Widget HTML #1

Ide Nulis Mendadak Muncul? Lakukan Freewriting Supaya Tidak Hilang

Para penulis biasa melakukan freewriting saat tiba-tiba menemukan ide di jalan, tempat wisata, stasiun, atau di mana pun. Untuk mengingat supaya ide tidak hilang, mereka menulis seingatnya saja. Lompat-lompat kalimat, tidak pakai paragraf, bahkan banyak kata yang disingkat-singkat.

Ide nulis muncul mendadak dengan freewriting

Menulis bebas tanpa memperhatikan tata bahasa, ejaan, judul, dan struktur seperti itu dinamakan freewriting. Kita cuma perlu fokus menuangkan ide ke dalam kertas atau aplikasi menulis di ponsel semisal Notes atau Word.

Keutamaan freewriting adalah membantu penulis memecah kebuntuan kreatif (writer’s block) dengan cara menulis terus-menerus tanpa jeda atau sunting (edit).

Menjaga Ide 

Sesuai namanya, menulis bebas berguna saat sedang tidak memungkinkan untuk menulis, tapi ide tiba-tiba muncul. 

Saat menulis bebas kita tidak perlu memikirkan struktur kalimat dan tata bahasa karena yang penting ide itu tertuliskan dulu. Menulis secara acak apa yang ada di pikiran gunanya menjaga supaya ide tidak hilang.

Kadang ide sering datang secara spontan tanpa direncanakan, bahkan saat kita sedang dalam kendaraan umum, mau tidur, bahkan saat sedang di WC. Kalau cuma diingat-ingat dan diniatkan, ide itu akan hilang dalam beberapa menit karena pikiran kita sudah terlalihkan dengan rutinitas dan hal yang lebih prioritas.

Nanti saat situasi dan kondisinya sudah memungkinkan untuk menulis, barulah kita rapikan dan perbaiki kosakata, kalimat, struktur, dan lain-lain sesuai kaidah kepenulisan. 

Waktu Spontan

Meski menulis dengan bebas tanpa memperhatikan tata bahasa dan kaidah, freewriting juga ada batasannya yang berkaitan dengan waktu. Kita harus menetapkan waktu menulis secara spontan berapa lama.

Lima menit, sepuluh menit, atau maksimal 30 menit. Kenapa tidak lebih dari 30 menit? Namanya juga nulis spontan saat ide tiba-tiba muncul jadi tidak perlu lama-lama. Kita sedang tidak dalam kondisi bisa menulis, jadi singkat saja hanya sekadar supaya tidak kehilangan ide dan buah pikiran.

Kalau freewriting lebih dari 30 menit akan mengganggu hal utama yang sedang kita kerjakan.

Pelopor Freewriting

Menulis bebas tanpa kaidah ternyata sudah ada sejak 1930-an. Semua pelopornya kebetulan dari Amerika Serikat karena sejak lama di tiap kampus di AS ada tradisi menulis kreatif dan workshop kepenulisan.

Lingkungan akademik seperti itu juga mendorong eksperimen metodologi penulisan, termasuk teknik freewriting sebagai langkah awal proses kreatif. Berikut pelopor freewriting yang paling dikenal.

1. Dorothea Brande

Wartawan, penulis fiksi, dan penyunting ini tinggal di New York dan menyarankan latihan menulis singkat setiap hari dalam buku Becoming a Writer (1934). Dorothea Brande meninggal tahun 1948 di Boston dan Becoming a Writer karyanya masih dicetak sampai sekarang.

Doroteha juga menulis Wake Up and Live! yang berisi tentang  formula sederhana supaya pembaca mengatasi rasa takut dan kebiasaan menunda melakukan sesuatu.

2. Peter Elbow 

Kemudian ada Peter Elbow, profesor Bahasa Inggris di University of Massachusetts Amherst dan menjabat Direktur Writing Program dari 1996 hingga 2000. 

Elbow dikenal sebagai pelopor freewriting melalui bukunya Writing Without Teachers (1973) yang membebaskan praktik menulis. Dia juga menulis Writing With Power (1981) yang salah satu isinya tentang menulis saat pikiran “istirahat” dari tugas menulis.

Peter Elbow wafat pada 6 Februari 2025 di Seattle. 

3, Julia Cameron 

Pelopor freewriting lainnya ada Julia Cameron yang mempopulerkan teknik Morning Pages dalam bukunya The Artist’s Way (1992). 

Morning Pages adalah metode freewriting di mana kita menulis tiga halaman aliran kesadaran (stream-of-consciousness) setiap pagi, tanpa menyunting atau mengedit sama sekali. Tujuannya untuk mengeluarkan semua pikiran pengganggu sebelum memulai aktivitas hari itu.

Aliran kesadaran adalah konsep yang pertama kali diperkenalkan oleh psikolog William James pada akhir abad ke-19 untuk menggambarkan cara pikiran manusia bekerja sebagai rangkaian pengalaman mental yang terus-menerus mengalir, di mana gambaran, emosi, persepsi, dan ide saling tumpang-tindih tanpa terputus. 

