Bikin Judul Dulu atau Isi Dulu, Mana yang Ideal?

Bikin Judul Dulu atau Isi Dulu, Mana yang Ideal?

Banyak guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dan penulis yang menyarankan membuat judul dulu baru isinya. Hal itu untuk memudahkan menulis supaya tulisan tetap pada tema dan tidak ngalor-ngidul membahas yang tidak ada hubungannya dengan tema.

Akan tetapi, banyak novelis yang justru lebih mudah menulis isinya dulu lalu judul karena bisa mengembangkan ide atau mengubahnya bila dirasa perlu.

Apa beda penulis dan novelis? Novelis adalah penulis novel jadi semua novelis adalah penulis, tapi penulis belum tentu novelis.

Jadi sebetulnya tidak ada aturan tentang mana yang idealnya dibuat lebih dulu, judul atau isi. Namun ada beberapa saran berkaitan dengan jenis tulisan apa yang akan kita buat.

Judul Berita

 

Kalau kita mau nulis berita sebaiknya buat judul dulu karena berita tidak butuh opini atau pendapat siapa pun kecuali narasumber berita. 

Selain itu artikel berita cuma perlu memuat fakta 5W+1H (what, when, where, why, who, dan how). Judul artikel berita juga tidak dibuat untuk memancing orang supaya tertarik membaca dan perlu ditulis lebih dulu supaya 5W+1H tidak ada yang terlewat.

Kalau ada media berita online membuat judul yang tidak ada hubungannya dengan isi berita, berarti media tersebut cuma mementingkan clickbait. Mereka membuat judul dengan tujuan supaya orang mengklik isi berita (clickbait) dengan tujuan mencari view guna mencari penghasilan semata.

In-depth Report

 

Reportase mendalam (in-depth) biasanya ditemukan di majalah berita yang ditulis oleh wartawan investigasi. In-depth reportt memuat 5W+1H dari satu masalah dengan sangat lengkap dan akurat.

Judul biasanya ditulis belakangan setelah artikel ditulis secara utuh. Judul boleh sedikit bombastis, memakai kiasan, atau apa adanya. Terpenting semuanya ditulis sesuai fakta dan tidak boleh ada opini wartawan disitu.

Artikel Feature dan Opini


Artikel feature adalah artikel ringan tentang peristiwa ringan sehari-hari di kehidupan kita. Zaman dulu artikel feature biasanya ada di tabloid, majalah wanita dan majalah remaja, atau majalah khusus seperti otomotif, flora-fauna, dan olahraga.

Tapi di era digital seperti sekarang artikel feature lebih banyak dimuat di blog publik yang ditulis oleh masyarakat umum. Tokoh masyarakat dan para pakar juga sering menulis artikel feature di kolom opini media massa atau media online.

Karena bahasan dan bahasanya yang ringan, banyak yang menulis isi artikelnya dulu baru judulnya kemudian. Setelah menulis bahasan dengan lengkap barulah mereka memikirkan judul yang sesuai dengan isi artikel dan menarik minat orang untuk membaca.

Karya Fiksi

 

Pada karya fiksi seperti cerpen, puisi, dan novel judul boleh dibuat duluan atau belakangan. Banyak cerpenis dan novelis yang menulis jalan ceritanya dulu kemudian judul. Alasannya supaya mereka bisa leluasa mengembangkan cerita yang kemudian dikerucut menjadi judul.

Penulis puisi, disebut juga dengan penyair, ada yang menulis judul dulu baru isi, tergantung pada kebiasaan dan kenyamanan si penyair. Penyair yang membuat judul lebih dulu biasanya karena tidak ingin tema puisinya berubah di tengah jalan dan ingin tetap pada tema. Sementara penyair yang ingin mengeksplorasi isi atau ingin mengubah tema ditengah jalan lebih memilih menulis judul belakangan.

***

Bikin judul dulu atau isi dulu tergantung si penulis. Ada penulis yang mudah sekali mengeluarkan imajinasi, isi pikiran, dan ide, tapi sulit membuat judul. Ada juga yang mudah membuat judul, tapi kesulitan mengembangkan ide.

Jadi kita juga boleh kadang bikin judul dulu baru isinya dan dilain waktu bikin isi dulu kemudian judulnya belakangan, dan sebaliknya. Tidak ada aturan baku, maka yang penting adalah jangan ragu menulis apa pun dan jangan terpaku hanya pada judul.

Butterfly Effect Saat Kekacauan Rumit Bermula dari Ketidaksengajaan Sepele

Butterfly Effect Saat Kekacauan Rumit Bermula dari Ketidaksengajaan Sepele

Kamus Merriam-Webster mengartikan butterfly effect (efek kupu-kupu) sebagai sistem kekacauan yang terjadi saat ada perubahan kecil di kondisi awal yang mengakibatkan kekacauan sistem dalam skala besar di masa depan.

Simpelnya, butterfly effect adalah istilah yang dipakai dalam teori kekacauan. Teori itu melihat bahwa sesuatu yang kecil dan sepele pada akhirnya dapat menimbulkan konsekuensi yang besar dan rumit.

Laman HowStuffWorks mencontohkan ketika kupu-kupu mengepakkan sayapnya di India, perubahan tekanan kecil pada kepakan itu ternyata menyebabkan tornado di Iowa, AS.

Asal Mula Teori Butterfly Effect

 

Pencetus butterfly effect adalah Edward Lorenz, seorang Matematikawan dan Meteorologis dari Masachusset Institute of Technology (MIT) yang mengemukakan tentang teori kekacauan (chaos). 

Edward membuat dokumen ilmiah berjudul “Prediktabilitas: Apakah Kepakan Sayap Kupu-kupu di Brasil Memicu Tornado di Texas?” 

Dokumen itu menjelaskan bahwa kepakan sayap kupu-kupu, jika disinkronkan di Brasil, dapat memicu tornado di Texas. Tentu saja Edward tahu ini keliru. Berbagai kondisi cuaca harus terjadi secara bersamaan untuk mencapai hasil yang kacau dari tornado, dan bukan berdasarkan kepakan sayap kupu-kupu semata.

Akan tetapi ide teori kekacauan dari Edward Lorenz ini menunjukkan kalau seluruh kehidupan cuma bisa diprediksi, tapi tidak pernah bisa dipastikan. Keputusan terpisah pada suatu hari atau terlambat satu menit pada hari lain dapat memicu rangkaian peristiwa yang sangat berbeda.

Butterfly Effect di Kehidupan Sehari-hari

 

Warga yang tinggal di pinggiran Jakarta seperti Depok, Bekasi, dan Tangerang Selatan tahu benar apa efeknya kalau mereka berangkat kerja pukul 05.30 dan 05.35. Cuma beda lima menit. 

Mereka akan tiba di kawasan Senayan, Sudirman, dan Thamrin di Jakarta Pusat pada pukul 07.00 kalau berangkat dari rumah pukul 05.30. Namun mereka akan sampai di sana pukul 08.30 kalau berangkat pukul 05.35.

Logikanya kalau selisih berangkatnya cuma lima menit, sampai di tempat tujuannya juga selisih lima menit, yaitu pukul 07.05. Nyatanya semua yang tinggal di pinggiran Jakarta mengalami hal yang seperti itu.

Contoh lainnya saat kita beli tumis kacang panjang di warteg untuk makan siang. Didalam kacang panjang itu rupanya masih ada telur cacing karena tidak dicuci bersih saat akan dimasak. Hanya karena makan satu kali tumis kacang panjang yang ada telur cacingnya, kita sampai harus dioperasi untuk mengeluarkan cacing yang telah beranak-pinak di usus.

Butterfly Effect di Alam

 

Kita mungkin sering berpikir, "Ahh, gak apa beli sebotol air kemasan plastik. Toh, cuma satu." Kalau jutaan orang di Indonesia berpikir sama, maka akan ada jutaan botol plastik dalam satu hari dan bisa menimbulkan masalah lingkungan di darat dan laut.

Contoh kecil dan sepele lainnya yang menimbulkan dampak besar adalah saat kita memetik bunga di pinggir jalan.

Didalam kelopak bunga itu ternyata ada lebah madu yang terbawa. Ketika terbang keluar dari kelopak bunga, lebah itu tidak tahu di mana sarangnya. Dalam waktu paling lama dua pekan si lebah madu akan mati karena tidak bisa hidup jauh dari sarangnya.

Karena si lebah madu mati, penyerbukan antarbunga terganggu dan akibatnya banyak bunga yang mati karena tidak bisa berkembang biak. 

Selintas tidak masuk akal, ya? Tapi itulah butterfly effect. Hal-hal sepele yang tampak tidak ada artinya ternyata berdampak besar dan rumit ke waktu mendatang.

Butterfly Effect yang Positif


Butterfly effect tidak selalu menimbulkan dampak negatif, ada juga positifnya misal membuang sampah pada tempatnya dapat menjaga kebersihan lingkungan dan meminimalisir penyakit yang datangnya dari lalat.

