Mau Buka Jastip? Hindari Ongkos yang Menyamai Harga Barangnya

Jasa titip (jastip) sudah jadi bisnis berprospek cerah. Usaha jasa titip mulai booming saat Miss Jinjing alias Amelia Masniari kerap jadi personal shopper yang membelikan barang-barang mewah untuk para pembeli yang tidak sempat ke luar negeri.

Selain itu Amelia memang hobi belanja, jadi pengetahuannya tentang barang branded juga mumpuni.

Yang dilakukan Miss Jinjing ini adalah jenis personal shopper. Personal shopper beda dengan direct selling seperti yang banyak dilakukan individu dan perusahaan jastip yang kini bertebaran di internet dan sosmed.

Menurut Ditjen Pajak Kemenkeu, ada dua jenis jastip:

1. Direct Selling alias penjualan langsung, yaitu proses penjualan barang pesanan yang dititipkan oleh pembeli ke penjual jastip. Penjual jastip dapat keuntungan dari selisih harga beli dengan harga jual.

2. Personal Shopper atau penitipan pembelian, yaitu proses penjualan barang pesanan yang dititipbelikan oleh pembeli ke penjual jastip.

Perbedaan personal shopper dengan direct selling


1. Cara Belanja. Seorang personal shopper tidak menawarkan barang dagangannya. Dia akan membelikan barang sesuai yang diinginkan klien.

Personal shopper biasanya sudah punya klien tetap. Klien tetap itu akan merekomendasikan si personal shopper kepada orang-orang yang ada di lingkaran pertemanan dan persaudaraan si klien.

Sesuai namanya, personal shopper hanya membelikan barang jika dia diminta untuk belanja (tukang belanja pribadi). Walau personal shopper identik dengan membelikan barang mewah, ada juga personal shopper yang membelikan buku impor, perlengkapan masak, atau furnitur, 

Sedangkan pada direct selling, si penjual menawarkan barang dagangan yang akan dibelinya kepada semua orang, baik yang dikenalnya dan yang tidak.

Sebagai contoh, penjual jastip direct selling akan pergi ke Yogya. Dia menawarkan apakah ada yang mau nitip dibelikan Gudeg Yu Djum dan Bakpia Ruminten. Bila ada yang minat, dia akan membelikan barang itu. Bila tidak ada, ya, tidak jadi jastip.

Saat ini direct selling sudah dilakukan juga oleh perusahaan-perusahaan jastip. Sementara itu, personal shopper masih dilakukan oleh individu.

2. Laba. Personal selling dapat upah dari klien sesuai kesepakatan mereka. Ongkos transportasi (dan akomodasi, bila diperlukan) ditanggung klien. Upah yang diterima personal shopper sesuai kualitas dan harga barang yang dibelinya.

Misal, si A diminta oleh B untuk membelikan sepatu Jimmy Choo di Harods, London, tentu saja dia diupah lebih besar daripada bila diminta membelikan Jimmy Choo di Plaza Indonesia.

Sementara penjual jastip direct selling dapat laba dari selisih harga barang ynag dijualnya. Bila harga barang yang dibelinya sebesar Rp50.000, maka dia akan menjual kepada pembeli seharga Rp55.000 - Rp57.500.

Kok kecil banget selisihnya?

Kebanyakan jastiper (orang yang menerima jasa titip) hanya mengutip 10 persen dari harga barang, maksimal 20 persen. Itu sebab jastiper direct selling mengharapkan banyak orang yang nitip. Makin banyak yang nitip, makin besar laba yang diperoleh.

3. Konsumen. Pembeli direct selling lebih beragam daripada personal shopper, dari semua kalangan. Dia bisa menawarkan dagangannya kemana pun yang dirasanya punya pembeli potensial.

Konsumen personal shopper hanyalah orang yang sudah kenal dan percaya padanya. Walau sama-sama membuituhkan kredibilitas, jastiper direct selling lebih mudah mencari konsumen daripada personal shopper. 

Personal shopper harus membangun jaringan dengan komunitas tertentu supaya dipercaya bahwa dia mampu mencarikan barang yang diinginkan konsumen.

