Ngonten dan Nulis, Mana yang Lebih Cepat Dapat Duit?
Ngonten atau bikin konten dianggap lebih mudah dilakukan dan peluang dapat duitnya lebih besar ketimbang pekerjaan lain. Selain monetisasi konten dari platform medsos, uang bisa didapat dari sponsor yang ingin mempromosikan produk.
Makanya banyak ibu-ibu yang ngonten di sela waktu luangnya mengurus rumah tangga. Mereka ngonten di Facebook karena platform kepunyaan Mark Zuckerberg ini dianggap ideal untuk berbagi kehidupan sehari-hari dibanding Instagram yang sudah terkenal dengan konten-konten mewah dan glamor.
Secara praktis, ngonten dianggap lebih mudah menghasilkan uang dariipada nulis. Namun, penghasilan nulis juga tidak bisa dibilang sedikit kalau kita sudah punya komunitas dan jejaring yang berhubungan dengan pekerjaan menulis.
Jadi, mana di antara ngonten dan nulis yang lebih cepat menghasilkan uang?
Persiapan Ngonten
Tentu saja harus ada ponsel alias HP (handphone). Kelengkapan lainnya boleh ada boleh tidak. Pembuat konten pemula biasanya cuma butuh HP dan syuting dengan cara menyandarkan ponsel di tatakan gelas, tumpukan buku, ranting pohon, dan sebagainya.
Peralatan dan kelengkapan bisa dibeli kalau sudah ada penghasilan atau betul-betul ingin menggeluti bidang konten secara profesional.
1. Peralatan
Kelengkapan selain ponsel adalah tripod. Sekarang banyak dijual tripod yang berfungsi juga sebagai tongsis. Tanpa bantuan orang lain, ibu bisa bikin konten sendiri dengan ponsel yang dipasang pada tripod.
Alat kedua yang dibutuhkan untuk ngonten adalah mikrofon. Mikrofon dibutuhkan kalau konten diisi dengan banyak bicara. Suara kita akan terdengar jelas dan jernih tanpa gangguan seperti suara ayam, motor lewat, atau radio tetangga.
Kalau mau ngonten sambil masak tentu harus disiapkan dulu alat masaknya. Begitu juga kalau ngonten sambil nyuci, berkebun, beberes rumah dsb sebelum syuting tentu harus disiapkan dulu semuanya.
2. Penyuntingan
Menyunting kadang bisa lebih sulit dari proses syuting. Ibu-ibu biasanya tidak menyunting video dan langsung posting di medsos. Paling maksimal mereka memotong durasi supaya hanya bagian menarik yang terlihat.
Namun, orang yang ingin kontennya terlihat menarik, sedap ditonton dan terlihat wow sering menyunting dengan menambah efek suara, teks, musik. stiker, menggabungkan dua video, dan lainnya. Kita harus mengunduh aplikasi pengedit video kalau mau konten lebih menarik ditonton.
Jadi sebelum sebuah konten tayang di medsos, ada proses panjang dibaliknya. Pembuat konten harus selalu mencari ide supaya bisa mengunggah konten secara teratur. Ide bisa didapat dari mendaur ulang hasil karya pembuat konten lainnya atau dari lingkungan sekitar.
Persiapan Nulis
Sama seperti ngonten, nulis juga perlu persiapan, hanya saja lebih sederhana karena tidak butuh banyak alat. Paling diperlukan dalam menulis adalah mikir dan berkhayal.
1. Peralatan
Idealnya nulis (mengetik) menggunakan laptop atua komputer dengan keyboard (papan ketik) yang lapang untuk jari-jemari, tapi nulis di HP juga tidak masalah. Ada aplikasi Word, Notepad, bahkan nulis langsung di blog publik (Kompasiana, IDNTimes, Terminal Mojok, Medium) juga bisa langsung dari peramban yang ada di ponsel.
Kedua, akses internet. Kuota data di ponsel harus ada, atau dari langganan provider internet. Sekali posting, tulisan kita auto tayang di world wide web alias jagat maya.