Kalau harus menulis tiga halaman tiap pagi rasanya bukan freewriting lagi, ya, karena Itu sudah sekitar 800 kata. Sudah jadi satu artikel. Metode ini mungkin cocok dilakukan oleh generasi jadul seperti Gen X dan Milenial yang dulunya menghabiskan pagi dengan membaca koran, mendengar radio, atau menonton TV berita.

Kalau diterapkan oleh Gen Z sudah tidak cocok jamannya karena hidup mereka sudah serba videolisme alias memulai hari dan menghilangkan pikiran mengganggu lewat streaming YouTube, Reels Instagram, atau Tiktok. Kesukaan menulis jadi makin menipis. 

Contoh Freewriting

Gunakan aplikasi di ponsel semisal Notes, Word, OmmWriter, atau iA Writer. Bisa juga kita menggunakan jurnal saku atau post-it warna-warni untuk menulis ide secara singkat dan padat.

Berikut contoh kata dan kalimat freewriting yang disunting jadi rapi jadi paragraf utuh.

taman sore ini rame orang joging, bau rumput basah, pedagang keliling jual es kelapa muda, suara klakson motor lewat terus, saya duduk sambil ngetik pikiran, tentang perempuan di bangku seberang, rambutnya tertiup angin, dia menulis di buku catatan kayak aku, entah apa ceritanya tiba-tiba teringat masa lalu dan hujan pun turun.

Setelah disunting:

Sore itu, taman dipenuhi pelari yang menebar tawa dan pedagang kelapa muda yang ramah menawarkan segarnya es kelapa. Bau rumput basah menyelinap di antara hembusan angin, sementara deru motor kadang memecah kesunyian. 

Di bangku seberang, seorang perempuan menunduk menulis di buku catatannya; rambutnya tertiup lembut oleh angin sore. Tanpa terasa, kenangan masa lalu melintas dalam pikiranku, bertepatan dengan rintik hujan yang mulai menetes di ujung daun. 

Untuk Fiksi atau Nonfiksi?

Freewriting bisa diterapkan di semua jenis tulisan fiksi (cerpen, puisi, novel, lirik lagu) dan nonfiksi (esai, jurnal harian, artikel in-depth, ulasan) esai:

Contoh freewriting untuk artikel esai: 

tiba2 inget diskusi tentang pembelajaran daring, kadang murid di kota sibuk zoom dari pagi sampai sore sementara di desa cuma satu atau dua yang kebagian sinyal dan pakai video lemot jadi sering putus terus guru jadi frustasi dan mereka pakai chat whatsapp aja tapi itu juga belum optimal sebenarnya tantangannya bukan cuma akses tapi juga motivasi siswa yang kadang lebih tertarik main game atau scroll tiktok, lalu bagaimana peran orangtua mendampingi kalau orangtua juga sibuk kerja dan kurang paham teknologi juga muncul ide untuk memadukan model hybrid tapi apa sudah ada contoh di Indonesia, lalu kalau hybrid pakai blended learning model apa bisa diterapkan di sekolah bawah naungan kemendikbud apakah ada panduan, terus inget proyek literasi di kampung halaman yang dialihkan via radio komunitas karena kelebihan radio bisa nyampe ke sudut gunung tanpa perlu paket data, mungkin itu bisa jadi solusi sementara sambil menunggu infrastruktur diperbaiki, tapi kalau solusi sementara malah bikin malas investasi jangka panjang, gimana ya caranya memastikan pembelajaran jarak jauh enggak cuma darurat tapi juga berkelanjutan

Setelah rapi tersusun jadi paragraf:

Pembelajaran daring di Indonesia kini memperlihatkan ketimpangan yang tajam. Di kota, murid bisa berjam-jam mengikuti Zoom dari pagi hingga sore, sedangkan di desa hanya satu atau dua siswa yang kebagian sinyal. Itu pun sering terputus yang membuat guru akhirnya beralih ke chat WhatsApp, Itu juga belum optimal.

Selain masalah akses, rendahnya motivasi murid saat belajar online juga membebani efektivitas pembelajaran. Murid lebih tertarik main game atau menggulir TikTok, apalagi murid yang orangtuanya sibuk bekerja atau tidak paham teknologi. 

Gagasan pembelajaran hybrid atau blended learning jadi tampak menjanjikan. Sayangnya, belum ada panduan resmi Kemendikbud untuk implementasi di SD. Sebagai alternatif jangka pendek, proyek literasi via radio komunitas di kampung dan pedesaan membuktikan kekuatan media analog yang tanpa kuota dano dapat menjangkau hingga sudut gunung. 

Tantangannya kini adalah merancang solusi yang tak hanya mendesak, melainkan j uga mendorong investasi infrastruktur dan menjamin keberlanjutan pembelajaran jarak jauh. 

***

Freewriting bisa digunakan dalam jenis tulisan apapun, termasuk dalam menulis kreatif sebagai teknik pelatihan yang menitikberatkan pada kebebasan ekspresi dan imajinasi. 

Yang penting nulis dulu, soal rapi tidaknya dan sesuai dengan tata bahasa atau tidak, itu belakangan. Freewriting adalah cara gampang menjaga ide menulis tidak hilang untuk dikembangkan saat kita ada waktu.

Posting Komentar untuk "Ide Nulis Mendadak Muncul? Lakukan Freewriting Supaya Tidak Hilang"