar, dan memasak.

Khusus di rumah orang yang tajir melintir, pekerja rumah tangga tidak perlu memasak. Masak-memasak dilakukan oleh koki yang kerjanya memang cuma masak doang.

Pekerja rumah tangga harus dihindarkan ikut menjaga anak sebagai babysitter karena mengurus rumah saja mereka sudah lelah.

Ahh, saya aja bisa ngurus anak sambil ngurus rumah, malahan ngurus suami juga. Itu karena suami Anda gak mampu bayar PRT dan babysitter, Bu, jadi terpaksa Anda sendiri yang ngurus semuanya.

Atau Anda tinggal di rumah mungil yang mudah diurus sendiri walau punya anak. Kalau itu, sih, memang gak butuh pekerja rumah tangga, Bu.

2. Babysitter. Babysitter disematkan kepada orang yang menjaga bayi dan (atau) anak. 

Menjaga anak bukan sekedar membiarkannya main sendiri sementara kita asyik TikTokan. Selain menjaga, babysitter juga punya tanggung jawab mengajak anak bermain seusia usia anak 

Pun mengganti popok atau membantu ke toilet, menyiapkan makanan dan minuman, juga menemani tidur siang (dan malam hari bila babysitter tinggal di rumah si anak).

Babysitter terlatih biasanya juga tahu cara menangani cedera ringan menggunakan alat P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) pada anak.

Dan, walau tugas babysitter termasuk mencuci piring bekas makan anak, tapi mereka tidak mencuci baju anak. Mencuci baju dilakukan oleh pekerja rumah tangga. Namun, bila anak punya ruangan bermain, babysitterlah yang bertugas membersihkan dan menjaganya tetap bersih.

3. Pekerjaan lebih sulit dilakukan oleh nanny alias pengasuh. Nanny tidak sekadar menjaga anak, mereka juga ikut serta dalam tumbuh-kembang dan kesejahteraan anak secara fisik dan mental, lahir dan batin.

Saat kedua orang tua pergi bekerja, nanny akan mengambil alih pengasuhan anak secara penuh. Nanny juga jadi partner orang tua dalam pengenalan lingkungan, tata krama dan etika sosial, juga membuat jadwal dan rutinitas anak.

Tugas nanny juga termasuk mengajarkan keterampilan motorik dan mengajarkan cara membuat kerajinan tangan. Seorang nanny juga wajib punya SIM bila dia mengantar jemput anak dari dan ke sekolah menggunakan kendaraan bermotor.

Selain sebagai nanny, si pengasuh juga melakukan pekerjaan rumah tangga ringan yang berhubungan dengan anak, bahkan mencuci baju si anak bila diperlukan. 

Di negeri Barat, Nanny yang terlatih juga harus tahu bagaimana melakukan cardiopulmonary resuscitation atau CPR bila diperlukan. Di sana pekerjaan nanny bukan cuma dikerjakan perempuan, laki-laki juga bisa bekerja sebagai nanny dan tinggal di rumah orang yang mempekerjakannya. Nanny laki-laki kerap disebut sebagai manny atau mannies (male-nanny atau male-nannies). 

Gaji


Di urutan pertama dengan gaji "paling rendah" adalah pekerja rumah tangga. Bila pekerja rumah tangga yang belum berpengalaman digaji RP1,5 juta per bulan (belum termasuk tunjangan), maka babysitter dapat Rp2 juta. Di kota besar, babysitter berpengalaman bisa digaji sampai Rp4 juta rupiah atau lebih.

Nanny, dengan tugasnya yang lebih berat, tentu dapat gaji diatas pekerja rumah tangga dan babysitter. Gajinya minimal Rp3 juta rupiah per bulan. Namun, di Indonesia karena terjadi kesalahpahaman soal nanny, maka banyak babysitter yang dapat gaji lebih besar dari nanny.

Pekerja rumah tangga, babysitter dan nanny yang bekerja untuk orang yang tajir melintir dan artis biasanya digaji berlipat-lipat diatas Upah Minimum Regional (UMR)

Karena berpengalaman dan digaji sangat besar, para pekerja non-formal dari keluarga kaya ini akan bekerja lagi di rumah orang kaya selanjutnya. Hampir tidak ada pekerja rumah tangga, babysitter, atau nanny keluarga tajir bekerja di rumah rakyat kebanyakan, kecuali mereka bosan, pindah yayasan bernaung, atau ada hal lain yang tidak terduga.

***

Pekerja rumah tangga, babysitter, dan nanny dapat gaji mereka secara  utuh. Artinya, makan-minum, kebutuhan pribadi seperti peralatan mandi dan pembalut, juga rekreasi ditanggung majikan. Banyak juga majikan yang membelikan baju, kerudung, sampai pakaian dalam untuk pekerjanya.

Di negara Barat, nanny adalah karir profesional full-time yang dikerjakan oleh orang yang terlatih, sementara babysitter dilakukan oleh remaja dan anak kuliahan secara freelance untuk mencari tambahan uang saku. Pekerja rumah tangga di negara-negara Barat biasanya hanya dimiliki oleh orang yang benar-benar kaya karena gajinya besar dan kebanyakan dihitung per jam.

