Kegemilangan Timnas (memang) Belum Datang

Euforia itu sebaiknya dihentikan dan kembali pada realita karena kegemilangan tim sepakbola Indonesia hanya pada Piala AFF (Asean Football Federation) 2010. Dan setelah itu, pada pertandingan internasional lainnya, tim sepakbola Indonesia hanya bisa seri atau kalah. Pastinya hal itu bukan karena prestasi Alfred Riedl juga bukan kelemahan Wim Rijsbergen. Mengapa kita melihat Wim lebih banyak duduk sambil mencorat-coret kertas? Karena ia tidak ingin memforsir timnas yang kualitasnya memang belum setara dengan tim-tim nasional Asia macam Jepang, Korea Selatan, dan Iran. Indonesia masih harus bicara dulu di tingkat Asia Tenggara sebelum unjuk gigi di kancah Piala Dunia, karena kualitas tidak bisa dibangun hanya dalam semalam.

Kemenangan di Piala AFF membuat khalayak terlanjur euforia dan menganggap kegemilangan itu adalah awal dari kecemerlangan berikutnya. Pemain-pemain sepakbola tim nasional Indonesia menjadi seperti selebriti. Para istri pemain timnas juga mendadak jadi spt WAGs (Wife and Girfriends) di Inggris yang selalu jadi sumber tayangan infotainment. Padahal belum waktunya seperti itu.

Kalau dicermati, kegemilangan pada Piala AFF didapat dari El Loco alias Christian Gonzales. Dia membela timnas karena naturalisasi menjadi WNI. Ada nama lain seperti Muhammad Nasuha, M Ridwan, Markus Horison, atau Firman Utina yang saat itu juga menjadi 'selebriti' lapangan, namun kecemerlangan mereka masih naik-turun, tidak konsisten seperti El Loco.

Pada pra kualifikasi Piala Dunia melawan Qatar pada 12 Oct kemarin, Christian memborong 2 gol. El Loco berhasil menjaga konsistensi,meski umurnya sudah 35 tahun, lantaran gennya adalah gen Uruguay. Salah satu negara latin yang berbakat sepakbola. Bukan berarti Indonesia tidak punya bakat, hanya saja selama belasan tahun tidak ada pembinaan bibit-bibit muda sehingga Indonesia seperti tidak punya stok pemain berbakat.

Secara teknik, kualitas pemain-pemain Indonesia memang belum mencapai taraf piala dunia. Di level Asia Tenggara saja masih dibawah Thailand, Singapura, bahkan Vietnam, Indonesia ada di peringkat 139.

Melihat prestasi El Loco banyak anggapan bahwa naturalisasi pemain-pemain asing adalah langkah tepat untuk mendongkrak prestasi sepakbola Indonesia. Naturalisasi memang bisa dipakai sebagai salah satu cara namun tidak untuk mendongkrak prestasi. Langkah bijak dan tepat adalah dengan mencari dan membina pemain-pemain muda untuk diasah menjadi pemain berbakat.

Sebelum membina generasi muda, yang pertama kali harus dilakukan adalah membersihkan PSSI dari segala kepentingan politik. Meskipun ini rasanya sulit sekali karena biasanya pengurus cabang-cabang olahraga di Indonesia adalah juga pengurus partai politik, tapi paling tidak ketua umumnya bukan orang partai. Ketua umum yang bebas kepentingan politik akan mampu mengarahkan organisasi demi prestasi bukan untuk kepentingan golongan tertentu.

Kemudian barulah dibuat upaya pencarian bibit berbakat melalui sekolah sepakbola dalam bentuk liga. Liga yang populer mengasah bakat pemain-pemain muda saat ini adalah Liga Medco dan Liga Danone. Kedua liga itu dibuat oleh swasta bekerjasama dengan PSSI. Lebih sempurna lagi bila hal itu dibalik, semua ada pada dalam PSSI dan PSSI bekerjasama dengan pihak lain.

Sepakbola adalah olahrata rakyat yang karenanya kita punya stok pemain berbakat yang tak habis-habis (kalau dicari). Jika pembinaan bibit-bibit muda sudah lancar, barulah prestasi tim nasional bisa dikebut. Kita tentu ingin seperti Spanyol, peringkat satu dunia, yang untuk pertama kalinya berhasil menjadi juara dunia 2010. Perjalanan Spanyol untuk mencapai prestasi itu sungguh panjang. Lebih lagi, dalam tim nasional mereka ada dua kepentingan politik yang berkaitan dengan keinginan kaum Catalan (pemain klub Barcelona yang menjadi mayoritas di timnas berasal dari Catalan) memisahkan diri dari Spanyol.

Mudah-mudahan kelak mimpi itu bisa terwujud dengan kembali menjadi raja Asia Tenggara, menjadi macan Asia, kemudian tampil pada Piala Dunia, karena kita sudah terlalu lama menunggu.

0 komentar

Posting Komentar