Mengurangi pemakaian kendaraan pribadi dan beralih ke angkutan umum juga memberi dampak besar bagi kualitas udara dan pemanasan bumi.

Runtuhnya Tembok Berlin

Pada 9 Desember 1989 Gunter Schabowski pejabat Jerman Timur tidak sengaja mengumumkan di depan TV kalau sejak hari ini warga Jerman Timur dapat bepergian ke Jerman Barat. Situs Deloitte menyebut pengumuman itu memicu kerumunan besar di Tembok Berlin, dan akhirnya tembok tersebut runtuh.

Namun runtuhnya Tembok Berlin justru membawa persatuan bagi Jerman dan kemakmuran bagi Jerman Timur. Kini Jerman jadi salah satu negara maju di dunia yang terkenal dengan teknologi tingginya di industri otomotif dan elektronik.

Penisilin

Ilmuwan Skotlandia bernama Alexander Fleming meninggalkan laboratoriumnya selama sebulan dan saat kembali dia lihat ada jamur di cawan petrinya.

Alex tidak membuang jamur itu dan menyimpannya. Ternyata didalam jamur itu ada kandungan penicilum yang menghasilkan penisilin yang dia temukan tahun 1928. Penisilin merupakan antibiotok pertama di dunia dan sampai sekarang masih digunakan untuk melawan bakteri dalam tubuh.

Andai Alexander Fleming membuang jamur itu kita mungkin belum punya obat untuk mengatasi bermacam infeksi yang disebabkan oleh pertumbuhan bakteri.

Bisakah Kita Menghindari Butterfly Effect?

 

Bisa saja walau tidak bisa sepenuhnya menghindar karena tidak ada yang pasti di dunia ini. Semua bisa diprediksi, tapi hasilnya tidak ada orang yang tahu. Begitu juga dengan butterfly effect, kita bisa menghindarinya dengan melakukan bermacam cara, namun hasil akhirnya tetap tidak ada yang tahu.

Ini cara menghindari butterfly effect yang negatif di kehidupan sehari-hari.

1. Tidak sering mengambil keputusan yang terburu-buru. Selalu pikirkan dulu apa efek dan konsekuensi jangka pendek dan panjangnya sebelum membuat keputusan.

2. Menghindari melakukan hal negatif yang merugikan orang lain dan diri sendiri seperti mengejek, memaki, mengadu-domba, dan tindakan buruk lainnya yang tidak beradab dan berperikemanusiaan.

3. Tidak merusak lingkungan seperti membakar sampah dan membuang sampah sembarangan.

4. Hindari melakukan tindakan yang melanggar hukum serta norma sosial dan agama seperti korupsi, melakukan nepotisme kepada saudara sendiri, atau hidup bersama pasangan tanpa menikah (kkkumpul kebo).

Butterfly Effect dan Hukum Sebab-Akibat


Butterfly effect mirip seperti hukum sebab-akibat yang artinya sesuatu tidak akan terjadi kalau tidak ada sebabnya. 

Bedanya, butterfly effect merupakan teori yang berdasar pada kekacauan besar dan rumit yang berawal dari hal yang kecil dan sepele.

Sedangkan hukum sebab-akibat adalah prinsip yang menyatakan bahwa setiap peristiwa atau fenomena di dunia ini memiliki penyebab dan akibat yang saling berkaitan. Prinsip ini berlaku secara universal dan dapat ditemukan di kehidupan sehari-hari. 

Filsuf Yunani Kuno Plato mengatakan kalau segala sesuatu yang menjadi atau berubah pasti melakukannya karena suatu sebab karena tidak ada yang bisa terjadi tanpa sebab. Hukum sebab-akibat juga diterapkan dalam ilmu sejarah di mana segala sesuatu yang terjadi dan berubah harus ada sebabnya.

Delapan Gangguan Tumbuh Kembang Anak yang Bisa Dikendalikan tapi Takbisa Disembuhkan

Delapan Gangguan Tumbuh Kembang Anak yang Bisa Dikendalikan tapi Takbisa Disembuhkan

Tidak ada orang tua yang ingin anaknya sakit atau kena gangguan tumbuh kembang. Anak yang menderita gangguan tumbuh kembang biasanya terlahir dengan kelainan pada syarat atau fisiknya. Bisa karena faktor genetik saat terjadinya embrio dikandungan, pola hidup orang tuanya, lingkungan tempat tinggal, atau hal lain yang diluar kuasa manusia.

Delapan jenis gangguan tumbuh kembang anak ini patut jadi pengetahuan kita supaya kita lebih bersyukur kalau anak atau saudara kita tidak mengalami satu diantaranya.

1. Autisme

 

Autisme punya istilah medis Autism Spectrum Disorder (ASD) atau Autism Spectrum Condition (ASC). 

Penyebab autisme diduga sebagian besar diwariskan secara genetik dan dari faktor lingkungan.

Anak yang menderita autisme punya gangguan pada perkembangan sarafnya sehingga dia mengalami kesulitan berkomunikasi dan berinteraksi sosial. Mereka juga sering mengulang-ulang gerakan atau tidak tertarik melakukan aktivitas apa pun.

Pada beberapa kasus anak dengan autisme juga mengidap epilepsi, disabilitas intelektual, dan hiperaktif.

Autisme tidak bisa disembuhkan, tapi anak yang mengidapnya harus diterapi untuk membuatnya mandiri, berperilaku, dan berkomunikasi seperti anak normal.

2. Celebral Palsy

 

Celebral palsy atau disebut juga dengan movement diorder (ganguan gerak), adalah gangguan yang memengaruhi gerakan, keseimbangan, dan postur tubuh. Kondisi ini disebabkan oleh kerusakan atau perkembangan abnormal pada otak yang mengatur fungsi otot. 

Gangguan ini biasanya terjadi sebelum, saat, atau sesudah kelahiran. Gejalanya bervariasi mulai dari kesulitan berbicara, makan, berjalan, hingga kelumpuhan. Cerebral palsy tidak bisa disembuhkan, tapi anak yang menderitanya bisa mendapat kualitas hidup dengan terapi fisik, terapi wicara, terapi okupasi, dan terapi hidrol air.

3. Down Syndrome

 

Down syndrome lebih kita kenal sebagai keterbelakangan mental yang disebabkan kelainan genetik yang terjadi saat pembelahan sel. Saat pembelahan sel abnormal menghasilkan salinan kromosom 21 secara penuh atau sebagian.

Tingkat keparahan down syndrome berbeda tiap anak, tapi sama-sama menyebabkan kecatatan intelektual seumur hidup dan keterlambatan perkembangan.

Anak dengan down syndrom sering juga mengalami masalah jantung dan pencernaan karena kelainan genetik yang dimilikinya.

4. Stunting

 

Stunting atau stunted growth (pertumbuhan terhambat) adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang dapat dilihat dari kurangnya tinggi badan sesuai usia. 

Stunting disebabkan oleh ibu hamil yang kurang gizi sehingga melahirkan anak yang kurang nutrisi. Bisa juga disebabkan karena kurang gizi parah dan infeksi berulangkali yang diderita anak saat masih balita.

Lembaga kesehatan dunia (WHO/World Health Organization) menetapkan ciri stunting dengan kurangnya tinggi badan anak dibawah dua devian dari Child Growth Standards yang ditetapkan WHO.

Cara menentukan apakah tinggi badan anak masuk termasuk normal atau tidak adalah dengan memeriksanya di KMS (Kartu Menuju Sehat) yang diisi oleh petugas Posyandu/Puskesmas yang memeriksa anak kita.

Related: Anak Diganggu Teman di Kelas dan Cara Orangtua Bersikap

Anak yang terindikasi stunting bisa ditangani dan tumbuh normal kalau usianya masih dibawah lima tahun. Pengobatan akan lebih manjur kalau usia anak masih dibawah dua tahun. Kalau tidak ditangani, stunting bisa mengakibatkan gangguan perkembangan otak, sering sakit dan kena infeksi, juga rentan kena diabetes dan sakit jantung saat anak dewasa.

5. ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)

 

ADHD adalah gangguan pada gelombang otak yang membuat anak susah fokus, hiperaktif, mudah lupa apa yang dilakukannya, dan berperilaku impulsif. Perilaku impulsif adalah sikap spontan dan tiba-tiba yang dilakukan tanpa memikirkan akibatnya.

Penyakit yang termasuk gangguan mental ini diduga karena faktor lingkungan saat bayi dalam kandungan seperti terpapar narkotika, alkohol, dan zat beracun lainnya. ADHD umumnya terlihat sejak anak berusia 3 tahun.

ADHD tidak bisa disembuhkan sepenuhnya, tapi dapat dikendalikan dengan psikoterapi (obat-obatan) untuk meredakan gejala dan membantu anak untuk fokus guna belajar membaca, menulis, berhitung, dan bermain.

