Standar Hidup Seragam Orang Korea yang Bikin Toxic

Korea yang dimaksud tentu Korea Selatan sebab Korea Utara merupakan negara yang sangat tertutup, jadi tidak mungkin ada musik dan kuliner dari negeri Kim Jong Un yang dibawa ke luar negeri seperti K-Pop dan drakor.

Toksisitas Orang Korea dari Standar Hidup yang Seragam

Terus kenapa judul tulisan ini bawa-bawa rasisme? Rasisme adalah doktrin atau sistem kepercayaan yang menyatakan bahwa ras tertentu lebih istimewa dan unggul yang karenanya berhak merendahkan bahkan memperbudak ras lain.

Rasisme marak terjadi di negeri ginseng. Di negeri yang romantisme musim dinginnya di drakor bikin hati meleleh dan tarian boyband-nya bikin mata berbinar.

Related: Regenerasi Boyband Indonesia Takpernah Padam

Rasisme Pada Kulit Coklat

K-Pop, drakor, kimchi, dan aneka kuliner Korea telah mempengaruhi orang di dunia untuk datang berwisata ke Korea. Tidak sedikit perempuan dari India, Indonesia, dan negara-negara Asia Tenggara lainnya yang datang ke Korea karena ingin bersuamikan orang Korea.

Namun, yang terjadi sungguh bertolakbelakang dengan romantisme drakor dan semangat positif K-Pop.

Hampir semua orang yang datang ke Korea dari Afrika, Asia Tenggara, dan Asia Selatan (Banglades, Pakistan, Bhutan, Maladewa, Nepal, dan Sri Lanka) mendapat perlakuan tidak menyenangkan mulai dicibir sampai dihina karena berkulit coklat dan bertubuh pendek.

Korea Expose mengungkap kalau rasisme di Korea terjadi akibat minimnya hukum yang meniadakan diskriminasi dan tidak adanya keberagaman di negara itu. Orang Korea sangat jarang melihat langsung orang dari ras lain sehingga standar kecantikan dan ketampanan mereka pun seragam.

Maka kita harus bangga jadi orang Indonesia karena cuma di sini kita bisa bersaudara setanah air dengan orang berkulit putih, coklat, dan hitam sekaligus.

Sebetulnya bukan cuma orang Asia berkulit coklat, bule berkulit putih sering juga dapat perlakuan tidak enak saat menjalin hubungan asmara dengan laki-laki Korea.

Laki-laki Korea tidak menyukai pasangan mereka ngobrol (meski cuma semenit!) dengan laki-laki bahkan bila si lelaki cuma kurir pengantar paket, bekas teman sekolah, atau teman kerja. 

Kemudian, meski seseorang berwajah bule, berambut pirang, dan berhidung mancung, tapi kalau dia gemuk atau berpipi tembem (chubby), dia juga bakal diledek seperti babi dan diminta operasi plastik untuk memperbaiki penampilannya.

Perundungan dari Standar Kecantikan dan Ketampanan Korea

Mungkin karena minim melihat keberagaman atau karena berpikiran terlalu sempit, orang Korea punya standar kecantikan dan ketampanan yang membagongkan karena orang satu negara standarnya sama dan seragam.

Karena sama dan seragam, mereka jadi tidak menerima keadaan fisik yang mereka punya sejak lahir. Laki-laki dan perempuan yang punya fisik tidak sesuai dengan standar kecantikan dan ketampanan Korea akan diledek oleh teman di sekolah, di kampus, di kantor, bahkan di keluarga mereka sendiri.

Mereka akan diminta melakukan operasi plastik untuk memperbaiki bentuk hidung, pipi, mata, dan dagu. Makanya tidak heran kalau situs Seoul Plastic Surgery menyatakan operasi plastik merupakan hadiah umum bagi remaja yang berulang tahun ke-16. 

Mereka yang tidak operasi plastik dan memilih tampil apa adanya sesuai fisik mereka sejak lahir bakal kena bully bertubi-tubi yang menyebabkan mental mereka jatuh lalu mengakhiri hidup.