Cerpen: Orang Ketiga

Cerpen: Orang Ketiga

Orang Ketiga

Karangan Ramli Lahaping

Perasaan Joni gamang setelah melewati ambang pintu rumahnya. Sebagai seorang sopir penumpang antarkota, ia mesti meninggalkan Rita, istrinya, untuk selalu melintasi jalan yang panjang demi mencari rezeki. Tetapi lagi-lagi, niatnya terberai oleh maksud yang terselubung. Hatinya sudah pasti untuk Rita, tapi ia pun rindu dengan Lia. 

Joni merasa bersalah telah memperturut nafsunya dengan Lia, padahal Rita selalu penuh kasih sayang disisinya. Bahkan sesaat yang lalu, sebelum Joni berangkat menyopir, Rita tak lupa menyajikan hidangan kesukannya dan menyiapkan pakaian yang wangi untuknya.

 

 

"Ada masalah apa, Pak? Aku lihat belakangan, Bapak tampak kurang bersemangat," singgung Rita, ketika mereka tengah makan siang satu jam yang lalu.  

 

Demi menyamarkan kekalutannya, Joni menggeleng dan tersenyum singkat. "Tidak ada apa-apa, Bu. Aku hanya kecewa, sebab akhir-akhir ini, penumpang masih minim," kilahnya untuk menutupi kebohongan yang ia hembuskan selama ini.


Penumpang yang sedikit ia dalihkan menjadi sebab tidak lagi bisa memberikan uang banyak kepada Rita, meski senyatanya, itu karena Joni menyisihkan penghasilannya untuk sang kekasih gelap. 


Rita tersenyum lembut menampakkan kesabarannya, "Ah, Bapak. Jangan risaukan soal rezeki. Syukuri saja yang ada. Apalagi, uang belanja yang Bapak berikan kepadaku selama ini sudah sangat cukup untuk kebutuhan kita berdua. Bapak lihat sendiri, kan, kalau kita masih bisa makan dengan sajian yang lengkap."


Joni lalu tertawa pendek. Ia kembali merasa berhasil menyembunyikan pengkhianatannya. Hingga akhirnya, sesaat berselang, ia balik bertanya untuk menunjukkan perhatiannya, "Selama ini, Ibu tidak apa-apa kalau aku tinggal pergi, kan?” 


Joni lantas berdeham, “Apalagi, besok pagi, kalau penumpang yang mendaftar kepadaku hanya satu-dua orang, mungkin aku akan kembali menginap di kota, di rumah temanku."


Seketika Rita tergelak gemas. "Ya, tidak apa-apa lah, Pak. Memang sebaiknya Bapak membatalkan perjalanan kalau penumpang hanya satu-dua orang, ketimbang rugi ongkos bahan bakar."


Seolah meragu, Joni kemudian mendengkus. "Tetapi Ibu benar-benar, kan, kalau selama ini, memang tak ada persoalan pelik yang Ibu hadapi saat sedang sendiri? Aku kadang cemas kalau ada orang yang menjahati Ibu selama aku pergi."


Rita tampak terheran atas kekhawatiran Joni. "Tidak ada apa-apa, Pak. Jangan berpikiran macam-macam. Aku aman-aman saja, kok, di sini."


Joni lantas mengembuskan napas panjang. "Ya, syukurlah. Tetapi, kalau ada apa-apa, Ibu jangan sungkan meminta bantuan ke tetangga. Aku yakin, Pak Dino dan istrinya tidak akan segan untuk menolong."


"Iya, Pak," tanggap Rita. 


Joni merasa tenang dan untuk beberapa lama mereka meneruskan bersantap dengan lahap hingga Joni pamit dan berangkat bekerja. 


Akhirnya, kini, atas cintanya kepada Rita, Joni kelabakan menyikapi aksi pengkhianatannya. Ia bingung menanggulangi risiko kalau perselingkuhannya terbongkar di waktu mendatang. 


Apalagi, sebulan yang lalu, Rita mengatakan bahwa ia tengah mengandung setelah sekian lama mereka menanti. Karena itu, Joni sangat waswas kalau rumah tangganya hancur. 


Namun, persoalan Joni malah makin pelik. Pasalnya, Lia, yang merupakan orang tua tunggal beranak satu itu, telah tahu bahwa Joni yang mengaku duda ternyata masih beristri. 


Lia mendesak Joni untuk menceraikan Rita. Kalau tidak, Lia mengancam akan membongkar hubungan mereka. Lia bahkan siap untuk menanggung risikonya sendiri tanpa Joni.


Perasaan dan pikiran Joni jadi kacau balau. Bagaimanapun, permainan asmaranya dengan Lia yang sudah berlangsung selama enam bulan ini memang sudah jauh. 


Dua bulan yang lalu, Joni menikahi Lia tanpa melalui prosedur hukum perkawinan negara. Joni buntu tidak dapat menemukan jalan keluar. Ia terus bergelut dengan kebingungannya.


Kini, Joni hanya merutuki dirinya yang terpedaya kecantikan Lia sejak pertama berjumpa. 