Sekilas, anak autis dengan anak ADHD terlihat sama karena keduanya susah fokus dan terlihat banyak bergerak. Namun anak dengan autisme hanya melakukan kegiatan atau gerakan yang itu-itu saja berulangkali, sedangkan anak ADHD bergerak tanpa henti kemana saja dan melakukan apa saja.

6. APD (Auditory Processing Disorder)

 

atau gangguan pemrosesan pendengaran adalah kondisi ketika seseorang mengalami kesulitan memahami suara, termasuk kata-kata yang diucapkan.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Auditory Processing Disorder", Klik untuk baca: https://health.kompas.com/penyakit/read/2022/02/24/090000568/auditory-processing-disorder.


Kompascom+ baca berita tanpa iklan: https://kmp.im/plus6
Download aplikasi: https://kmp.im/app6

Auditory Processing Disorder adalah gangguan pemrosesan pendengaran yang mana anak kesulitan memahami suara termasuk suaranya sendiri.

Hal ini terjadi karena otak kesulitan memahami suara secara normal. Gejalanya sudah terlihat sejak usia anak-anak yang diduga karena pengaruh gen keluarga, keracunan timbal saat dalam kandungan, kelahiran prematur, penyakit sistem saraf, atau cedera kepala.

Anak yang menderita APD tidak punya masalah pendengaran seperti tuli atau kerusakan gendang telinga. Hanya saja saraf dalam otak mereka sulit memproses suara menjadi informasi sebagaimana otak orang normal.

Makanya gangguan ini tidak bisa disembuhkan, tapi bisa diatasi dengan terapi untuk meningkatkan pendengaran dan konsentrasi. Anak pengidap APD juga harus menggunakan alat bantu pendengaran yang terhubung dengan mikrofon ke arah guru selama belajar di kelas.

7. Gangguan Belajar (Learning Disorder)


Learning diorder atau gangguan belajar berbeda dengan down syndrome yang pengidapnya punya kecerdasannya dibawah rata-rata.

Pada Gangguan Belajar otak tidak bisa memproses informasi yang didengar telinga, dilihat mata, dan dirasakan indera lainnya. Jadi apa yang dilihat, diucapkan, dan didengar anak berbeda dengan apa yang diterimanya.

Beberapa Gangguan Belajar atau learning disorder yang umum diderita adalah:

  • Disleksia: Kesulitan dalam membaca dan memahami kata atau kalimat yang ditulis. Orang dengan disleksia sering salah membaca, mengeja, atau mengartikan huruf, kata, atau kalimat.
  • Disgrafia: Kesulitan dalam menulis dan mengekspresikan pikiran atau ide dalam bentuk tulisan. Orang dengan disgrafia sering salah menulis, mengatur spasi, atau menyusun kalimat.
  • Diskalkulia: Kesulitan dalam berhitung dan memahami konsep matematika. Orang dengan diskalkulia sering salah menghitung, mengingat rumus, atau memecahkan masalah matematika.
  • Dispraksia: Kesulitan dalam melakukan gerakan motorik halus atau kasar. Orang dengan dispraksia sering kaku, canggung, atau tidak terampil dalam bergerak, berbicara, atau bermain.
  • Disfasia: Kesulitan dalam berbicara dan memahami bahasa lisan. Orang dengan disfasia sering salah mengucapkan, mengartikan, atau menyusun kata atau kalimat.
Learning disorder tidak bisa disembuhkan sepenuhnya, tapi bisa diperbaiki dengan bantuan yang tepat sesuai kondisi anak.

8. Conduct Disorder (Gangguan Perilaku)

 

Anak yang kerap berulah dengan melanggar norma sosial, agama, budaya, dan masyarakat secara berulang adalah ciri pengidap Conduct Disorder atau Gangguan Perilaku.

Anak atau remaja yang mengalami conduct disorder biasanya menunjukkan perilaku seperti berbohong, mencuri, merusak, mengintimidasi, berkelahi, menyakiti manusia atau hewan, bolos sekolah, kabur dari rumah, atau melakukan tindakan seksual yang tidak pantas.

Faktor psikologis diduga jadi faktor anak mengalami gangguan perilaku seperti keluarga tidak harmonis, mengalami tekanan pergaulan, stress, merasa rendah diri, dan terpengaruh lingkungan sekitar.

Gejala umum conduct disorder dapat bervariasi tergantung pada usia, jenis kelamin, dan tingkat keparahan gangguan, diantaranya:

  • Agresif terhadap manusia dan hewan seperti menggertak, mengancam, atau mengintimidasi orang lain, berkelahi, menggunakan senjata, melakukan kekerasan seksual, menyiksa atau membunuh hewan.
  • Merusak properti dengan sengaja merusak fasilitas umum, membakar atau meledakkan barang milik orang lain, merusak barang milik diri sendiri atau orang lain.
  • Menipu dan mencuri seperti sering berbohong, mencuri barang di toko, merampok, atau memeras orang lain.
  • Melanggar norma sosial: sering bolos sekolah, keluyuran tengah malam, kabur dari rumah, dan melakukan tindakan seksual yang tidak pantas untuk usianya.
Gangguan Perilaku dapat diobati dengan terapi perilaku kognitif, terapi keluarga, terapi kelompok, terapi perilaku positif, dan obat-obatan (misalnya stimulan, antidepresan, atau antipsikotik). 
 

Berbagai gangguan tumbuh kembang anak itu bisa diketahui sejak dini dengan pengamatan dari orang tua kepada buah hatinya. Dengan begitu efek buruk dari gangguan itu bisa ditekan dan diminimalisir. Hidup anak pun bisa seperti anak normal dan siap menghadapi masa depannya secara mandiri. 

 
Karakter Pemakan Bubur Diaduk dan Tidak Diaduk

Karakter Pemakan Bubur Diaduk dan Tidak Diaduk

Bubur enak dimakan saat sarapan atau makan malam karena tidak terlalu membuat kenyang seperti nasi, tapi perut bisa tetap terisi dengan aneka bahan pelengkap (toping) yang bergizi, misalnya suwiran ayam, hati-ampela, atau telur.

Makan Bubur Diaduk


Orang yang sedang sakit atau sedang tidak enak badan biasanya makan bubur. Tekstur bubur yang lembek menjadikannya mudah ditelan dan dicerna lambung.

Bahan pelengkap bubur juga disesuaikan dengan kondisi atau kesukaan si sakit yang biaanya kehilangan nafsu makan. Maka itu, orang sakit cocok makan bubur dengan cara diaduk. Dengan mengaduk, bubur jadi lebih cepat encer dan berair sehingga suwiran ayam, daging, dan bahan pelengkap juga jadi cepat layu dan mudah ditelan.

Selain sakit, alasan orang mengaduk buburnya sebelum dimakan supaya semua bahan pelengkap bubur tercampur rata dan mudah dinikmat.

Makan bubur diaduk atau tidak juga dipengaruhi oleh pengalamannya di masa lalu. Bisa jadi sewaktu kecil keluarganya makan bubur diaduk dan dia terbawa pada kebiasaan itu. 

Bisa juga karena dia sering melihat bestie-nya makan bubur tidak diaduk lalu dia ikutan. Cara makan kita berasal dari lingkungan tempat kita berada dan seberapa kuat kita ingin mengikuti atau meninggalnya.

Hal itu mirip dengan kebiasaan orang Indonesia di mana kita biasa makan menggunakan tangan. Namun di Barat makan menggunakan tangan dianggap jorok dan tidak higienis.

Kebiasaan kita makan bubur bisa berubah, yang tadinya makan bubur diaduk jadi tidak diaduk lagi dan sebaliknya.

Karakter Umum Pemakan Bubur Tidak Diaduk


Pemakan bubur tidak diaduk memakan buburnya dari pinggir. Kalaupun ingin mencampur buburnya, mereka melakukannya sedikit-sedikit dari sisi pinggir, jadi tidak langsung diaduk sampai semuanya tercampur di mangkuk.

Berikut karakter yang dimiliki orang yang buburnya tidak diaduk.

1. Menyukai kehangatan. Bubur yang tidak diaduk lebih tahan kehangatannya karena panas yang ada di bagian tengah dan bagian dalam bubur tidak cepat menguap. 

Pada bubur yang diaduk, panas akan cepat hilang dan bubur jadi cepat dingin. Makin sering diaduk bubur suhu bubur akan sama dengan suhu ruang yang menyebabkan bubur jadi encer.

Itu sebabnya orang yang suka kehangatan makan buburnya tidak diaduk supaya dia bisa merasakan kelezatan bubur dalam kehangatan.

2. Teliti dan mendekati perfeksionis. Orang yang makan buburnya tidak diaduk tidak pernah buru-buru dalam mengerjakan sesuatu.

