Mega "Suster Ngesot" di Himpitan Jejaring Sosial

Mega "Suster Ngesot" di Himpitan Jejaring Sosial

Mega Tri Pratiwi alias suster ngesot mendadak jadi punya ratusan "musuh" di media sosial. Berawal dari keisengannya menjadi suster ngesot untuk memperdaya kawannya yang berulang tahun, Gadis 20 tahun ini harus kehilangan gigi bawah dan memar di pelipis akibat tendangan satpam penjaga apartemen Galeri Ciumbuleuit Bandung. Terlihat jelas di CCTV lift bahwa si satpam reflek menendang begitu sosok suster ngesot muncul didepan lift. Jadi satpam sesungguhnya hanya beraksi karena instingnya sebagai petugas keamanan wajib melindungi penghuni lift yang terlihat ketakutan. Penghuni lift sebenarnya hanya akting ketakutan karena mereka kawan-kawan dari suster ngesot juga yang merencanakan aksi jahil itu.

Mega merasa dianiaya karena babak belur dan satpam Sunarya tidak minta maaf dan mengantarnya ke rumah sakit. Karena itulah ia minta tanggung jawab dengan mempidanakan Sunarya ke polisi. Satpam Sunarya sendiri ketika diperiksa polisi mengaku kaget melihat ada sosok aneh didepan lift dan karena itulah ia menendangnya. Menurut hemat saya, Sunarya memang tidak berniat menganiaya seperti yang dituduhkan Mega, karena Sunarya hanya menendang satu kali tidak berkali-kali. Ini menandakan tendangannya memang spontan dan tidak disengaja.

Tentu saja urusan melaporkan satpam ke polisi membuat Mega dikecam banyak orang. Menurut khalayak kesalahan ada pada Mega karena ia menjadi suster ngesot di area publik dan tanpa memberitahu pihak apartemen. Kalau saja ada penghuni apartemen melihat suster ngesot itu kemudian ia meninggal karena jantungan, tentu akan jadi hal sangat serius ketimbang jahil untuk mengerjai teman yang berulang tahun.

Kali Ini Sosial Media Tak Cukup Kuat Menurunkan Nurdin Halid

Kali Ini Sosial Media Tak Cukup Kuat Menurunkan Nurdin Halid

Sejak Nurdin Halid dipenjara untuk pertama kalinya pada 2005 dalam kasus korupsi pengadaan gula pasir, beberapa gelintir pecinta sepakbola resah karena akal sehat mereka bicara. Bagaimana mungkin seorang narapidana masih memimpin induk organisasi, yang olahraganya amat digandrungi mayoritas rakyat Indonesia, PSSI. Hanya saja, meski warnet menjamur, kala itu orang baru menggunakan internet sebatas email dan chatting, sehingga penyebaran informasi atas ketidaknormalan di tubuh PSSI tidak bergema. Plus, media cetak dan eletronik mengangkat isu itu hanya basa-basi di halaman olahraga. Maka Nurdin Halidpun selamat.
Ketika Nurdin masuk penjara lagi pada 2007 untuk kedua kali karena kasus korupsi tender minyak goreng, orang marah, kenapa mantan narapidana yang dua kali dipenjara masih juga tidak mau melepaskan jabatan sebagai ketua umum PSSI.

Lalu pada 2007 tepat ketika Nurdin terpilih lagi jadi ketua umum, maka PSSI mengakali statuta FIFA agar kekuasaan Nurdin seolah-olah sah. Beberapa media cetak sudah menurunkan berita soal kecurangan ini dan ada yang menjadikannya sebagai headline. Tapi Nurdin tak mundur juga. Kekuasaannya malah makin kokoh karena Nirwan Bakrie juga duduk sebagai wakil ketua. Nurdin juga seorang kader Golkar yang loyal. Jadilah ia The Untouchables Nurdin.

Dan tahun 2011 ini, ketika masa jabatan Nurdin habis dan PSSI ngotot menaruh Nurdin lagi sebagai ketua umum, maka orang benar-benar murka. 

Prita, Alanda, dan Tukang Arum Manis

Prita, Alanda, dan Tukang Arum Manis

Prita Mulyasari akan terus mengingatkan kita akan kekuatan media sosial. Berawal dari keluhannya di mailing list (milis) tentang dugaan malpraktik para dokter di RS Omni Alam Sutra, ia menjadi pesakitan, dan akhirnya bebas setelah netizens melakukan gerakan pembebasan Prita. Mulai dari dukungan moril sebatas grup Facebook dan Twitter, sampai aksi nyata pengumpulan koin yang jumlahnya lebih dari 600 juta untuk biaya denda Prita di pengadilan, dan akhirnya Prita bebas, karena dia memang tidak bersalah, meskipun dokter dan RS Omni merasa namanya dicemarkan.

Prita dipidanakan karena tulisan curhatnya di milis yang juga bagian dari media sosial, maka iapun bebas karena dukungan dari jutaan pengguna media sosial.

