Rumah Tangga Tanpa Pembantu? Jangan Ragu

"Sekarang susah cari pembantu ya."
Begitu keluhan ibu-ibu rumah tangga di banyak kesempatan. Mereka saling menyesalkan betapa langkanya pembantu rumah tangga yang tidak mainan HP, pacaran, dan bawa lelaki ke rumah.

Ya memang begitulah faktanya. Sebagaimana saya pernah menulis bahwa distribusi pembantu sekarang dikuasai banyak mafia berkedok yayasan atau agen, tumbuhnya ekonomi di banyak daerah juga salah satu penyebab susahnya mencari pembantu yang cekatan, jujur, dan tidak neko-neko.

Namun sebelumnya saya ingin menyentil banyak orang yang mengubah istilah pembantu rumah tangga (PRT) menjadi asisten rumah tangga (ART), saya tetap menggunakan kata "pembantu" karena kalau asisten (asal kata assist>assistance>assistant>membantu) berarti dia punya kewenangan, walau tidak besar, untuk mewakili atau berbicara atas nama majikan saat si majikan berhalangan. Maukah Anda kalau si mbak mengurus pembayaran sekolah anak, listrik, telepon, atau kartu kredit sementara Anda asyik shopping di mal? Jika Anda menjawab ya berarti Anda belum paham hidup berumah tangga. Dengan demikian istilah pembantu rumah tangga lebih tepat jika Anda perlu orang untuk bersih-bersih, mencuci, menyetrika dan lainnya. Anda boleh menyebut ART jika Anda mau bergantian dengan si mbak mengurus rumah, tapi jika Anda menyerahkan sepenuhnya urusan tetek bengek memasak, menyapu-mengepel lantai, mencabut rumput di pekarangan juga membersihkan debu dan kotoran didalam rumah dan lainnya maka Anda baiknya menyebutkan dengan PRT.

Beberapa kawan saya yang hidup di luar negeri pernah berbagi cerita. Mereka sewaktu tinggal di Indonesia mau apa-apa tinggal perintah dilayani pembantu, tapi ketika hidup di luar negeri, boro-boro tinggal perintah, semua harus dikerjakan sendiri. Kalau didiamkan ya tidak selesai-selesai, malah menumpuk. Kenapa demikian? Karena upah pembantu di luar negeri sangat mahal, sekitar 80 - 100 dolar perjam, jadi kalau bukan orang kaya ya harus bisa mengurus rumah tangga tanpa pembantu. Ekonomi mereka, untuk ukuran orang barat, bukan termasuk kaya raya.


Yang memudahkan adalah, di luar negeri banyak day care (tempat penitipan anak) di sekitar rumah. Tersedia pula remaja-remaja SMA atau mahasiswa yang bersedia dibayar perjam untuk menjaga anak-anak saat orangtua tidak di rumah. Hanya saja untuk menjaga bayi tidak bisa minta bantuan mereka karena remaha SMA dan mahasiswa tidak punya kemampuan merawat bayi. Biasanya orangtua minta tolong tetangga bahkan dibawa ke kantor atau kampus. Kalau ada duit lebih mereka menyewa tenaga nanny. Nanny punya keterampilan merawat bayi dan mengasuh anak sementara baby sitter hanya menjaga. Tapi, lagi-lagi, gaji nanny lebih mahal dari gaji maid (PRT). Kalau begitu bukannya lebih enak disini? Kita mau kemana-mana tinggal minta orangtua atau mertua untuk mengasuh anak. Ya benar, tapi kebanyakan malah jadi kebablasan. Bukannya mandiri terpisah malah jadi numpang hidup pada orangtua. Kasihan orangtua kita, dulu repot mengasuh kita sekarang repot mengurus cucu, kapan istirahat menikmati hari tua yang damai?

Suami saya punya teori menarik soal ketergantungan pada pembantu ini. Indonesia 350 tahun dijajah Belanda dengan sistem feodalisme sangat kuat yang memunculkan kasta majikan dan babu. Belanda juga menjajah dengan politik adu domba yang memisahkan antar ras, suku, dan golongan. Bangsa Indonesiapun akhirnya terbiasa melihat betapa enaknya jadi majikan dan nyamannya hidup dilayani orang. Mau apa-apa tinggal suruh tanpa harus dilelahkan oleh urusan mencuci, membersihkan rumah, menyetrika, masak, dan lainnya. Karena itulah ketika merdeka, bangsa ini ingin merasakan hidup nyaman ala majikan Belanda yang punya babu. Hal itulah yang menyebabkan mereka butuh pembantu karena ingin dilayani. Inilah yang terjadi sampai sekarang.
Musiyatun. PRT dari PT Pacific Rising Indonesia
yang kabur dari rumah saya bersama pacarnya.

Bahkan rumah tangga dari kalangan ekonomi menengah di Malaysia dan Singapura juga tidak pakai pembantu. Upah yang mahal dan keterbiasaan hidup turun-temurun tanpa pembantu membuat mereka terbiasa mengurus rumah tangga sendiri.