Dia selalu mempersiapkan segalanya jauh-jauh hari. Kalaupun ada tugas mendadak, dia akan memeriksa dan mengeceknya berulangkali supaya minim kesalahan.

3. Tidak mudah membebek. Pemakan bubur tidak diaduk tidak gampang ikut-ikutan tren medsos yang sedang viral. 

Mereka juga tidak mudah terbawa isu dan opini dari media sosial dan media massa meski isu itu sedang ramai dibicarakan.

Kalau ingin ikut komentar, mencerca, atau mendukung mereka akan membaca-baca lebih dulu sampai yakin tahu tentang topik yang akan dikomentarinya. 

4. Cermat dan detail. Bila pemakan bubur diaduk cenderung punya kepribadian simpel dan sederhana

Kebanyakan pemakan bubur tidak diaduk sangat cermat dan memerhatikan detail pada banyak hal yang mereka lakukan.

Bila ingin travelling, misalnya, mereka akan menghitung dengan cermat waktu keberangkatan, spot wisata, sampai biaya tidak terduga mereka hitung betul-betul.

5. Menganggap penampilan adalah bagian dari jati diri. Jarang pemakan bubur tidak diaduk yang berpakaian asal-asalan. 

Mereka juga akan menghindari memakai baju dan aksesori yang warna dan motifnya saling tabrakan. Karena menyukai barang berkualitas tinggi, pemakan bubur tidak diaduk juga rela menabung untuk mendapatkan barang berkualitas yang mereka inginkan.

6. Punya selera seni bagus. Walau cuma buat dimakan, menata makanan juga termasuk seni.

Di Jepang, presentasi visual makanan termasuk penting disamping cita rasa, dinamakan mukimono atau seni makanan. 


Makanan juga merupakan bagian dari filosofi Yin dan Yang di Tiongkok. Di Jawa filosofi bubur punya beberapa makna. Contohnya bubur merah putih yang dibuat untuk menyambut kelahiran bayi atau orang yang berganti nama.


Merah melambangkan keberanian dan putih berarti suci.


Apakah makan bubur merah-putih lantas diaduk diublek-ublek? Ambil setengah sendok bubur putih yang gurih dan setengah sendok bubur merah yang manis. Suap sendok itu ke mulut. Rasakan kegurihan dan kemanisan dalam bubur yang menyatu padu.


Mangkuk dan piring di Jepang bahkan tersedia dalam berbagai bentuk dan ukuran, bukan cuma bundar dan oval karena menyesuaikan dengan hidangan dan dekorasinya.


Makan soto diaduk, kok bubur nggak? 

 

Satu hal yang sering dinyatakan oleh pemakan bubur diaduk adalah: makan bubur sama dengan soto, harus diaduk supaya semua rasanya tercampur rata. Makannya juga sama-sama pakai mangkuk, berarti sama-sama diaduk dong!

Pertama, soto itu pake kuah, guys! Secara otomatis semua bahan makanan yang ada di mangkok sudah kecampur duluan tanpa diaduk.

Bubur juga ada yang pake kuah, tapi kuahnya tidak sebanyak soto, jadi menyamakan makan bubur dengan soto itu gak apple to apple, ya, alias gak nyambung!

Kedua, pada soto tidak berlaku cara makan diaduk dan tidak diaduk. Cara makan yang berlaku bagi pemakan soto adalah nasi dicampur ke dalam mangkuk soto atau nasi dipisah dari soto. 

Pada orang yang menyukai makan soto terpisah dari nasi, mereka akan menuang soto ke dalam piring nasi sebelum disuap ke mulut.

Sebaliknya, orang yang menyukai soto campur nasi akan menaruh nasi ke dalam mangkuk supaya bisa dimakan bareng sotonya.

Ketiga, soto dan bubur adalah dua menu yang berbeda karena bahan, bumbu, dan cara pengolahannya tidak sama.

Dari tiga hal diatas dapat disimpulkan bahwa makan bubur tidak bisa disamakan dengan makan soto. Valid no debate.

Last but not least, karena berbeda karakter dan filosofi memandang hidup, orang yang makan bubur diaduk dan tidak diaduk tidak bisa jadi bestie (sahabat).

Mereka tetap bisa berteman dengan sangat asyik, tapi lebih dari itu tidak bisa. 

Perbedaan karakter antara dua orang sebenarnya baik untuk saling melengkapi, tapi perbedaan dengan  orang yang makan bubur diaduk dan tidak diaduk lebih kepada perbedaan prinsip dan visi hidup.

Maka, lebih baik cari pasangan hidup yang sama-sama makan buburnya diaduk atau tidak diaduk.

Beda E-Commerce, Social Commerce, dan Marketplace

Beda E-Commerce, Social Commerce, dan Marketplace

Electronic commerce (e-commerce), marketplace, dan social commerce sama-sama tempat jual-beli barang di internet yang sering disebut juga sebagai toko online. Namun dari ketiganya ada perbedaan yang mencolok mulai domain yang dipakai buat berdagang sampai karakteristiknya.


Singkatnya bisa dibilang kalau e-commerce adalah toko online yang dikelola langsung oleh individu atau perusahaan. Sedangkan marketplace adalah pasar online yang mempertemukan antara pembeli dan penjual yang dikelola pihak ketiga. Kemudian social commerce adalah medsos yang merangkap pasar online.

Berikut penjelasan lengkap tentang beda e-commerce, social market, dan marketplace.

E-commerce atau Electronic Commerce (Niaga Elektronik)

 

E-commerce adalah website atau situs yang menjual barang sekaligus menerima pembayaran dan mengirim barang langsung kepada pembeli. Pemberian potongan harga, bebas ongkir, dan promo kepada pembeli tergantung dari pemilik website.

Dibanding marketplace dan social commerce, e-commerce amat jarang memberi potongan harga apalagi bebas ongkir. Itu karena mereka memperhitungkan segalanya dari sisi komersil. Kalau dengan diskon bebas ongkir atau promo mereka masih bisa untung, barulah mereka memberikan diskon itu.

Jadi bisa dibilang kalau e-commerce adalah toko online yang sesungguhnya. Contoh dari e-commerce yang masih ada sejak lama sampai sekarang adalah estilamama.com, jakartanotebook.com, muslimgaleri.co.id, dan bhinneka,com.

Sebelum ada marketplace dan social commerce, banyak orang yang membuat toko online untuk menjual aneka kerajinan tangan buatannya, menjual baju, e-book, dan elektronik

Sekarang hampir tidak ada perorangan yang membuka e-commerce dan memilih jualan di marketplace dan social commerce. Membuat e-commerce biayanya lebih mahal karena harus membeli domain, menyewa server, dan meluangkan waktu untuk promosi toko online.

Marketplace (Lokapasar)

 

Marketplace punya padanan bahasa Indonesia sebagai lokapasar. Tokopedia, Bukalapak, Shopee, Bibli, Lazada, Zalora, dan JDID adalah platform marketplace yang mempertemukan penjual dengan pembeli.

Pemilik marketplace bebas memberi diskon, bebas ongkir, dan cashback kepada barang yang dijual di platform-nya. Hanya saja pemberian seperti itu menggerus biaya operasional marketplace. 

Makanya cuma sedikit dari marketplace yang dapat untung dari mengelola platform jual-beli itu. Di Indonesia, sejauh ini, marketplace yang untung baru Bukalapak. Untung yang dimaksud disini mereka sudah dapat laba setelah mengeluarkan biaya untuk operasional marketplace, gaji karyawan, dan pajak.

Dari sisi pembeli, belanja di marketplace lebih menguntungkan daripada di e-commerce karena bebas ongkos kirim (ongkir), dapat potongan harga, dan kadang dapat cashback pula. Subsidi seperti itu sebetulnya merugikan marketplace karena membuat pengeluaran sangat bengkak yang lalu disebut sebagai bakar duit.

Social Commerce


Social commerce adalah media sosial sekaligus marketplace. Jadi selain bisa melihat postingan orang lain, kita bisa berbelanja juga. Para pengguna medsos yang punya banyak follower sering dibayar untuk jualan produk tertentu.

Jadi selain mejeng atau jadi content creator, pengguna medsos juga bisa nyambi jualan dan dapat komisi dari tiap barang yang terjual atau dibayar sesuai jam tayang atau sesuai perjanjian yang disepakati bersama.

TikTok Shop (sebelum ditutup) adalah social commerce yang paling banyak digunakan orang Indonesia. Penyebab pemerintah melarang dan menutup TikTok Shop karena di sana ada persaingan tidak sehat yang diberlakukan bagi barang impor dari Tiongkok.

Barang serupa dari Tiongkok diijual dengan harga jauh lebih miring dari yang diproduksi dalam negeri. Jadi semacam perang harga yang disubsidi besar-besaran oleh TikTok.

