Widget HTML #1

Semua yang Punya Vellfire Pasti Kaya?

Dulu Vellfire merupakan varian tertinggi Toyota Alphard. Keduanya kemudian dipisah untuk memenuhi segmen pasar yang berbeda. Vellfire disukai mereka yang berusia muda dan ingin MPV dengan gaya sporty.

Namanya juga MPV (multi-purpose vehicle) premium maka harganya juga mahal di kisaran Rp1,2M - Rp1,8M. Ada harga ada rupa, mobil ini sangat nyaman di deret mana pun kita duduk. 

Mobil operasional emperbaca.com

Makin Mahal Makin Nyaman? 

Di mobil biasa, tempat paling tersiksa ada di kursi belakang karena posisinya dekat ban bikin kita ajrut-ajrutanKursi belakang jauh dari setir (roda kemudi) sehingga kita merasakan guncangan dan ayunan yang lebih intens. Saat mobil mengerem, penumpang belakang juga akan merasakan efek momentum lebih kuat.

Di Alphard dan Vellfire duduk di deret paling belakang sama nyamannya dengan kursi paling depan. Saat duduk di kursi belakang dan melewati sambungan jalan di tol MBZ, pantat kita ga loncat-loncat. Duduk di deret mana pun di Alphard dan Vellfire anti-muntah-muntah-club kecuali kalau penumpangnya punya sugesti mabokan.

Meski begitu, posisi duduk paling nyaman di Alphard dan Vellfire ada di deret tengah. Kabin lega, bisa selonjoran, bisa rebahan, dan bisa geser sana-sini tanpa bertubrukan dengan penumpang sebelah. Kursi Alphard-Vellfire juga gak bikin pantat panas. 

mobil operasional emperbaca.com

Entah kenapa boyok (pinggang belakang) tidak pernah pegal kalau kita duduk di mobil mahal. Jadi benar makin mahal mobil makin nyaman ditumpangi. Pengemudi juga merasakan hal sama. Nyetir mobil premium dijamin anti-pegal-pegal-club dibanding mobil biasa. 

Vellfire Generasi Dua 

Punya mobil Vellfire meski yang cuma generasi dua ternyata sudah cukup membuat kami dikira tajir. Padahal mobil ini kami beli bekas bukan yang harganya milyaran. Namun, karena orang menganggap Vellfire mobil mewah, kami yang membelinya dikira banyak duit.

Kami membelinya karena pertimbangan mobil ini akan mengangkut orangtua saya dan suami yang sudah sepuh, usia mereka di atas 73 tahun. Jadi kalau mengajak jalan-jalan, mereka nyaman dan pulangnya badan tidak sakit-sakit.

Pun kami sering liburan ke luar kota dan pulang ke Jakarta dengan jalan darat sehingga ingin mobil yang nyaman. Membeli Vellfire jadul untuk kendaraan harian dan bepergian jauh buat kami amat sangat bermanfaat dibanding beli mobil baru yang masih gress.

Vellfire generasi dua itu kami panggil dengan sebutan Velly. 

Meski begitu, karena body-nya besar, mengendarai Vellfire agak sulit buat saya yang perempuan karena jalan di negeri kita ini sempit-sempit. Belum lagi banyak perempuan random di jalan yang pergerakannya gak bisa diduga sehingga makin menyulitkan menyetir mobil berbadan bongsor.

Saat lampu hijau saya pernah berpapasan dengan pengendara (tampaknya mahasiswi) yang berboncengan. Alih-alih tengok kanan-kiri dulu sebelum nyebrang, dia malah langsung nge-gas, padahal arus di kanannya sedang lampu hijau. 

Hampir saja dia tertabrak Velly karena keberadaannya yang muncul tiba-tiba saat lampu hijau dan datang tanpa ancang-ancang. Sudah hampir tertabrak dia bukannya mengerem, malah makin nge-gas seolah ngajak balapan. 

Padahal di jalan itu banyak truk yang tidak memungkinkan kendaraan lain jalan kencang, apalagi motor. Bisa-bisa dia nyenggol lalu kelindas. Namanya juga perempuan random, begitulah tingkahnya di jalan. 

Saya sendiri bukan perempuan random karena sudah bisa menyetir sejak kuliah dan waktu itu belum banyak yang punya motor. Kalaupun punya pasti yang bebek nonmatic. Mobil pun masih jamannya manual sehingga tidak memungkinkan bertingkah random seperti pengemudi sekarang.

Mobil Mahal Perawatan Mahal? 

Si Velly pernah harus turun mesin alias overhaul karena pemilik sebelumnya ternyata tidak merawat mobilnya, asal pake aja. Keluarlah uang Rp45juta untuk mendandani mesin Velly.

Waktu itu kami mogok sepulangnya dari tempat wisata Cepogo Cheese Park di Boyolali. Di tengah gunung si Velly mogok, sama sekali tidak mau nyala. 

Akhirnya kami panggil towing untuk pulang ke Magelang. Selama menunggu towing datang kami dijaga tiga polisi setempat yang sekaligus mengatur supaya tidak macet. Maklum itu jalur PP ke Cepogo Cheese Park. 

Pernah juga saat pulang dari Jakarta selepas menengok orangtua, Velly kena seruduk NMax di Ambarawa sampai spionnya patah. Posisi kami sedang jalan pelan karena lampu lalu lintas sudah kuning, tinggal nunggu berhenti saat lampu ganti ke merah. Tiba-tiba gubraakkk!

Sudah di NMax yang salah, spion Vellfire kami patah dan lampu depan retak, eh, masih harus bayar Rp500rb untuk dia ke tukang urut. Kata warga sana yang berkerumun, "Bayar aja Rp500rb untuk dia ke tukang urut, kan bapak mobilnya juga bagus," kata mereka ke suami saya. 