Sekarang ada Alanda Kariza. Meski ia tidak bernasib seperti Prita yang dipenjara, namun setali tiga uang, mamanya jadi tersangka berkenaan dengan kasus Bank Century. Sama seperti Prita, ia menulis keluh kesahnya di media sosial yaitu di blog pribadinya www.alandakariza.com. Ibunya dapat hukuman 10 tahun penjara dengan denda 10 milyar. Andai keluarga Alanda hidup berkelimpahan macam keluarga Bakrie, mungkin ibunya tidak akan dipenjara karena sistem hukum Indonesia yang amburadul membuat uang bisa membeli segalanya. Justru karena ibunya tidak bersalah dan hidupnya pun tidak semewah anak yang punya ibu seorang bankir, maka tak ada jalan lain selain menulis isi hatinya di blog.

Media Sosial Bukan Media Selingkuh

Media Sosial Bukan Media Selingkuh

Siapa sekarang ini yang tak punya akun di jejaring  sosial? Kita pasti punya, bahkan murid SD pun sekarang punya, meski belum waktunya. Selain beraktivitas di kantor, rumah, atau kampus, hari-hari terasa belum lengkap tanpa mengintip Facebook, Twitter, Friendster, Foursquare, Koprol, Kaskus, BlackBerry Messenger, dan lain sebagainya itu. Ya, karena bagaimanapun manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan media sosial sebagai salah satu sarana eksistensi diri.

Tapi kita tidak ingin media sosial menguasai hidup kita, kan? Kalau Anda menjawab iya, maka jika Anda sedang kesal dengan suami/istri/pacar Anda sebaiknya  tahan diri untuk mengungkapkannya pada status Facebook atau Twitter atau instant messaging manapun, termasuk BBM atau YM. Tentu saja godaan untuk membuka jejaring sosial demikian besar, apalagi banyak status-status orang yang menggiurkan untuk dikomentari. Tapi kalau Anda sedang marah dengan pasangan Anda tahanlah diri dulu.

Kenapa? Kalau Anda menulis status yang menunjukkan Anda kesal pada pasangan -baik secara metafora, langsung dan tidak langsung- ini akan membuka peluang bagi orang lain untuk memberi komentar yang bisa memperkeruh isi otak Anda. Misal ada yang komentar, "Tenang aja, kita ngopi-ngopi aja yuk, nanti pikiran fresh deh!" atau "Ahh, nanti juga dia maafin kok, laki/perempuan kan emang suka gitu."

Bukan Mafia Antisosial

Bukan Mafia Antisosial

Saat ini sedang ada perang besar yang melibatkan empat klan mafia. Tiap klan punya lebih dari 150 anggota, jadi kurang lebih ada sekitar 600 orang yang terlibat baku tembak dan saling gempur. Empat klan ini  membentuk dua aliansi, jadi dua kelompok melawan dua kelompok lain.

Perang bisa berlangsung sehari atau seminggu, tergantung siapa yang kalah lebih dulu. Anggota klan yang paling banyak menggempur musuh biasanya dapat tambahan senjata atau bonus dari Godfather.
Uniknya perang ini berlangsung secara online di Facebook. Facebook? Ya, di situs jejaring sosial nomor wahid itu. Lho? Ya, keempat klan, bersama dengan puluhan klan mafia lain, memang tergabung dalam Mafia Wars yang dimainkan di Facebook.

Oh, jadi cuma permainan online? Ya, permainan perang antar mafia ini meski sama “sangarnya” dengan mafia betulan tapi sama sekali tak berbahaya, paling-paling hanya butuh biaya internet. Efek yang paling berbahaya “hanyalah” kecanduan login ke Facebook, hehehe!

Mafia Wars adalah salah satu permainan online dari developer Zynga
Bersenang-senang di Facebook

Bersenang-senang di Facebook

Ah Facebook lagi Facebook lagi. Sudah banyak bahasan soal media sosial yang satu ini, kenapa dibahas lagi?

Tunggu dulu, kita bukan akan membahas Facebook tapi kita akan bersenang-senang di Facebook!

Berapa orang dari kita yang bosan dengan Facebook? Cuma update status dan melihat isi status orang-orang yang buat kita terasa "please deh ga penting banget".
Maka mari kita buat Facebook lebih menyenangkan.
Pertama, kalau ingin senang, selalulah buka Facebook dari PC atau laptop. Tampilan Facebook akan utuh terlihat jika dibuka dari PC atau laptop. Kalau dari Facebook for BlackBerry atau Windows Phone atau Mobile Web, tampilan Facebook tidak "seindah" aslinya.

Kemudian tentukan minat Anda. Kalau Anda perempuan yang suka dengan urusan masak-memasak maka bergabunglah dengan grup/page masak yang ada di Facebook. Berinteraksilah pada setiap diskusi yang ada di grup itu. Untuk mengembangkan kemampuan masak-memasak, pilih grup yang punya banyak anggota.