Pasar Tradisional Sepi Pembeli Pascakebakaran, Ini Alasannya

Sekarang sudah tidak ada lagi pasar tradisional yang kumuh. Semua pasar sudah bersih karena lantainya  berkeramik, berventilasi, dan tidak ada lagi bau busuk sampah. Apalagi, pasar yang dibangun ulang pascakebakaran, tampilannya kece seperti mal.

Namun, ada satu hal yang mengganjal. Kenapa hampir semua pasar tradisional yang dibangun ulang setelah kebakaran justru lebih sepi daripada saat masih kumuh? Padahal dengan mengunjungi pasar yang bersih dan moderen, belanja juga jadi nyaman, kan?

Kelas Menengah Kebawah


Walau masyarakat kelas atas banyak juga yang berbelanja di pasar (kadang disebut sebagai pasar moderen), tapi pasar tradisional selalu identik dengan tempat belanja masyarakat kelas menengah kebawah.

Itu karena harga sayuran, makanan, sandang, sepatu, dan semua yang ada di pasar sangat terjangkau oleh kantong mereka. Pasar jadi tujuan utama untuk memenuhi semua kebutuhan mereka,

Maka, untuk mengetahui kenapa pasar yang dibangun ulang jadi lebih bagus malah sepi tidak ada yang belanja, kita lihat dari sudut pandang kelas menengah kebawah yang jadi konsumen utama pasar tradisional.

1. Bangunan pasar terlalu tinggi


Sebelum kebakaran, pasar tradisional paling tinggi hanya dua lantai saja. Setelah pasar itu dibangun ulang ada yang tingginya sampai empat lantai.

Orang-orang enggan naik ke lantai atas dan lebih memilih belanja di lantai paling bawah karena mereka ke pasar hanya untuk membeli barang yang paling diperlukan. Setelah selesai, mereka bakal langsung pulang.

Sementara itu di mal, kebanyakan orang datang ke sana bukan untuk belanja kebutuhan pokok, melainkan sekadar cuci mata, nongkrong bersama teman, nonton bioskop, atau belanja produk terbaru kesukaan mereka.

Jadi, orang yang ke mal memang punya waktu untuk "dibuang", tapi tidak demikian dengan orang yang datang ke pasar. Orang ke pasar karena benar-benar mencari barang yang mereka perlukan, bukan untuk bersantai dan menghabiskan waktu.

Itu sebab makin tinggi bangunan mal, makin senang orang memasukinya karena makin leluasa mereka memilih toko dan resto untuk menghabiskan waktu. Namun, makin tinggi bangunan pasar makin enggan orang ke sana karena buang waktu dan tenaga kalau harus naik ke lantai paling atas.

2. Bermunculan lapak dan toko yang menjual dengan harga sama


Orang tidak akan repot pergi ke pasar hanya untuk beli sayur atau sehelai kerudung jika rumah mereka selalu dilewati penjual sayur dan ada toko yang menjual kerudung dekat rumah.

Makanya, walau lokasi pasar berada di tengah kota yang strategis dan bisa dijangkau dari mana pun, daya tarik pasar memudar seiring makin mudahnya orang mencari kebutuhan harian di lapak dan toko dekat rumah.

Pasar (tradisional) masih ramai dikunjungi kalau orang mau masak besar atau cari baju Lebaran atau butuh barang grosiran. 

3. Uang sewa naik


Karena bangunannya sudah bagus, maka uang sewa yang ditetapkan oleh pengelola pasar juga lebih tinggi daripada ketika pasar masih kumuh. Harga sewa yang naik sementara orang yang datang belanja makin sedikit, menyebabkan banyak pedagang menutup tokonya.

Banyaknya toko yang tutup membuat pasar jadi lengang, terutama yang berada di lantai atas. Pasar jadi kurang ramai karena minim aktivitas jual-beli. Kondisi pasar yang lengang dan sepi membuat orang makin enggan datang ke sana karena mayoritas orang lebih suka berada dalam keramaian daripada kesepian.

Suasana sepi juga dapat memunculkan ketakutan di benak orang tentang kemungkinan ada kejahatan yang terjadi ssat sepi.

***

Di kota besar, pasar tradisional yang dibangun ulang pascakebakaran bakal tetap ramai, malah makin ramai karena dibangun juga bioskop rakyat di lantai atasnya. Pasar Santa di Kebayoran Baru, Jaksel, malahan bermetamorfosis jadi tempat hangout.

Akan tetapi, di luar kota besar, pasar yang bagus dan megah justru dijauhi karena dianggap sama dengan mal. Orang kelas bawah minder memasukinya, sementara kelas atas merasa "gak level' belanja ke pasar tradisional.

Walau tidak lagi seramai dulu, pasar tradisional di suatu daerah tetap punya masa di mana pembeli membludak dan pedagang panen laba. Masyarakat menengah kebawah juga masih butuh pasar karena di situlah tempat mereka belanja dengan bahagia tanpa menguras isi kantong.

2 komentar

  1. Wah jadi ingat waktu ikut bantu ibu kulakan di pasar untuk dijual lagi karena ibu buka warung.
    Sekarang ganti antar isteri ke pasar desa hanya untuk kebutuhan dapur.
    Salam hormat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Paling enak memang belanja ke pasar, Ndan. Lengkap dan murah. Terima kasih dan hormat selalu utk Komandan.

      Hapus


EmoticonEmoticon