Tapi kalau kita tetap mau menggunakan pembantu dirumah maka Anda harus punya penghasilan yang besar. Pembantu yang berpengalaman gajinya jutaan. Mereka sudah mengerti bagaimana menggunakan perabot elektronik, membersihkan ruangan yang isinya barang-barang mahal, dan tidak perlu disuruh-suruh hanya untuk membuatkan teh. Kalau pembantu itu bertingkah tinggal minta ganti pada agen atau yayasan. Uang administrasi jutaan tidak masalah. Kalau Anda mau punya PRT yang lugu, loyal, tidak genit dan mainan HP, maka carilah perempuan muda di gunung atau pelosok desa terpencil. Tapi itupun dengan risiko Anda harus mengajarkan segala urusan rumah tangga dari A sampai Z kepadanya karena PRT model itu pengalamannya nol. Dia tidak punya inisiatif membersihkan rumah, tidak tahu cara menggunakan perangkat elektronik, dan tidak bisa bekerja tanpa disuruh.

Nah, dengan demikian, boros sekali kalau uang jutaan hanya untuk biaya pembantu, bukan? Maka kita yang berpenghasilan tidak sampai puluhan juta sebulan mulailah menghilangkan ketergantungan pada pembantu. Orang-orang bule di luar negeri sana juga punya anak dengan rumah besar dua lantai, tanpa pembantu. Istri-istri juga banyak yang menjadi ibu rumah tangga atau bekerja dari rumah, karena kalau bekerja diluar rumah tidak ada yang menjaga anak-anak mereka. Kalau mereka bisa, kenapa kita tidak? Lha wong sama-sama manusia, sama-sama berakal dan berpikiran.

Jika Anda baru saja ditinggal PRT sedikit tips yang saya lakukan ini juga mungkin bisa diterapkan dirumah Anda.
  • Jika Anda muslim, jangan tidur setelah sholat Subuh. Bereskan gelas, piring, dan mangkuk kotor yang tergeletak di meja makan atau ruang tamu. Kumpulkan di wastafel dan segera cuci. Sementara Anda mencuci piring, mintalah bantuan suami untuk menyapu dan mengepel lantai. Jika Anda harus menyiapkan sarapan untuk suami dan anak-anak, buatkan yang simpel dan sederhana seperti nasi goreng, panekuk, sandwich isi telur dan keju, atau sereal.
  • Jika Anda punya bayi, ketika ia tidur, inilah kesempatan Anda untuk mandi, makan, dan istirahat. Jangan membuang waktu dengan menonton TV. Waktu Anda akan terasa cepat berlalu jika dihabiskan untuk menonton TV. Jika ingin menonton, pilihlah berita.
  • Siang hari bisa digunakan untuk tidur siang selama 30 sampai 60 menit. Anda bisa ikut tidur jika anak/bayi Anda juga tidur. Tidur siang berguna untuk men-charge tenaga dan pikiran Anda sehingga terhindar dari rasa jenuh mengurus rumah.
  • Turunkan standar kebersihan Anda. Jika ketika ada PRT Anda ingin rumah kinclong sebersih mungkin, maka kini tidak perlu kinclong, yang penting bersih.
  • Mainan anak-anak yang tidak sempat Anda bereskan biarkan saja. Ajak anak untuk membereskan sendiri mainannya kalau sudah selesai digunakan.
  • Debu-debu yang menempel di perabot tidak perlu setiap hari dibersihkan. Begitu juga dengan daun-daun kering di halaman cukup dua - tiga hari sekali.

Namun hal-hal diatas tentu tidak berlaku untuk ibu yang bekerja diluar rumah ya. Ibu yang berkantor di luar rumah memang harus punya PRT untuk menjaga anak mereka di rumah, kecuali di kantornya ada penitipan anak. Ahh, kan masih tinggal serumah dengan orangtua atau mertua, ada yang jaga kok. Yaaa, tapi masa kita mau selamanya tinggal sama mereka. Kalau kita sudah memutuskan menikah maka kita harus siap berumah tangga membentuk keluarga sendiri lepas dari orangtua atau mertua.

Sekali lagi PRT itu sifatnya hanya membantu, bukan mengambil alih pekerjaan rumah tangga. Tetek bengek rumah tangga memang tidak pernah habis, maka itu tidak perlu menuntut diri sendiri untuk menjadi ibu rumah tangga yang sempurna.

4 komentar

  1. Tulisan yg baik,memberikan inspirasi bg kita utk tidak tergantung kepada pembantu dan lebih tegar jalani apa yang ada.thx

    BalasHapus
  2. terimakasih artikelnya, membuat saya lebih PD untuk mengurus anak dan rumah setelah ditinggal PRT

    BalasHapus
  3. terimakasih artikelnya, membuat saya lebih PD untuk mengurus anak dan rumah setelah ditinggal PRT

    BalasHapus
  4. Bnr bngeed..n s7..sy sdh sebln lbh gk ada PRT,†ยชษช̣̇ alhamdulilah sy enjoy2 aja,wkt awal2 mmg susah n kerepotan,†ยชษช̣̇ smkin hri sy semkin trbiasa..pdhl dri dlu biasa pke PRT..,sy skrg jg bnyk sharring sm tmn2 ะงยชฮฎฤŸ gk pke PRT dirmh,jd bnyk dpt ilmu n trik2.Tq udh mw share ttg pngalamannya.

    BalasHapus


EmoticonEmoticon