Sekarang ini Facebook Shop dan Instagram Shop juga terancam ditutup karena melalui Permendag Nomor 31 tahun 2023 platform medsos tidak boleh lagi melakukan transaksi jual-beli seperti marketplace.

Kalau mau tetap jualan, platform medsos harus membuat platform jualan yang terpisah, jadi tidak di satu aplikasi, sebab izin dan perhitungan pajaknya juga beda.

Pertimbangan Utama Orang Belanja Online

 

Dulu orang lebih senang belanja langsung ke toko untuk melihat, memegang, dan mencoba langsung barang yang diinginkannya. Selain itu ketakutan akan menerima barang yang tidak sesuai dengan yang dipajang di toko online juga jadi faktor orang enggan belanja orang.

Sekarang kita sudah tidak ragu beli apa pun lewat internet karena sudah terbiasa dan mengerti apa yang harus dilakukan supaya tidak tertipu.

Berikut pertimbangan utama orang memilih belanja online terutama karena alasan praktis.

1. Barang yang diinginkan tidak dijual di kota tempat tinggal. Kalau sudah begini belanja online jadi pilihan utama daripada harus keluar kota untuk membeli barang impian.

Tiket konser juga sering dijual online untuk memudahkan penonton di kota yang berbeda membeli tiket konser musisi favorit mereka.

2. Mencari barang unik yang dibuat dan dijual terbatas. Ada barang yang cuma dijual online dengan edisi terbatas supaya eksklusif.

Untuk membeli barang itu orang harus mengakses situs e-commerce dan melakukan transaksi di sana.

3. Bisa pesan sesuai selera. E-commerce dan marketplace sering menawarkan membuat kaus, poster, sepatu, atau aksesori yang didesain sesuai selera kita.

Daripada repot mencari alamat tempat yang membuat desain custom lebih baik mencarinya di marketplace atau e-commerce.

4. Harga jauh lebih murah dari toko fisik. Hampir semua barang yang dijual di internet lebih murah dari yang dijual di toko fisik.

Sudah lebih murah, dapat casback pula, gimana gak tergiur.

***

Mau belanja di toko fisik atau di internet sama saja. Yang penting jangan boros dan perhitungan betul-betul. Hindari utang dengan paylater dan sejenisnya karena bisa bikin kita lupa diri.

Diskon dan cashback besar yang ditawarkan paylater dkk itu bisa jadi perangkap yang membuat kita terjerat utang. Apalagi kalau digunakan untuk beli barang yang tidak bukan kebutuhan mendesak. 

Mau belanja di mana pun, pengeluaran tidak boleh lebih besar dari pemasukan kita.

Mengarang Cerpen Tanpa Plagiat

Mengarang Cerpen Tanpa Plagiat

Pernah baca novel The Hunger Games karangan Suzanne Collins dan Divergent karya Veronica Roth? Novel itu sama-sama bertokoh utama remaja perempuan 16 tahun, memakai kata ganti orang pertama, berlatar distopia dan kekacauan di masa depan, serta diwarnai adegan laga dan peperangan.

Dua novel itu sama-sama laris di banyak negera dan telah diangkat ke layar lebar yang juga sukses. Akan tetapi, kita tidak berpikir bahwa Divergent yang terbit 2011 memplagiat/menjiplak The Hunger Games yang lebih dulu terbit di 2008.

Kenapa? Sebab meski banyak kesamaan, tidak ada dalam dua novel itu yang bisa disebut sebagai plagiat.

Suatu karya fiksi entah itu cerpen, puisi, atau novel bisa dibilang plagiat terhadap karya lain kalau kita terinspirasi, tapi menulis ulang mentah-mentah tanpa modifikasi seperti yang didalamnya terdapat hal dibawah ini.

1. Menerjemahkan

 

Penerbit di Indonesia yang ingin menerjemahkan karya fiksi asing harus minta izin ke penerbit asli tangan pertama yang mencetak buku tersebut. 

Setelahnya mereka harus membayar sejumlah biaya royalti dan lisensi serta mengurus kontrak.

Melihat yang seperti itu kita bisa ambil kesimpulan kalau menerjemahkan tidak bisa sembarangan karena termasuk karya aslinya termasuk hak cipta intelektual. Kalau kita menerjemahkan tanpa mencantumkan nama penulis asli dan memberitahu di mana karya itu terbit, kita bisa dibilang melakukan plagiat.

Namun, walau sudah mencantumkan penulis asli dan sumber tayangnya, menerjemahkan mentah-mentah ternyata juga belum bisa dibilang bebas plagiarisme.

Kita cuma boleh menerjemahkan sebanyak 25% dari total cerita yang kita tulis supaya terhindar dari plagiarisme. Misal kita membuat cerpen sepanjang 2000 kata. Maka terjemahan yang kita salin hanyalah 500 kata.

Selebihnya haruslah memakai ide, kalimat, dan gaya bahasa kita sendiri. Kalau kita terinspirasi dari sebuah karya dan ingin mengarang tema, tokoh, latar, dan alur yang sama, sangat baik kita menulis dengan kalimat, gaya bahasa, dan imajinasi sendiri.

2. Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik

 

Misal kita suka cerita horor dan terinspirasi ingin menulis seperti Risa Saraswati. Pun kita ingin menulis seperti Habiburahman El-Shirazy yang ciamik mengarang novel religi. Boleh ambil tema mereka dan latar serta karakter tokohnya, tapi masukkan unsur insintrik dan ekstrinsik.

Unsur intrinsik atau unsur internal adalah pengalaman, cara pandang, ideologi, kepribadian, pola pikir, karakter, dan kejadian yang langsung dialami dan berasal dari dalam diri penulisnya sendiri.

Misal, kita membuat tokoh A. Karakter dan kebiasaan A ini kita ambil dari karakter kita sendiri yang suka ngopi, bangun siang, dan suka dugem. Itu berarti kita menaruh unsur insintrik di dalam tokoh.

Unsur intrinsik juga bisa ditaruh didalam alur cerita, tempat, waktu kejadian, dan semua yang kita rasa perlu dimasukkan dalam cerita.

Sedangkan unsur ekstrinsik atau eksternal kebalikan dari intrinsik, yaitu semua pengalaman, ideologi, cara pandang, dan semua hal yang berasal dari orang dan peristiwa diluar si penulis. Jadi kita mengambil yang ada dan terjadi pada orang lain untuk kita masukkan dalam cerita.

3. Parafrasa

Parafrasa (kata tidak bakunya: parafrase) adalah menulis ulang dari artikel, cerita, dan kisah yang sudah terbit dengan mengubah kalimat dan susunan kata sehingga terlihat seperti artikel atau cerita yang baru.

Related: Parafrasa Cara Termudah Menulis Artikel Tanpa Dianggap Plagiat tapi Minim Etika

Melakukan parafrasa tidak termasuk plagiat asal kita mencantumkan nama penulis aslinya. Kalau cerpen atau artikel yang kita parafrasa tayang di internet, kita juga harus menyebut situs tempat cerpen itu dimuat. 

Cerpen yang Terinspirasi

 

Kadang ada pengarang yang  ingin diakui sebagai cerpenis lalu cari jalan pintas dengan melakukan plagiat dari cerpen luar negeri dengan dalih terinspirasi. Alih-alih terinspirasi yang dilakukannya cuma menerjemahkan dan melakukan parafrasa.

Kalau mau diakui sebagai cerpenis jempolan jalannya tidak bisa instan dan kita harus banyak membaca karya orang lain sebelum menemukan gaya sendiri. Awal-awal menulis cerpen alur kita mungkin berantakan, karakter tokohnya sama semua, dan penulisan tanda baca yang tidak sesuai EYD. 

Tidak apa-apa, itu semua proses buat kita menghasilkan cerpen yang bagus. Bagus dalam artian enak dibaca, mudah dipahami, dan sudah mahir menempatkan kaidah penulisan di dalam tiap karya.

Berusaha menulis dengan kemampuan sendiri jauh lebih baik dari mengaku terinspirasi padahal cuma plagiasi.

Beda Remote Working dan Digital Nomad Dari Cara Kerja Sampai Tempat Tinggalnya

Beda Remote Working dan Digital Nomad Dari Cara Kerja Sampai Tempat Tinggalnya

Di masa pandemi Covid-19 kita mengenal istilah work from home atau bekerja dari rumah karena kantor ditutup untuk mencegah penyebaran virus Corona penyebab penyakit Covid. Para karyawan tetap menunaikan tugasnya, tapi pekerjaan itu mereka selesaikan di rumah masing-masing, tidak di kantor sebagaimana normalnya.

Related: Social Loafing Orang yang Rajin tapi Malas Kerja Kelompok

Sebetulnya tidak harus dari rumah. Karyawan bisa kerja dari mana saja asal terhubung ke internet yang akan menyambungkannya ke jaringan kantor. Hanya saja kalau bekerja di kafe atau di perpustakaan daerah hitungannya lebih boros karena harus mengeluarkan uang transportasi dan beli kopi.

