Bekerja jadi Personal Shopper, Mau Profesional atau Asal-asalan?

Personal shopper, menurut pengertian formal dari Ditjen Pajak RI, adalah proses penjualan barang pesanan yang dititipbelikan oleh pembeli ke penjual jastip (jasa titip). 

Dengan kata lain, personal shopper adalah orang yang diminta oleh seseorang atau kelompok untuk membelikan barang yang mereka inginkan.

Ojek online yang membuka layanan Gofood, Goshop, Grabfood, dan Grabkios juga termasuk personal shopper. Itu sebab Anda harus membayar ongkos kirim dan platform fee jika menggunakan jasa lewat aplikasi, karena driver dan pembuat aplikasi bertindak sebagai "tukang belanja" dan perantara.

Ilustrasi personal shopper (Pixabay/Mohamed_Hassan)
Di Eropa dan Amerika, selain dilakukan oleh individu-individu, sebagian dari personal shopper adalah karyawan yang bekerja di department store atau jaringan ritel tertentu. Mereka sering dimintai tolong oleh pelanggan tetap toko tersebut untuk membelikan produk keluaran terbaru dari toko tempat mereka bekerja.

Toko-toko ritel branded di Indonesia kini juga sudah ada yang seperti itu. Karyawan sales atau marketing mereka dapat merangkap juga sebagai personal shopper untuk para langganan.

Walau si personal shopper adalah karyawan toko ritel, pembeli tetap harus memberi uang jasa kepadanya. Kalau barang itu diantar ke rumah kita oleh si personal shopper (bukan kurir), kita juga harus mengganti ongkos transportasinya.

Itu sebabnya personal shopper punya penghasilan lebih besar daripada orang yang membuka jastip model direct selling (klik disini tentang jastip direct selling)

Cara kerja personal shopper


Personal shopper profesional bukan cuma tukang belanja, dia juga bertindak sebagai konsultan pribadi yang profesional. 

Konsultan pribadi artinya kita memberi masukan dan dapat bertukar pikiran dengan klien tentang toko, produk, atau barang yang menarik minat mereka. Semuanya disesuaikan dengan kepribadian dan kesukaan klien.

Umumnya personal shopper diperlukan oleh orang-orang kaya, jadi kita tidak harus memberi masukan soal perbandingan harga antartoko atau antarmerek jika tidak diminta. Orang kaya kadang sensitif soal harga karena mereka tidak suka dianggap tidak punya duit.

However, jika klien kita orang kaya baru (OKB) atau dari kalangan menengah, bolehlah memberi masukan soal harga kepada mereka.

Profesional disini juga punya arti bahwa kita bebas bicara apa saja tentang suatu produk, tapi urusan lain diluar barang yang akan dibeli, tidak boleh kita ikut membicarakannya dengan klien.

Personal shopper harus paham mana saja yang jadi batas pribadi klien. Bila klien masih ada hubungan kerabat, profesionalitas itu tetap perlu kita terapkan.

Yang harus dilakukan personal shopper jika ingin profesional


1. Punya pengetahuan tentang produk atau barang yang akan dibeli. Materialnya terbuat dari apa, pilihan warnanya apa saja, atau perancangnya siapa. 

Maka itu seorang personal shopper biasanya juga orang yang suka belanja atau suka makan

Misal diminta tolong membeli makanan, personal shopper juga harus tahu apa makanan itu mengandung bahan yang memicu alergi pada klien atau tidak. Kehalalan makanan juga harus diinformasikan kepada klien muslim, walau mereka tidak menanyakannya.

2. Mau berkomunikasi dengan berbagai cara kepada klien, entah lewat email, telepon, pesan singkat, pesan instan, atau tatap muka. Apapun jenis komunikasi yang diinginkan klien harus dipenuhi oleh personal shopper.

3. Penampilan rapi bila bertemu klien. Halah, cuma buat belanja doank buat apa penampilan rapi.

Yang dimaksud rapi disini bukan ala orang kantoran. Rapi berarti rambut tidak acak-acakan, jilbab rapi, pakai kemeja atau blus, bukan kaos oblong. Pakai sandal apapun boleh asal bukan sandal jepit (slipper).

Walau klien tidak mempermasalahkan penampilan, orang yang rapi lebih enak dilihat daripada yang berpenampilan asal-asalan, bukan?

Bagaimana memulainya jika ingin jadi personal shopper?


1. Sabar dan mau lebih banyak mendengarkan daripada bicara. Kita belanja buat klien bukan diri sendiri, jadi keinginan klien harus diutamakan daripada keinginan sendiri terhadap suatu barang.

2. Tidak pemalu dan pastikan kamu bukan introvert. Orang introvert perlu banyak waktu untuk menyendiri guna mengumpulkan kembali energi positifnya. 

Personal shopper haruslah orang ekstrovert karena selain bergaul dengan klien dengan beragam karakter, bila diperlukan personal shopper juga harus berkomunikasi dengan pramuniaga atau manajer toko tempatnya belanja.

3. Perkenalkan jasamu sebagai personal shopper ke orang-orang di lingkaran terdekat dulu, misal teman kampus, teman kerja, anggota perkumpulan, atau kelompok arisan dan keagamaan.

Pada tahap awal hindari menawarkan jasa pada keluarga. Keluarga bisa jadi pihak yang paling mendukung, sekaligus pihak yang paling menghambat. Di sisi lain memulai bisnis dengan mengandalkan keluarga membuat kita mudah terlena dan kurang termotivasi karena merasa usaha yang kita lakoni baik-baik saja.

Kecuali keluarga besarmu adalah keluarga Bakrie, Jokowi, atau Erick Thohir, mulailah bisnis dengan tidak mengandalkan keluarga.

3. Kamu juga bisa memulainya dengan membelikan barang-barang "murah dan biasa" untuk klien, seperti buku, sepatu sneakers desain khusus, mainan anak edisi terbatas, atau bahan makanan impor.

Apakah jasa personal shopper masih dibutuhkan padahal sudah banyak lokapasar bermunculan dan menawarkan bebas ongkir serta cashback?

Masih. Orang-orang berkantong tebal dan yang super sibuk selalu butuh personal shopper untuk membelikan mereka barang-barang branded, berkualitas, dan yang sesuai kepribadian mereka.

Orang-orang yang hobi barang antik, tapi tidak punya waktu atau tidak mau repot membelinya ke lokasi juga perlu jasa personal shopper.

***

Kalau kamu senang belanja, ingin jadi personal shopper, tapi merasa sulit mencari klien, kamu bisa bekerja di perusahaan penyedia jasa titip. 

Nama perusahaan penyedia jasa titip dan alamatnya bisa dicari di mesin pencari, ya.

0 komentar

Posting Komentar