2. Editing
Editing menulis dilakukan dengan cara membaca ulang apa yang sudah kita tulis. Dari situ akan kelihatan apa ada salah ketik, kurang huruf, kata tidak tepat, atau tanda baca yang kurang.
Editing atau penyuntingan juga bisa dilakukan oleh orang lain supaya objektif. Minta orang lain membaca tulisan kita lalu tanya apa saja yang perlu dilengkapi atau diubah dari tulisan itu. Mintalah tolong pada orang yang suka baca-meski dia tidak suka nulis.
Ngonten Vs Nulis
Dari sisi kesederhanaan alat dan kemudahan menyunting, nulis lebih mudah dilakukan daripada ngonten. Namun, kalau belum terbiasa menulis otak rasanya buntu, apalagi kebanyakan kita kurang suka membaca.
Ini bikin perbendaharaan kata terbatas dan otak tidak terstimulasi oleh berbagai hal yang sifatnya lambat dan nonverbal. Jadinya mau nulis satu kalimat saja rasanya seperti mikirin negara, saking sulitnya.
Sementara itu membuat konten bisa dilakukan tanpa mikir. Proses mikir pada konten ada pada saat penyuntingan. Makanya para pembuat konten biasanya mempekerjakan orang lain untuk penyuntingan, sementara dia fokus pada isi konten.
Hal ini supaya para pembuat konten tidak kehabisan waktu hanya untuk menyunting video. Kadang merekam konten cuma perlu waktu 30 menit, tapi editingnya bisa makan waktu 3 jam.
Cara Orang Indonesia Baca dan Nonton Konten
Orang Indonesia tidak suka baca. Pun kalau melihat konten sukanya yang durasi pendek di bawah 30 detik. Lebih dari 30 detik mereka akan bosan dan tidak lagi tertarik pada konten yang dilihat. Membuat konten yang menarik dan menghibur dengan durasi hanya 30 detik tentu tantangan buat para pembuat konten video pendek.
Jadi, ngonten dan nulis sebetulnya sama-sama tantangan kalau mau menyenangkan orang Indonesia yang tidak suka baca dan hobi nonton video durasi super pendek.
Ada YouTuber yang saya kenal punya 141.000 subscribers. Jumlah subscriber sebanyak itu dia dapat karena kontennya punya kekhasan. Membahas soal ternak dan jual-beli burung Kenari. Pun kanalnya dibuat pada 2014 dengan jumlah unggahan lebih dari 1300 video. Jadi tidak instan.
Karena dia sudah lama di YouTube, tentu penggemarnya juga orang yang betul-betul menyukai kenari, bukan penggemar yang menyukai segala yang viral saja.
Orientasi Materi
Mau ngonten atau nulis harus dilakukan karena kita menyukainya dan ingin terus menekuninya. Kalau sekadar ikut-ikutan bikin konten karena ingin terkenal dan dapat duit, kita akan cepat kehilangan arah yang ditandai dengan ngonten asal-asalan dan gak masuk akal, semisal menuang minyak goreng ke panci terbalik atau mencuci beras di mesin cuci.
Konten-konten seperti itu menandakan pembuatnya pengen cepat viral demi dapat keuntungan materi. Jangan samakan diri dengan selebritas, pejabat, dan anak pejabat. Mereka sudah terkenal, jadi bikin konten apa pun pasti rame. Perusahaan dan merek ternama berlomba membayar mereka untuk mempromosikan produknya.
Kita rakyat jelata juga bisa memperoleh ketenaran dan materi asal konsisten nulis atau membuat konten yang sesuai minat dan kesukaan. Misal kita suka bunga, maka konsisten saja ngonten yang berhubungan dengan bunga.
Pun suka menulis cerpen. Konsisten saja bikin cerpen dan diposting di platform menulis. Uang akan datang sendirinya kalau kita menyukai apa yang kita lakukan dan konsisten melakukannya.
Posting Komentar untuk "Ngonten dan Nulis, Mana yang Lebih Cepat Dapat Duit?"
Posting Komentar