Pernah tidak sengaja dengar satu lagu yang sering diputar tetangga kemudian jadi hapal? Atau hapal lagu karena sering mendengarnya di TikTok? Itu artinya kita mengalami last song syndrome atau sindrom lagu terakhir.
Disebut last song (lagu terakhir) karena yang selau terngiang dan teringat cuma potongan atau bagian kecil dari satu lagu saja. Bagian lagu yang paling sering terngiang biasanya ada di intro (pembuka) dan refrain (bagian yang diulang).
Apa Itu Last Song Syndrom
Jadi last song syndrome adalah kondisi saat satu lagu yang sering terdengar tiba-tiba muncul di ingatan dan terngiang di telinga. Kadang kita tanpa sadar menyenandungkan atau menyanyikan potongan lagu itu saat santai atau sedang mengerjakan sesuatu yang tidak butuh konsentrasi tinggi.
Last song syndrom terjadi karena adanya paparan berulang, baik yang disengaja atau tidak. Paparan berulang yang disengaja kita dapat dari melihat video di TikTok. Kita biasanya men-scroll video pengguna TikTok lain yang biasanya menggunakan lagu yang sedang viral untuk musik di videonya.
Saking seringnya mendengar, potongan lagu itu lantas nyangkut di kepala dan terngiang di telinga kita.
Sedangkan paparan yang tidak disengaja datang, misal, dari radio yang disetel tetangga, di toko buku, restoran dan kafe, atau di mall.
Related: Alasan Orang Suka ke Mall
Tidak semua lagu bisa nyangkut di kepala dan terngiang di telinga kita. Ada kondisi khusus yang harus ada pada satu lagu supaya dia bisa nyangkut di telinga kita. Syarat tersebut yaitu:
1. Catchy. Catchy artinya berkesan karena enak didengar. Lagu yang menempel di otak dan terngiang di telinga haruslah yang enak didengar sehingga menancap dalam benak.
2. Bernada riang dengan tempo cukup cepat, tapi tidak cepat seperti lagu mars. Ketukan lagu yang memicu last song syndrome ada di 108-120 per menit. Lagu yang temponya terlalu lambat atau terlalu cepat sulit diserap ke ingatan jadi kurang memicu last song syndrome.
3. Komposisi lagu tidak rumit. Lagu yang memicu last song syndrome tidak meliuk-liuk atau nada naik turun tinggi rendah yang drastis.
Itulah kenapa kita tidak mudah menyenandungkan musik rock dan metal karena komposisi musiknya lebih bervariasi dari pop.
4. Lirik sederhana. Diksi (pemilihan kata) dalam lagu haruslah seperti kata yang biasa kita dengar sehari-hari.
Lirik band Dewa 19 termasuk sulit dicerna karena sangat puitis, tapi karena catchy dengan tempo cukup cepat dan komposisinya tidak rumit, maka lagu mereka sesuai kondisi terciptanya last song syndrome.
Pop dan Dangdut
Lagu bergenre pop dan dangdut memenuhi semua unsur lagu yang memicu last song syndrome. Makanya lagu dangdut dan K-Pop juga lebih cepat dihapal anak-anak karena last song sydrome menimpa mereka dari lagu yang disetel atau dari tempat yang mereka datangi.
Selain itu, genre dangdut dan pop sama-sama punya lirik sederhana yang disertai pengulangan serta irama yang easy-listening. Ciri ini sesuai studi yang dibuat oleh Department of Music di Durham University.
Meski disebut sindrom, fenomena psikologis ini tidak berbahaya karena tidak membahayakan siapa pun.
Last Song Syndrom dan Lagu Tradisional
Kalau ayah-bunda mau membuat anak-anak kita hapal lagu-lagu daerah, pakailah cara supaya mereka mengalami sindrom lagu terakhir. Caranya:
1. Nyanyikan lagu-lagu tradisional atau daerah sesering mungkin saat anak sedang santai. Kondisi anak harus dalam keadaan santai dalam arti tidak sedang mengerjakan sesuatu yang butuh konsentrasi tinggi.
2. Nyanyikan berulang-ulang dengan hati riang. Menyanyi dengan terpaksa membuat nada jadi tidak enak didengar.
3. Mengajaknya bermain sambil bernyanyi lagu-lagu tradisional. Mereka akan hapal dengan sendirinya kalau kita ajak menyanyi sambil bermain.
4. Usia ideal supaya anak mudah meresapi lagu ialah dibawah lima tahun atau balita. Maksimal di usia kelas 1 SD.
Kalau sudah terlalu besar, anak biasanya sudah mengikuti selera musik teman-teman atau yang sering didengarnya di lingkungan. Jadi lebih sulit mengenalkan anak kepada lagu tradisional kalau usianya sudah besar.
0 komentar
Posting Komentar