Gig Worker vs Freelancer: Strategi Cerdas Raih Penghasilan Maksimal
Saya tahu gig worker dari nonton video di YouTube. Host video itu bilang kalau banyak pekerja pabrik di Indonesia di-PHK, tapi akan makin banyak lapangan kerja baru dari gig economy.
Gig Economy adalah model pasar tenaga kerja di mana pekerjaannya jangka pendek (gig) dan dibayar pertugas, bukan sebagai karyawan tetap, bukan juga karyawan kontrak
Pekerja di gig economy dinamakan gig worker. Gig worker adalah seseorang yang bekerja dalam ekosistem gig economy, di mana hubungan kerja berbasis proyek dan tidak terikat pada jam kerja tetap dan struktur perusahaan konvensional.
Gig worker dipertemukan dengan klien atau perusahaan lewat platform digital atau agen yang mengelola pencocokan dan pembayaran.
Beda Gig Worker dan Freelancer
Gig worker juga termasuk freelancer (pekerja lepas), tapi tidak semua gig worker adalah freelancer. Berikut beda gig worker dan freelancer.
1. Negosiasi dengan Klien
Gig worker disebut juga sebagai pekerja independen. Mereka tidak bertemu dan melakukan negosiasi langsung dengan klien, melainkan lewat platform, aplikasi, atau agen digital seperti ojek online atau blogger yang menjual backlink. Mereka menerima pekerjaan yang ditawarkan platform, menjalankan tugas, lalu berpindah ke gig berikutnya setelah selesai
Sedangkan freelancer disebut juga sebagai profesional mandiri, misal di bidang desain, kepenulisan, atau pengembangan software. Freelancer bertemu langsung dan bernegosiasi dengan klien. Mereka menetapkan tarif sendiri, memilih proyek, dan membangun portofolio jangka panjang.
2. Kemampuan dan Spesialisasi
Gig worker cenderung melakukan tugas yang bersifat operasional atau rutin, dengan skill terapan pada level tertentu. Sedangkan freelancer umumnya menawarkan keahlian khusus yang terus dikembangkan, semisal copywriting, UI/UX, animasi, dan lainnya.
3. Sumber Pekerjaan dan Kontrol
Gig worker dapat klien dari aplikasi atau platform otomatis. Saya beberapa kali dapat order dari Seedbacklink dan Kompasiana. Tarif ditentukan oleh penyedia platform, kita tinggal pilih mau menerima atau menolak tawaran tersebut.
Upah yang kita terima akan dipotong untuk komisi (biaya administrasi) penyedia platfrom atau agensi. Biasanya sebesar 25%.
Sementara itu freelancer lebih punya kontrol terhadap tarif dan tugas yang diberikan kepadanya. Kalau pekerjaan itu dirasa kurang sesuai dengan portofolionya, dia bisa menegosiasikan hal tersebut kepada klien. Hal ini tidak bisa dilakukan oleh gig worker.
Kalau kita butuh fleksibilitas tinggi dan cepat tanpa harus repot cari klien, maka gig work jadi pilihan utama. Kemudian kalau ingin membangun reputasi profesional, mengatur tarif sendiri, dan mengejar proyek kreatif jangka panjang, maka jadi freelancer lebih pas.
Contoh Pekerjaan Gig Worker
Berikut beberapa jenis pekerjaan gig work yang umum ada di Indonesia.
- Driver ojek online (Gojek, Grab) dan kurir pengantaran makanan/paket (GoSend, GrabExpress).
- Content writer, copywriter, penulis blog, dan wartawan lepas.
- Desainer grafis, desainer web/UI-UX, serta animator dan video editor lepas.
- Software engineer/pengembang perangkat lunak, data scientist, network analyst.
- Asisten virtual, project manager lepas, juga penerjemah (translator).
- Pekerja kebersihan/rumah tangga on-demand dan pengantar makanan.
Statistik
Saat ini gig worker di Indonesia belum memiliki payung hukum. Status mereka lebih sering dicatat sebagai mitra sehingga tidak mendapatkan perlindungan sosial layaknya pekerja formal.
Menurut data Bloomberg, sekitar sepertiga dari dari 127 juta angkatan kerja di Indonesia termasuk gig worker. Pertumbuhan platform seperti Gojek dan Grab turut mendorong angka ini naik hingga 26% dalam setahun terakhir.
Platform seperti KliknClean atau Sayurbox juga ikut membangun gig economy di bidang kebersihan dan pengantaran buah-sayuran.
Beda Gig Economy dan Ekonomi Tradisional
Apakah blogger termasuk gig worker?
Masa Depan Penulis di Gig Economy
Data BPS mencatat pekerja lepas di Indonesia sudah mencapai 46,47 juta orang (sekitar 32% angkatan kerja). Penulis (novelis, penulis buku nonfiksi, cerpenis dsb) serta blogger merupakan bagian dari angka tersebut.
Gig economy diprediksi akan terus tumbuh seiring naiknya permintaan konten digital untuk e-commerce, edutainment, hingga kampanye sosial. Apalagi perusahaan kini lebih suka bayar per-proyek (artikel, e-book, newsletter) ketimbang jaga tim in-house, karena biaya fleksibel dan hasil terukur.
Penulis yang mampu menggabungkan keahlian menulis, data, dan kreativitas multimedia akan bertahan dan banyak dicari di industri konten sekaligus di ekosistem gig economy.
Posting Komentar untuk "Gig Worker vs Freelancer: Strategi Cerdas Raih Penghasilan Maksimal"
Posting Komentar