Laksmi Pamuntjak, Fall Baby dan Pecut Untuk Pengarang

Sebelum mengarang novel, Laksmi Pamuntjak telah lebih dulu dikenal sebagai kolumnis kuliner, film, sastra, musik klasik, dan politik di Majalah Tempo dan The Jakarta Post sejak 1994.

Novelnya yang berjudul Aruna dan Lidahnya diadaptasi jadi film dibintangi Dian Sastro dan Nicholas Saputra. Tetapi, menurut saya, konflik dan alur cerita versi filmnya justru lebih bagus daripada novelnya. Hemm~, mungkin karena faktor Dian dan Nicholas serta Oka Antara dan Hannah Al Rasyid.

Novel Aruna dan Lidahnya sukses membuat pembaca ngiler dan kelaparan selama membaca novel tersebut. Padahal tokoh utamanya, Aruna, bukanlah chef, koki, atau pakar kuliner melainkan epidemiolog (ahli wabah) yang sedang menyelidiki penyebaran flu unggas di Indonesia.

Sebelum Aruna dan Lidahnya, Laksmi telah menulis buku Jakarta Good Food Guide dan novel Amba.

Seperti pengarang lainnya yang punya spesialisasi, Laksmi juga nampak condong ke kuliner sebagaimana yang sering dia tulis dalam kolom di The Jakarta Post dan yang tertuang dalam situs pribadinya.

Tetapi, dia pun punya passion pada seni rupa maka terbitlah novel yang lebih rumit dari Aruna dan Lidahnya. Novel tentang seni rupa, politik, dan sosial dia beri judul Fall Baby.

Tanpa dia duga Fall Baby memenangkan penghargaan di Best Literary Work di ajang Singapore Book Awards 2020.

Jangankan Laksmi, penerbitnya pun terkejut karena mereka penerbit baru yang mulai menerbitkan buku tahun 2019.

Semua pengarang (cerpenis, novelis, penyair) punya kesempatan sama seperti Laksmi. Laksmi “baru” mengarang dua novel sebelum Fall Baby dan dia sempat merasa tidak percaya diri karena belum berpengalaman membuat novel.

Pun jika mahir berbahasa asing tulis saja karya dalam bahasa itu, meskipun menulis dalam bahasa yang bukan bahasa ibu tantangannya bisa dua kali lipat lebih besar.

Totalitas menyalurkan passion kuliner dan seni rupa yang Laksmi tuangkan ke dalam novel patut jadi inspirasi para pengarang pemula.

Tetapi kenapa dapat penghargaannya di Singapura? Karena Laksmi menulis Fall Baby memang dalam bahasa Inggris yang diterbitkan oleh penerbit Random Penguin House SEA. Pada Agustus 2020 Fall Baby telah terbit dalam terjemahan bahasa Indonesia dengan judul Kekasih Musim Gugur dan bahasa Jerman berjudul Herbstkind. 

Unik ya, pengarang Indonesia, menulis novel aslinya dalam bahasa Inggris lalu novel tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Untuk soal seni rupa ini Laksmi melakukan riset seni rupa kontemporer kepada Djoko Pekik, I Gusti Ayu Kadek Murniasih, S. Sudjojono, bahkan sampai ke Jerman.

Ya, pengarang memang harus melakukan riset untuk apapun yang dia tulis. Imajinasi saja tidak cukup. Andrea Hirata pun memerlukan waktu sampai dua tahun hanya untuk riset novel Guru Aini.

Riset pustaka kecil-kecilan bisa ditemukan lewat Google. Untuk keperluan riset mendalam dan detail  butuh kontak dengan ahlinya atau minimal dengan orang yang paham akan hal tertentu. Ini jugalah mungkin yang membedakan penulis dengan pengarang.

Seorang pengarang harus mencari sendiri data yang dia perlukan, sedangkan penulis bisa menggunakan data yang sudah tersedia di hadapannya.

Novel Fall Baby merupakan lanjutan kisah dari novel Amba. Tokoh utama Fall kisah bernama Srikandi atau biasa dipanggil Siri. Siri adalah anak Amba dan Bhisma yang lahir diluar nikah. 

Siri mengalami berbagai pergolakan sejak dari Jerman sampai Indonesia. Mulai dari pertemuan dengan ayah kandungnya sampai pamerannya di Jakarta yang ditolak karena dinilai melanggar norma susila.

Inspirasi Laksmi Pamuntjak bukan hanya ditujukan untuk penulis fiksi saja namun juga pecut untuk guru, dosen, wirausahawan, dan profesi lain untuk terus menulis apapun yang jadi hasrat dan kesukaannya.

4 komentar

  1. Ikut hadir untuk menikmati tulisan apik ini mbak Yana☺️πŸ‘

    BalasHapus
  2. Balasan
    1. Halo Bu Nursini. Terima kasih sudah mampir 😊

      Hapus


EmoticonEmoticon