Pekerja yang bekerja di mana saja, termasuk sambil keliling kota/dunia, lebih pas disebut sebagai digital nomad daripada remote working. Remote working sama dengan work from home, tapi berbeda dengan digital nomad walau sama-sama tidak butuh datang ke kantor.

Asal Istilah Digital Nomad dan Remote Working

 

Nomad (bahasa Inggris) artinya berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain dan tidak pernah menetap. Dalam bahasa Indonesia disebut sebagai nomaden.

Jadi digital nomad berarti orang yang sering bepergian ke banyak tempat sambil bekerja menggunakan teknologi digital seperti internet, perangkat komunikasi, dan kamera bila diperlukan (tergantung pekerjaan yang sedang mereka jalani).

Sementara itu remote working adalah mengerjakan pekerjaan kantor yang tidak dilakukan di kantor alias kerja jarak jauh. Remote working sering disebut juga dengan telework, telecommuting, dan work from home.

Istilah itu populer sejak tahun 2020 atau saat awal pandemi Covid-19 melanda dunia.

Sama-sama bekerja jarak jauh (remotely), menggunakan internet dan perangkat komunikasi, lalu apa bedanya remote working (pekerjanya disebut worker) dan digital nomad?

Tempat Kerja dan Tempat Tinggal


Remote worker lebih banyak bekerja di rumah daripada di kafe, taman kota, atau perpustakaan yang menyediakan wifi. Itulah mengapa seseorang yang melakukan remote working sering disebut sedang melakukan work from home.

Remote worker sesekali ngopi sambil kerja menggunakan wifi di kafe atau di rumah saudaranya yang punya internet, tapi itu jarang. Mereka hampir selalu bekerja dari rumah karena sewaktu-waktu bisa dipanggil untuk meeting atau ditelepon kantor.

Remote worker tidak pernah pindah kota selagi bekerja, sedangkan digital nomad selalu berpindah-pindah. Bulan ini kerja di Denpasar, bulan depan di Jakarta, enam bulan kemudian mereka bisa saja sudah pindah negara.

Remote working dari rumah (Foto: Forbes India)

Digital nomad juga tidak punya rumah atau tempat tinggal tetap karena selalu berpindah-pindah selama bertahun-tahun. Kalau pulang ke kota atau negara asalnya mereka akan pulang ke rumah orang tua atau saudaranya sebelum melanglang buana lagi sambil bekerja.

Remote worker kebanyakan karyawan tetap di suatu perusahaan sedangkan digital nomad kebanyakan pekerja lepas, pekerja kontrak, atau bekerja mandiri (self employee).

Pekerjaan yang Ditekuni

 

Status karyawan tetap yang disandang remote worker berarti lingkup kerja mereka formal, entah di kementerian, lembaga negara, atau seputar perusahaan negara, pribadi, dan publik. 

Digital nomad (Foto: CEO Magazine)

Mengutip dari Glints digital nomad bekerja di bidang yang lebih kasual seperti:

  • Freelancer seperti penulis lepas, web programmer, atau admin sosial media yang mengurus aset klien dengan membuat online campaign/konten.
  • Profesional yang bekerja mandiri dengan membuka konseling, akuntan, atau bantuan hukum.
  • Enterpreneur yang mengatur timnya menggunakan tools online.
  • Seseorang yang menjual produk digital seperti e-book, panduan, desain website, atau print art.
  • Kreator konten seperti YouTuber dan TikToker yang mendapat uang dari jumlah views, subscriber, Live, dan promosi bisnis.
  • Influencer medsos yang dibayar untuk melakukan endorsement produk dan jasa.

Bisakah Seorang Remote Worker Jadi Digital Nomad?

 

Sangat bisa, tergantung dari jenis pekerjaannya. Kalau pekerjaan itu menuntut jam kerja tetap dari pagi sampai malam maka remote worker tidak bisa jadi digital nomad. 

Sebaliknya kalau pekerjaan kita cuma butuh hasil kerja dan hasil karya tanpa aturan jam kerja maka kita bisa kerja sebagai digital nomad.

Remote Working dan Hybrid Working

 

Ada istilah lain yang menggambarkan kerja jarak jauh, namanya hydbrid working. Karyawan remote dan hybrid tidak perlu datang dan menunjukkan diri di kantor untuk menyelesaikan tenggat waktu pekerjaan. Bedanya remote worker tidak perlu datang ke kantor sedangkan hybrid worker harus datang ke kantor dengan porsi, misal, 3 hari ngantor 2 hari kerja dari rumah.

Dalam waktu 8-10 tahun mendatang pakar pekerja Alicia Tung memperkirakan para karyawan akan membagi waktu mereka sebesar 40 persennya untuk bekerja di luar kantor secara hybrid

Namun asosiasi personalia profesional atau The Chartered Institute of Personnel and Development yakin kalau perusahaan lebih suka karyawannya datang ke kantor untuk bekerja daripada melakukan remote atau hybrid working.

Elon Musk telah melakukannya saat 30% perusahaan di AS masih memberlakukan work from home selama status pandemi belum dicabut oleh WHO.

The Guardian memberitakan kalau Elon mewajibkan seluruh karyawannya untuk ngantor. Karyawan boleh bekerja remote setelah mereka melaksanakan kewajiban ngantor minimal 40 jam per pekan. Kalau keberatan dengan peraturan itu mereka boleh mengundurkan diri dari SpaceX dan Tesla.

Di Indonesia sendiri perusahaan seperti Gojek yang sewaktu pandemi memberlakukan work from home tanpa sekali pun karyawannya harus ke kantor, sekarang sudah mewajibkan work from office kembali.

Meski begitu ada perusahaan yang pekerjanya berstatus berstatus karyawan tetap (bukan kontrak dan alih daya), tapi mayoritas bekerja remote. Yang ngantor cuma karyawan HR dan administrasi. Itu dimungkinkan karena perusahaan butuh karyawan dari banyak negara dan tidak berkepentingan mendatangkan karyawan ke kantor mereka.


Social Loafing, Orang yang Giat Bekerja Sendiri tapi Malas Kerja Kelompok

Social Loafing, Orang yang Giat Bekerja Sendiri tapi Malas Kerja Kelompok

Mengacu pada ilmu psikologi, social loafing atau kemalasan sosial berarti orang cenderung malas bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan tugas/kepentingan kelompok walau sebenarnya mereka rajin dan bukan pemalas.

Meski begitu, social loafing tidak berlaku dalam kelompok sosial di mana anggotanya punya kesadaran bahwa mereka harus selalu bekerja bersama-sama dengan orang dalam kelompok itu.

Kerja kelompok relatif menyenangkan kalau orang dalam kelompok itu sama-sama terlibat di aktivitas sosial, misal PKK, karang taruna, ormas keagamaan, organisasi sosial, bisa juga Pramuka.

Orang yang sama-sama ikut kegiatan sosial punya hasrat yang sama untuk menjadi pelayan warga, jadi mereka dengan senang hati bekerja sama dalam satu kelompok dan masing-masing mengeluarkan usaha terbaiknya.

Maka bisa disimpulkan kalau social loafing lebih cocok diterapkan untuk pekerjaan kantoran, pabrik, atau perkebunan dan pertanian.

Asal Istilah Social Loafing 


Laman Simply Psychology melansir istilah social loafing atau kemalasan sosial datang dari hasil pengamatan dan percobaan yang dilakukan insinyur pertanian Prancis Max Ringelmann (1861-1931) pada pekerja perkebunan.

Max tertarik tentang bagaimana pekerja perkebunan memaksimalkan produktivitas mereka. Dia lalu menemukan bahwa tugas yang dikerjakan secara kelompok dapat hasil lebih baik daripada kalau dikerjakan secara individu, tapi ternyata masing-masing pekerja tidak mencapai kinerja maksimalnya.

Eksperimen Menarik-Tali Ringelmann


Pada 1913 Max Ringelmann kemudian membuat percobaan dengan tali dan minta orang-orang menarik tali yang dipasang pada pengukur tekanan. Dia meminta orang menarik tali itu sendirian kemudian menarik tali bersama-sama. Dari situ dia menemukan bahwa semakin banyak orang menarik, semakin rendah potensi kinerja mereka.

Jika dua orang masing-masing mampu menarik 100 unit maka ketika menarik bersama-sama total yang mereka tarik besarnya cuma 186 dari yang seharusnya 200 unit. Lalu delapan orang yang menarik bersama-sama total hanya dapat menarik 392, setengah dari total potensi keseluruhan mereka yaitu 800.  

Max Ringelmann mengaitkan fenomena itu dengan hilangnya koordinasi dan motivasi yang jadi sebab utama social loafing.

Hilangnya koordinasi disebabkan tidak adanya kesinambungan pekerja untuk mengeluarkan kemampuan yang sama dari awal sampai selesai. Lalu hilangnya motivasi disebabkan karena tiap orang dalam kelompok membiarkan yang lain untuk menyelesaikan pekerjaan itu.