Other-race Effect

Sebetulnya, ketidakberagaman yang dialami orang Korea juga dialami orang dari negara lain. Misal, orang bule akan melihat kalau muka orang Asia Tenggara sama semua yang membuat mereka sulit membedakan mana orang Indonesia, mana Filipina, dan mana Thailand.

Kesulitan mengenali dan membedakan orang dari ras lain dinamakan other-race effect atau efek ras lain.

Kita yang orang Indonesia juga akan kesulitan membedakan mana orang Jepang, Tiongkok, dan Korea karena di mata kita mereka semua sama-sama sipit, berkulit putih kekuningan, dan  berambut hitam.

Namun, wajah yang kita lihat pada orang Korea umumnya bukan sekadar karena kita mengalami other-race effect, melainkan karena bentuk wajah orang Korea betul-betul sama. Wajah mereka berbentuk oval dengan rahang bentuk V, pipi tirus, bibir tipis, hidung kecil dan runcing, mata besar dengan kelopak mata ganda, serta kulit putih pucat.

Padahal bentuk wajah manusia diciptakan berbeda-beda. Ada yang oval, persegi, bentuk hati, panjang, dan bulat. Kalau semua mengikuti standar kecantikan Korea, wajah manusia malah jadi tidak unik.

Sementara itu standar ketampanan laki-laki Korea yang dulu menginginkan wajah macho dan maskulin, kini berubah. Laki-laki Korea sekarang ingin wajah yang lembut dan feminin, tapi dengan tubuh yang berotot.

Toksisitas Orang Korea dari Standar Hidup yang Seragam
Standar ketampanan Korsel masa kini (gambar dibuat dengan AI Bing Copilot)

Makanya orang yang bukan penggila K-Pop melihat para personil boyband Korea seperti banci dengan wajah feminin berlipstik, alis disulam rapi, dan pipi tirus.

Standar kecantikan dan ketampanan yang sama dan seragam ini jugalah mengakibatkan tebalnya other-race effect di mata orang non-Korea terhadap orang Korea. Artinya lebih banyak lagi orang asing yang melihat kalau muka orang Korea sama semua.

Toksisitas dan Angka Bunuh Diri di Korea

Tahun demi tahun makin banyak orang Korea yang sadar kalau orang-orang di negara mereka toxic terhadap banyak hal, terutama pada penampilan yang tidak sesuai standar kecantikan dan ketampanan Korea.

Toksisitas orang Korea dalam banyak hal membuat mereka saling menekan satu sama lain. Mereka yang dianggap berbeda dari sisi penampilan, pergaulan, gaya hidup, dan lainnya akan di-bully, minimal dijauhi. Makanya banyak kasus bunuh diri di sana.

Statista mencatat kasus bunuh diri di Korea Selatan merupakan yang tertinggi di antara 38 negara anggota OECD (Organization of Economic Co-operation and Development) sejak 2021.

Saat terjadi penurunan angka bunuh diri global sejak tahun lalu, Korea Selatan justru mengalami kenaikan dengan 26 kematian tiap 100.000 penduduk.

***

Melihat fakta-fakta di atas bolehlah kita bilang kalau keindahan dan keseruan yang ada dalam drama Korea tidaklah nyata. Kehidupan nyata di Korea Selatan sangat jauh berbeda dengan yang ditampilkan di sinema mereka.

Pun kehidupan para idola K-Pop tidaklah semudah yang dibayangkan. Kami yakin tidak ada idola K-Pop yang tidak melakukan operasi plastik. Tidak ada dari mereka yang tampil dengan wajah asli saat memulai debutnya di dunia hiburan. 

Salah satu syarat jadi artis di Korsel, entah penyanyi, bintang film, model, atau profesi lain di industri hiburan adalah punya standar kecantikan dan ketampanan ala Korea. 

Jadi kalau kamu nonton drakor dan tidak pernah hapal nama pemerannya karena wajah mereka kelihatan sama, ya, memang benar. Wajah orang Korsel seperti punya cetakan baku yang mana satu sama lain harus berwajah serupa.

0 komentar

Posting Komentar