1. BBM

Konsumsi bahan bakar untuk mobil ber-cc 2400 seperti Velly tentulah harus yang kadar oktannya tinggi karena rasio kompresinya juga tinggi. Jadi kami harus pakai Pertamax. 

Kenapa tidak Pertamax Turbo sekalian? Pertamax Turbo lebih ditujukan untuk mobil dengan turbo injection dan turbocharger (supercharger). Teknologi tinggi ini ada pada mobil balap dan mobil sport seperti Mitsubishi Lancer Evolution, Porsche, Lamborghini, Aston Martin, atau Koenigsegg.

Velly bukan mobil balap jadi bahan bakarnya pakai Pertamax, bukan Pertamax Turbo.

2. Aki

Aki pernah habis waktu kami akan salat Iduladha di Masjid Agung Jawa Tengah di Mungkid. Untungnya masih di rumah, jadi terhindar dari mogok mendadak seperti di Cepogo. 

Padahal waktu overhaul di bengkel Nasmoco, mekanik bilang tidak ada masalah dengan akinya karena masih tergolong baru. Memang tidak ada masalah, tapi rupanya pemilik lama membeli aki murahan. Jadilah si Velly ganti aki baru seharga Rp1,9jt.

3. Ban

Kami pernah pecah ban di tol sekitar Kendal arah Jakarta sekeluarnya dari rest area. Di rest area kami isi nitrogen. Tidak lama ban kanan belakang pecah. Waktu bannya pecah kami cuma merasakan sedikit getaran yang kami kira berasal dari jalan.

Setelah melihat asap barulah saya bilang ke suami untuk cepat minggir karena ada asap keluar. Waktu itu saya duduk di kursi tengah. 

Di Kendal tidak ada toko ban besar, jadi kami balik ke Semarang untuk beli ban baru. Di toko ban itu harga termahalnya cuma Rp850rb menyesuaikan kemampuan pasar. Padahal kami sudah siap kalau bengkel menyerankan harga ban bermerek berharga jutaan, melihat Velly adalah mobil mewah.

Sebelumnya waktu saya ke rumah sepupu di Mampang Prapatan, ban kiri belakang kena ranjau paku alumunium sampai habis. Kami baru tahu saat sudah sampai dan turun dari mobil. 

Selain tidak bisa disapu dengan magnet, paku ini tetap akan menempel di bagian telapak ban setelah dilindas. Meski pakai ban tubeless, udara tetap berkurang perlahan dan habis seketika setelah kena ranjau paku. 

Untung saja kami selalu bawa ban serep, dongkrak, dan pembuka roda jadi tidak repot saat harus mengganti ban yang kena ranjau paku. Akhirnya kami pulang ke Magelang dengan ban serep. Entah kenapa tidak terpikir beli ban di Jakarta yang pasti lebih banyak pilihan daripada di Magelang.

Perawatan Mobil Mewah

Punya mobil mewah, berapa pun tahun keluarnya, memang harus siap dengan biaya perawatannya yang selangit, berlipat-lipat dibanding mobil biasa. 

Enaknya, dipakai sebagai kendaraan harian si Velly lincah juga. Kita tidak kagok membawanya bermanuver cepat di jalan untuk menghindari pengendara random seperti mbak-mbak di atas. 

Sudut pandang pengemudi ke jalan di depan, samping, dan belakangnya juga leluasa dan nyaman, tidak seperti mobil MPV lainnya

Jadi, saya berpendapat semua yang punya Vellfire dan Alphard pastilah kaya, meski tidak tajir. Mereka pasti sudah tahu biaya perawatan dan pembelian komponennya mahal. Waktu Velly overhaul ada komponen yang harus diimpor langsung dari Jepang, menyebabkan Velly lama menginap di Nasmoco. Karena impor harganya pun jadi mahal.

Selain itu pengirimannya pun harus pakai kurir khusus Nasmoco, tidak boleh dikirim lewat JNE, JnT, IDX, dan kurir umum lainnya. Ini dilakukan supaya tidak terjadi kerusakan sekecil apa pun di komponen Vellfire.  

Alphard dan Vellfire ada yang diimpor built-up (utuh) dari Jepang, ada juga yang dirakit di Indonesia.

Nasmoco adalah dealer resmi Toyota di Jateng dan Yogyakarta. Di luar Jateng dan Yogya dipegang oleh Auto2000. 

Beli Gak Asal Beli

Menurut BPS, orang kaya adalah mereka yang pengeluarannya Rp10jt ke atas per bulan. Orang kaya pengeluarannya belasan juta, sedangkan orang tajir pengeluarannya bisa puluhan juta per bulan. Kenapa BPS menghitung kaya-miskinnya penduduk dari ukuran pengeluaran?

BPS bilang pengeluaran mencerminkan pendapatan. Pengeluaran rutin terjadi tiap bulan, sedangkan pendapatan bisa tidak rutin (tidak tentu). 

Beli mobil merek apa pun sebaiknya memang disesuaikan dengan kemampuan keuangan kita karena beli mobil bukan cuma beli terus udah

Ada biaya bensin, perawatan, dan biaya tak terduga. Contoh biaya tak terduga, misal-amit-amit, kita kena seruduk kendaraan lain padahal mereka yang salah. Kalau sudah begitu kita pasti akan keluar uang untuk ke bengkel atau mengganti kerugian ke pihak lain, meski mereka yang salah.

Pun ada pajak tahunan, lima tahunan, ganti oli, ganti aki, dan lain-lain keperluan mobil yang harus dipenuhi kalau mau mobil enak dikendarai, nyaman ditumpangi, dan keselamatan orang di dalamnya pun terlindungi.

Posting Komentar untuk "Semua yang Punya Vellfire Pasti Kaya?"