Pada 1974 beberapa peneliti mengulang percobaan Ringelmann yang sedikit dimodifikasi. Para peneliti itu membuat dua kelompok. Kelompok pertama diisi sepenuhnya oleh para sukarelawan yang menarik tali. Pada kelompok kedua yang menarik tali hanya satu orang sukarelawan, yang lain cuma pura-pura menarik tali tanpa diketahui oleh satu sukarelawan itu.

Hasilnya kelompok pertama yang seluruh anggotanya menarik tali mengalami penurunan kinerja individu paling besar dibanding kelompok kedua.

Related: Lima Sifat Kepribadian Manusia Ternyata Tidak Ada Introvert

Percobaan sama yang dilakukan tahun 2005 lalu menemukan bahwa orang-orang mengeluarkan kinerja lebih besar bila bekerja dalam satu kelompok kecil dalam situasi terdistribusi maupun terkolokasi.

Namun, orang yang berada dalam kelompok terkolokasi cenderung mengalami tekanan untuk terlihat sibuk padahal sebetulnya tidak sibuk. Makanya mereka jadi pura-pura sibuk. Sedangkan orang yang berada dalam kelompok terdistribusi tidak mengalami tekanan seperti itu.

Kelompok terkolokasi dalam konteks pekerjaan artinya berada dalam lingkungan atau divisi yang sama, rincian pekerjaan yang serupa, dan tiap orang punya jabatan/posisi yang juga sama.

Penyebab Social Loafing

 

Social loafing bisa bikin frustasi ketua kelompok karena anggota kelompoknya tidak bekerja maksimal yang menyebabkan penurunan produktivitas. Situs Very Will Mind menyebutkan salah satu penyebabnya adalah besar-kecilnya kelompok.

Berikut alasan orang lebih malas bekerja dalam kelompok daripada bekerja sendirian.

1. Skala kelompok. Makin besar kelompoknya makin anggotanya tidak produktif karena merasa tidak dibutuhkan.

Sebaliknya, orang dalam kelompok yang lebih kecil akan bekerja giat karena merasa keberadaannya penting dan akan berkontribusi lebih banyak.

2. Motivasi. Orang-orang yang tidak suka berada dalam satu kelompok yang tidak disukainya (tidak satu circle, minder dengan anggota yang lain, atau merasa anggotanya tidak bisa diajak kerja sama) cenderung tidak termotivasi.

Karena tidak ada atau kurangnya motivasi mereka jadi malas bekerja akhirnya terjadi social loafing alias kemalasan sosial.

3. Pembagian tanggung  jawab. Orang akan cenderung terlibat dalam social loafing kalau mereka tidak merasa punya tanggung jawab terhadap tugas atau pekerjaan yang harus dilakukan berkelompok.

4. Sangkaan. Saat melihat anggota kelompok bermalas-malasan, kita biasanya tidak ingin jadi orang yang mengerjakan semuanya sendiri. 

Makanya kita jadi cenderung ikut bermalas-malasan juga. Meski begitu, saat ada di dalam kelompok yang kebanyakan anggotanya berprestasi atau rajin, kita juga cenderung ingin bermalas-malasan karena beranggapan mereka dengan sendirinya akan menyelesaikan tugas itu dengan baik.

Apakah Orang yang Melakukan Social Loafing Berarti Egois?


Banyak orang yang terlalu lelah melakukan kerja kelompok karena harus menyesuaikan diri dengan karakter orang lain yang bisa saja bertolak belakang dengannya.

Related: Hustle Culture dan Tipe Karyawan yang Senang Melakoninya

Kerja kelompok juga mengharuskan banyak orang untuk saling bekerja sama. Bagi sebagian orang, kerja sama dianggap hanya buang waktu karena pekerjaan bisa selesai lebih baik dan cepat tanpa harus bekerja dengan banyak orang.

Selain itu orang pemalu dan pendiam juga kurang suka bekerja dalam kelompok karena merasa terpinggirkan hanya karena mereka tidak banyak bicara.

Jadi apakah orang yang terlibat social loafing berarti egois?

Mencegah Social Loafing

 

Kemalasan sosial dilakukan oleh banyak orang atau hampir semua orang dalam kelompok, jadi bisa berakibat tugas tidak selesai atau hasilnya alakadar.

Hal  yang dapat dilakukan untuk mencegah social loafing adalah sebagai berikut:

  1. Memberi tugas yang berbeda pada tiap anggota kelompok.
  2. Membentuk kelompok kecil dan membangun akuntabilitas individu yang artinya tiap anggota kelompok dapat dimintai pertanggungjawabannya.
  3. Menetapkan standar dan aturan yang jelas. 
  4. Mengevaluasi kinerja individu dan kelompok.
  5. Menilai prestasi atau hasil kerja masing-masing anggota sebagai individu.

***

Orang yang rajin dan giat bekerja, tapi tidak mengeluarkan kemampuan terbaiknya saat kerja kelompok bukan hal baru karena sudah diteliti sejak tahun 1913. Jadi kita tidak perlu heran kalau sekumpulan orang-orang pintar ternyata tidak bisa menghasilkan karya spektakuler saat mereka bekerja di dalam kelompok, lebih-lebih di kelompok yang sama.

Empat Jenis Pola Asuh yang Membentuk Karakter Anak

Empat Jenis Pola Asuh yang Membentuk Karakter Anak

Anak mendapat pendidikan pertama kali dari orang tuanya. Sejak didalam kandungan dia sudah mengenali suara ayah-ibunya atau keluarganya yang lain. Dia juga menyerap kata dan kalimat penyejuk hati yang diucapkan orang tuanya. Pun mendengar bila di tempat tinggalnya sering terlontar makian dan serapah. 

4 jenis pola asuh yang membentuk karakter anak

Saat anak masuk sekolah, pendidikan yang diberikan orang tuanya tidak boleh berhenti, justru saling melengkapi dengan yang diajarkan di sekolah. Sekolah mengajarkan ilmu pengetahuan, orang tua mengajarkan budi pekerti, agama, dan pengetahuan lain yang tidak diajarkan di sekolah.

Meski setiap orang tua sayang pada anaknya, tapi ilmu psikologi menemukan adanya pola asuh otoriter yang ternyata tidak mempedulikan perasaan dan pikiran anak. 

Asal Muasal Pembagian Gaya Pengasuhan


Perkembangan pola asuh pertama kali dicetuskan oleh psikolog perkembangan bernama Diana Baumrind dari University of California di tahun 1960-an.

Diana kemudian mendeskripsikan tiga gaya pengasuhan berdasarkan penelitiannya terhadap anak-anak usia prasekolah. Tiga gaya pengasuhan itu adalah authoritarian, authoritative, dan permissive.

Beberapa tahun setelahnya di tahun 1983 Maccoby dan Martin memperkenalkan gaya pengasuhan yang keempat, yaitu uninvolved parenting. Maccoby dan Martin juga melakukan penelitian pada pola asuh orang dan hubungannya dengan perilaku dan sikapanak ketika remaja.

Merka menemukan uninvolved parenting setelah memperluas tipologi (pengelompokkan berdasarkan tipe atau jenis) dari tiga gaya pengasuhan yang telah dideskripsikan oleh Diana Baumrind.

Berikut empat pola asuh yang diterapkan orang tua ke anak-anak mereka.

1. Pola Asuh Otoriter (Authoritarian Parenting)

 

Authoritarian parenting disebut juga dengan pola asuh otoriter. Otoriter berarti berkuasa sendiri atau sewenang-wenang, Jadi dalam authoritarian parenting, orang tua memberikan larangan dan batasan yang ketat untuk anak.

Anak tidak boleh membantah apa yang dikatakan orang tua, bahkan bila anak mengungkapkan pendapat dan isi hatinya, orang tua akan mencapnya sebagai pemberontak dan tukang melawan.

Alasan Orang Tua Menerapkan Pola Asuh Otoriter

Berikut alasan kenapa orang tua menerapkan pola asuh otoriter terhadap anak.

1. Masih terbawa zaman penjajahan dimana yang muda harus tunduk pada tua apalagi yang berkuasa.

2. Belum mengenal pola asuh selain "anak harus nurut apa kata orang tua" karena menganggap orang tua lebih punya banyak pengalaman hidup dibanding anak.

3. Merasa paling tahu yang dibutuhkan anak karena telah membesarkan anak sejak lahir.

4,. Merasa punya kuasa terhadap anak karena merasa si anak darah daging sendiri maka semua perkataan dan tindakan orang tua harus diikuti.