Ia menyesal telah menumpangkan Lia yang menyetopnya di tengah jalan. Ia menyesal mengobrol hangat dengan Lia setelah penumpangnya yang lain sudah turun. Ia menyesal meminta nomor telepon Lia hingga mereka terus berkomunikasi menuju hubungan yang kebablasan. 


Sesal Joni atas hubungan gelapnya dengan Lia makin menjadi kala membayangkan Rita yang selalu teguh menjaga tali pernikahan mereka. 


Joni tidak pernah menemukan satu bukti pun yang bisa ia percaya bahwa Rita punya niat untuk main asmara dengan lelaki lain. 


Namun sebagai suami, Joni sempat juga mencurigai Rita pada bulan-bulan lalu. Setelah pulang menyopir dari kota, ia sempat menemukan sarung yang tak pernah ia lihat sebelumnya di kamar mereka.


Ada pula korek gas yang bukan kepunyaan Joni di dapur mereka, atau puntung rokok yang tidak semerek dengan rokoknya di asbak ruang tamu mereka. Namun, setelah Joni bertanya, Rita memberi keterangan yang masuk akal bahwa benda-benda itu merupakan kepunyaan adik dan kakaknya yang memang kerap mampir bahkan menginap. 


Kepercayaan Joni pada keterangan Rita kemudian diperkuat oleh kesaksian Pak Dino dan istrinya. Pada momen kala Joni tengah dilanda kecemburuan, ia telah bertanya kepada pasangan suami-istri samping rumahnya tersebut kalau-kalau ada orang asing yang bertamu ke rumahnya saat ia pergi menyopir.


Kedua orang itu membenarkan keterangan Rita bahwa yang biasa bertamu hanyalah kakak dan adik Rita yang merupakan ipar Joni sendiri.


"Istrimu itu orang baik, Jon. Kau beruntung punya istri sepertinya. Ia perempuan sabar dan setia," kata Pak Dino, tujuh bulan yang lalu, ketika Joni mengungkapkan kecurigaannya.


Joni merasa lega mendengar keterangan Pak Dino. Ia kemudian melontarkan kekecewaan, "Tetapi sayang, aku takjuga mendapat keturunan darinya. Ia belum hamil. Padahal, aku sangat ingin punya anak."


Pak Dino lantas tergelak pendek. "Soal anak itu rezeki. Kalau kalian tetap berusaha, aku yakin, suatu saat kalian akan dapat juga. Apalagi, aku lihat istrimu masih sangat kuat," tuturnya setengah bercanda dengan nada dan ekspresi yang menggoda. 


Joni tertawa.


Demikianlah memang. Joni menilai kalau satu-satunya kekurangan Rita adalah ketidakampuannya mengandung anak. Tetapi, satu cela itu akhirnya pupus juga setelah sebulan yang lalu Rita bilang tengah hamil. Karena itu, Joni sungguh menyesal mengkhianati Rita yang sekian lama menjadi sosok istri setia dan sempurna untuknya.


Atas keadaan itu, Joni tak tahu lagi cara yang tepat untuk menanggulangi permainan asmaranya dengan Lia. Ia merasa telah jatuh ke dalam lubang kerumitan. 


Ia hanya terus menyembunyikan hubungan rahasianya dengan Lia. Ia tetap berusaha mengulur waktu selama mungkin untuk mempertahankan ikatan pernikahannya dengan Rita, entah sampai kapan. 


Akibat kepelikan itu Joni dilanda kekalutan kala tengah menyopir. Ia menjelajahi jalan raya dengan perasaan kacau untuk kemudian menjemput tiga orang langganannya. 


Joni menghentikan kendaraannya ketika menyadari kalau ponselnya tertinggal. Ia takut kalau Lia meneleponnya dan Rita yang menjawab. Api asmaranya dengan Lia akan terbongkar. Karena itulah, Joni lekas berbalik ke rumahnya. 


Joni menggulung jalanan dengan laju yang amat cepat. Ia ingin segera mengambil ponsel sebelum yang ia takutkan benar-benar terjadi. Setelah sekian waktu, ditengah perasaan tegangnya, ia tiba di rumahnya. Joni masuk dengan langkah buru-buru menjurus ke kamarnya. Ia yakin kalau ponselnya ada di kantong jaketnya yang tergantung di balik pintu kamar.


Bagai disambar petir Joni pun terperanjat menyaksikan kenyataan di depannya. Ia menjumpai Rita bersama Pak Dino dalam keadaan hampir tak berpakaian.


Joni mematung selama beberapa detik dan mendadak kelimpungan taktahu harus berkata dan berbuat apa. Joni membanting pintu dan pergi. Ia sampai pada keyakinan bahwa keputusannya perihal pernikahannya dengan Rita dan kelanjutan hubungannya dengan Lia akan tepat.


*****


Ramli Lahaping, lahir di Gandang Batu, Kabupaten  Luwu dan saat ini tinggal di Kota Makassar.

Karya Ramli Lahaping yang lain dapat dibaca di sarubanglahaping.blogspot.com.
Instagram @ramlilahaping
Twitter @ramli_eksepsi