Ingat hal berikut bila ingin memulai Jastip


1. Jadikan jastip hanya sebagai sampingan. Jastiper perorangan, terutama di kota besar, harus bersaing dengan perusahaan jastip dan jastiper yang sudah lebih dulu ada. 

Jastip yang paling mudah adalah menawarkan ke tetangga, teman pergaulan, lingkungan kampus, kerabat, atau lingkungan orang tua di sekolah anak.

Jastip bisa dijadikan mata pencaharian utama jika Anda sudah punya jaringan luas dari beragam kalangan sehingga bisa menjual macam-macam produk dari yang murah sampai mahal

Ilutrasi belanjaan titipan (Pixabay)
Bila jastip dijadikan mata pencaharian utama, Anda akan tergoda memasang ongkos mahal demi memenuhi biaya hidup sehari-hari.

2. Hindari mengutip ongkos terlalu besar yang hampir menyamai harga barangnya. Maukah kita mengeluarkan uang banyak hanya untuk barang yang sebenarnya tidak spesial-spesial amat?

Misal, harga sepotong Dodol Betawi yang ingin Anda jual seharga Rp35.000, total harga yang harus dibayar pembeli kepada Anda jumlahnya Rp50.000. Itu berarti Anda mengutip ongkos lebih dari 40 persen! Terlalu besar. 

Anda boleh mengutip ongkos sebesar itu jika Anda seorang personal shopper, bukan direct selling. Personal shopper dapat mengutip ongkos sebesar itu (sesuai kesepakatan dengan klien) karena bermacam alasan, misal dia harus antre lama untuk membeli suatu barang, atau dia harus pesan dan bayar biaya pre-order kepada penjualnya.

Kutiplah ongkos jastip direct selling yang masuk akal di angka 10-15 persen dari harga barang. Mengutip 20 persen masih masuk akal, tapi amat jarang jastiper yang menerapkannya.

3. Buat spesialisasi awal. Seperti penulis, jastip juga perlu punya spesialisasi.

Anda bisa memilih spesialis menjual barang luar negeri, buku impor, buku bekas, makanan khas, atau baju dan aksesoris. Menjual barang apa saja (palu gada/apa lu mau gua ada) boleh saja jika Anda sudah punya basis konsumen loyal.

Konsumen loyal cenderung membeli apa saja yang Anda tawarkan karena sudah percaya pada kemampuan Anda menilai lezat tidaknya makanan atau bagus tidaknya suatu barang.

4. Perhatikan pajak dan bea jika ingin membuka jastip dari barang yang di jual di luar negeri. 

Bea cukai menetapkan total barang yang dibawa masuk ke Indonesia tidak kena bea, maksimal bernilai US$500. Jika total barang pribadi yang dibawa dari luar negeri lebih dari US$500 (sekitar Rp7.000.000) maka kelebihannya akan dipungut bea masuk.

Cermati ongkos yang akan dibebankan kepada pembeli, jangan sampai terlalu murah atau terlalu mahal.

Alasan orang membeli lewat jastip


Ada banyak alasan orang memilih membeli lewat jastip daripada langsung ke lokapasar atau beli sendiri ke tokonya. Alasan paling umum adalah:

1. Murah. Biasanya berlaku untuk barang branded. Walau ditambah ongkos kirim, total harga suatu barang bisa jauh lebih murah dari harga, bila barang itu juga dijual, di dalam negeri. Paling umum berlaku buat baju, sepatu, dan tas.

2. Barang atau makanan yang ditawarkan tidak ada di daerah tempat tinggal. Membeli lewat jastip adalah pilihan paling hemat daripada pergi ke suatu tempat hanya untuk membeli barang tertentu, kecuali Anda berkantong tebal.

3. Kasihan. Ada kalanya orang membeli barang yang kita tawarkan bukan karena benar-benar mau atau butuh, melainkan kasihan. Ini terjadi bila para langganan tahu si penjual mengandalkan jastip sebagai mata pencaharian. 

***

Jastip, seperti halnya pekerjaan lain, juga harus disesuaikan dengan karakter pelakonnya. Bila Anda suka bergaul, senang traveling dan tidak keberatan membawa sejibun barang titipan saat bepergian, berarti Anda sedikitnya Anda cocok jadi penjual jasa titip.


0 komentar

Posting Komentar