5. Keinginan masa kecil orang tua tidak tercapai dan ingin anak mencapai apa yang tidak bisa mereka raih. 

Generasi Baby Boomer (kelahiran 1946-1964) dan Gen X awal (kelahiran 1965-1972) merupakan generasi yang paling menerapkan pola asuh otoriter ini. Contoh pola asuh otoriter paling nyata yang diterapkan Baby Boomer dan Gen X awal, misalnya, anak-anak dilarang makan lebih dulu sebelum ayah mereka makan. 

Related: Love Language Orang Tua untuk Hubungan Berkualitas

Alasan lain orang tua menerapkan pola asuh otoriter karena mereka punya trauma masa kecil atau gangguan mental yang tidak disadari, misal gangguan stres, gangguan kecemasan sosial, bipolar, atau gangguan mental lain yang berimbas pada pola asuh.

Psychology Today menyebut bahwa pola asuh otoriter sering disertai dengan kekerasan terhadap anak dalam bentuk bentakan, ledekan, dan makian. Orang tua juga mudah melabeli anak dengan macam-macam sebutan negatif tiap mereka merasa anak tidak menuruti perintah dengan benar.

2. Pola Asuh Otoritatif/Demokratis (Authoritative Parenting)

 

Orang tua yang menerapkan pola asuh otoritatif adalah orang tua yang hangat, penuh kasih sayang, selalu mendukung, tapi juga menetapkan batasan dan disiplin pada anak.

Mereka selalu memberikan bimbingan dan mendorong supaya anak-anak mampu mandiri dan berpikir sendiri. Karena selalu berdiskusi dan bertanya pada anak sebelum mengambil keputusan tentang aktivitas, kebutuhan, dan apa yang diinginkan si anak, maka gaya pengasuhan orotitatif sering disebut sebagai pola asuh demokratis.

Ilustrasi: Very Well Mind

Saat anak memutuskan ingin melakukan suatu hal untuk mengisi waktu, mengembangkan bakat dan minat atau untuk meraih cita-citanya, orang tua akan mendukung dengan memberi bimbingan dan dorongan sesuai usia anak.

Orang tua otoritatif juga memilih untuk memberi penjelasan dan pemahaman pada anak sebelum anak berbuat negatif atau melakukan hal yang dilarang oleh norma agama dan sosial. 

Memarahi anak adalah pilihan terakhir bagi orang tua otoritatif. Kalaupun terpaksa memarahi dan memberi hukuman mereka akan memberi alasan dan penjelasan kenapa mereka marah dan memberi hukuman..

3. Pola Asuh Terbuka (Permissive Parenting)

 

Permissive atau permisif artinya terbuka atau membolehkan. Orang tua yang permisif sangat sayang dan sabar pada anaknya karena itu mereka akan memberikan apa yang diinginkan anak tanpa bertanya dan memikirkan manfaat dan risikonya untuk anak.

Selain itu orang tua  permisif juga sangat sedikit memberi bimbingan, aturan, dan tidak pernah menerapkan disiplin pada anak karena tidak ingin anak marah, kecewa, dan menganggap orang tuanya kejam. 

Ilustrasi: Very Well Mind

Orang tua permisif menganggap kebahagiaan anak adalah kebahagiaan mereka juga maka keinginan anak akan sebisanya mereka penuhi.

Para peneliti menemukan kalau anak yang dibesarkan dengan pola asuh permisif cenderung tidak disiplin, manja, kurang empati, banyak menuntut, dan mementingkan diri sendiri.

Namun orang tua yang menerapkan pola asuh permisif punya alasan melakukannya karena:

  1. Ingin memberi kebebasan pada anak.
  2. Membebaskan anak berkreasi dengan kreativitasnya sendiri.
  3. Tidak ingin dianggap sebagai orang tua oleh anak, melainkan teman.
  4. Semua hal adalah kesempatan belajar buat anak sehingga tidak perlu memikirkan risiko dan keselamatan anak.

4. Uninvolved Parenting (Pola Asuh Abai)


Uninvolved parenting sering disebut juga sebagai neglected parenting atau pola asuh abai. Gaya pengasuhan ini disematkan pada orang tua yang cuek apakah anaknya sudah makan, salat, mengerjakan PR, istirahat, dan segala kebutuhan dasar yang diperlukan anak.

Bisa dibilang gaya pengasuhan abai ini kontroversial karena anak dibiarkan tumbuh dan mengurus dirinya sendiri. Mereka bahkan mengambil keputusan untuk dirinya sendiri tanpa keterlibatan orang tua yang membimbingnya.

Uninvolved parenting terjadi karena orang tua sibuk bekerja dan menyerahkan pengasuhan pada keluarga terdekat mereka. Namun keluarga dekat ternyata juga sibuk atau tidak mengerti bagaimana cara mengasuh anak.

Anak yang dibesarkan dengan pola asuh abai ini kalau sudah punya anak akan cenderung mengabaikan anak mereka juga. Sebabnya karena mereka hanya mengenal pola asuh ini dan sudah terbiasa sehingga tidak ingin lagi menjalani pola asuh lainnya, terutama authoritative parenting yang dinilai melelahkan.

***

Orang tua bisa saja mengubah pola asuh mereka selagi anak masih dibawah umur dan belum remaja (12 tahun kebawah). Misal yang tadinya menerapkan pola asuh otoriter pelan-pelan mengubahnya menjadi demokratis.

Perubahan pola asuh ketika anak sudah remaja tidak akan berpengaruh terhadap karakter dan perilaku anak karena masa optimal anak menyerap apa yang mereka dapat ada di usia 12 tahun kebawah saat fungsi kognitifnya masih berkembang.

Fungsi kognitif anak baru terbentuk matang saat usianya mencapai 13 tahun. Maka sebelum anak mencapai usia remaja, orang tua bisa mengoptimalkan pendidikan agama, bermusik, olahraga, seni, atau keterampilan lain yang disukai anak.

Pada masa sebelm remaja ini pula pembentukan karakter dan budi pekerti pada anak harus ditanamkan sungguh-sungguh supaya mereka kelak tidak jadi orang begajulan yang terpapar hal-hal negatif.

Lagu Indonesia Judulnya Oktober dan 5 Rekomendasinya

Lagu Indonesia Judulnya Oktober dan 5 Rekomendasinya

Musim hujan di Indonesia dimulai dari bulan Oktober sampai April, kalau tidak terjadi anomali cuaca akibat pemanasan global. 

Kalau tidak kebanjiran, musim hujan identik dengan suasana sejuk, romantis, dan kadang syahdu, membuat hati tenang dan kepala tetap dingin untuk memutuskan sesuatu yang penting dalam hidup.

Related: Beda Impersonator dan Impressionist di Dunia Musik

Menikmati Oktober dengan tenang dan tentram, berikut emperbaca.com rekomendasikan lagu Indonesia yang judulnya Oktober. Semua lagu dapat didengarkan di platform streaming musik.

1. Oktober - Asa Wisesa

 

Lagu Oktober yang dinyanyikan Aga Wisesa ini rilis 2015, tapi masih enak banget didengar di tahun kapan pun. Lagunya sendu tidak, cenderung ceria, tapi bukan yang lagu. Liriknya gampang dihapal dan musiknya dimainkan akustik dengan gitar.

Berkisah tentang sesorang yang baru jadian di bulan Oktober dan happy banget.

2. Oktober - Band Sol

 

Lagu berjudul Oktober yang dibawakan oleh band indie dari Jakarta ini campuran pop, rock, dan ska tipis-tipis. Rilis tahun 2022 dan enak didengar kapan saja saat sendiri atau sedang kumpul bareng teman.

Lebih enak lagi didengar pagi hari atau saat sedang butuh semangat.

3. Oktober - Joko Indra Sukma

 

Ini lagu instrumentalia yang rilis pada 2022 dan cocok didengar kalau pengin menikmati permainan musik tanpa vokalis.

Di intro lagunya mirip soundtrack film Gladiator dan Lord of the Rings yang dibawakan Enya, tapi lama-lama kita akan mendengar nada khas musik nusantara yang memakai synthesizer. Ada perpaduan sedikit jazz juga

Sampai sekarang Joko Indra Sukma sudah menelurkan tiga single yaitu Twenty Five, Oktober, dan Bertahan.

4. Oktober - Nyong Huda

 

Nyong Huda memainkan lagu Oktober secara akustik diiringi harmonika.

Rlis pada 2022, lagu ini berkisah tentang kecintaan pemuda terhadap negaranya, tapi gelisah dengan segala kepedihan sosial yang dialami masyarakatnya.

5. 19 Oktober - Syakir Daulay

 

Lagu ini dibilang lagu betulan, tapi kok lucu. Dibilang lagu lucu-lucuan, tapi, ya, serius mengajak oarng untuk nonton film Imam Tanpa Makmum di bioskop.

Poster film Imam Tanpa Makmum (Syakir Film)

Syakir Daulay di film itu berperan sebagai tokoh utama bernama Imam yang jatuh hati pada pemain biola yang juga mengelola rumah singgah untuk anak jalanan.