Berburu Pembantu

Berburu Pembantu

Mencari PRT (Pembantu Rumah Tangga) sejak  tahun 2000-an memang susah. Kalau zaman ibu saya dulu pembantu loyal sekali kepada majikannya. Satu pembantu bisa mengabdi di rumah majikan selama belasan tahun, bahkan sampai usianya sepuh. Sekarang boro-boro belasan tahun, betah setahun saja sudah bagus.

Alkisah, meskipun saya kerja di rumah tapi pekerjaan saya tetap punya jam kerja dan deadline susah ditebak kapan datangnya. Untuk itulah saya harus fokus selama jam kerja berlangsung. Sementara itu, karena telah punya bayi maka mengerjakan pekerjaan rumah tangga terasa berat. Belum lagi harus begadang mengurus si kecil. Akhirnya sayapun mencari pembantu.

Suami saya mencari lewat pamannya di Purworejo. Sang pamanpun minta tolong kerabat dan kenalannya untuk mencari calon PRT ke pelosok kampung. Namun sayang, tidak ada satupun yang mau jadi PRT karena mereka lebih suka bekerja di pabrik atau menjadi penjaga toko.

Kemudian ada kandidat lain, usianya 15 tahun lulusan SMP tidak melanjutkan ke SMA kerena tidak ada biaya. Si anak mau jadi PRT di rumah saya namun orangtuanya tidak mengizinkan karena jauh. Orangtuanya hanya mengizinkan jika ia bekerja di (paling jauh) Jogya.

Melahirkan Prematur 31 Minggu

Melahirkan Prematur 31 Minggu




Banyak orang bertanya kenapa saya melahirkan prematur di usia kandungan 31 minggu (usia melahirkan normal adalah 37 - 40 minggu). Tak jarang yang mengira saya kecapekan atau habis jatuh sehingga pecah ketuban dini dan melahirkan prematur. Padahal saya sama sekali tidak kecapekan. Saya kerja di rumah dengan aktivitas bebenah rumah banyak dilakukan suami. Tiap weekendpun kami jarang keluar rumah kecuali untuk belanja keperluan bulanan. Orangtua saya mengira karena saya sering naik motor, padahal jarang sekali, kalaupun naik motor selalu sama suami dan dia mengemudikannya lambat-pelan-selamat.

Kronologinya begini, Minggu dinihari, 19 Februari pukul 01.00 WIB sewaktu akan tidur tiba-tiba saya merasa keluar cairan dari kemaluan. Tidak terasa seperti air seni, tiba-tiba keluar begitu saja. Saya dan suami mengira itu ketuban yang bocor. Tapi karena hanya sedikit saya dan suami mengira kandungan masih baik-baik saja. Pukul 02.00 WIB panggul dan pinggang mulai terasa pegal dan ngilu. Waktu subuhpun tiba dan saya sholat sambil duduk karena tidak kuat kalau harus berdiri, pinggang dan pinggul terasa ngilu. Pukul 08.00 WIB kami ke bidan untuk minta obat penguat kandungan. Tadinya kami akan ke RS Buah Hati Pamulang tempat biasa kontrol kehamilan,  namun karena dokter Rohati tidak praktik hari Minggu maka kami memutuskan ke bidan saja karena tidak ada pikiran bahwa saya akan melahirkan.