Delapan Keuntungan jadi Anak Rumahan

Orang yang sering keluar rumah untuk berkegiatan dan beraktivitas dianggap orang yang punya banyak teman dan relasi. Kalau teman dan relasinya sedikit mana mungkin tiap hari ada saja kegiatannya di luar rumah.

Sebaliknya, orang yang lebih sering di rumah kuper (kurang pergaulan) dan tertutup karena tidak punya teman untuk diajak berkegiatan diluar rumah.

Bagi orang yang sering keluar rumah, entah untuk berkegiatan, ngopi-ngopi, mengerjakan tugas kuliah dan kantor, atau sekadar arisan,  jadi anak rumahan adalah sesuatu  yang membosankan dan tidak akan mereka lakukan kalau tidak terpaksa.

Alasan Orang Sering Keluar Rumah

 

1. Jadi aktivis sosial. Aktivis sosial termasuk didalamnya karang taruna, PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga), Dasawisma (dawis), kelompok senam, dan perkumpulan kajian agama.

Apa beda PKK dengan Dawis? Dasawisma adalah sekelompok anggota PKK yang terdiri dari 1 ibu-ibu yang berada dalam satu RT. Dawis bisa juga dibilang sebagai kelompok terkecill dari PKK.

Kalau seseorang senang melakukan kegiatan sosial dia akan senang hati melakukan apa yang dibutuhkan masyarakat di sekitarnya. Walau tidak dibayar dan lebih sering nombok, beraktivitas sosial dapat membuatnya bahagia.

2. Rumah sepi dan tidak ada fasilitas. Biasa dialami oleh ibu rumah tangga yang suaminya kerja kantoran dan anak-anaknya sekolah dan kuliah sampai sore.

Supaya tidak gabut dan beogong sendirian, mereka biasanya shopping, saling berkunjung ke rumah teman, ikut arisan, atau sekadar ngebakso bareng sembari menunggu jadwal menjemput anak.

Anak-anak muda yang rumahnya sepi juga lebih sering keluar rumah. Apalagi kalau dirumahnya tidak ada fasilitas hiburan seperti internet, alat musik, konsol game, perlengkapan hobi, atau hewan peliharaan, jadinya mereka lebih pilih keluar rumah.

3. Rumah sempit dan ramai. Sering dialami orang yang rumahnya kecil, sempit, berada dalam gang, dan dihuni banyak orang.

Orang dengan kondisi rumah seperti itu cenderung lebih suka berada di luar rumah untuk melepas kesumpekan. Tidak jauh, mereka biasanya duduk-duduk di luar rumah untuk ngobrol dengan tetangga atau nongkrong di warung terdekat.

Menurut Very Well Mind, tinggal di rumah kecil sebenarnya membantu mereduksi stres karena rumah lebih mudah dibersihkan dan tetap rapi yang membuat perasaan jadi tenang. Akan tetapi, kalau rumah kecil itu diisi lebih dari 4 orang, apalagi dihuni bersama mertua dan ipar, maka stres lebih cepat menghampiri.

Jadi rumah kecil ideal dan nyaman bikin tenang kalau dihuni 1-2 orang, tapi kalau dihuni banyak orang malah bikin stres.

4. Keluarga kurang harmonis. Ayah, ibu, dan anak-anak yang jarang bercengkrama dan bercanda bisa dibilang kurang harmonis sebab tidak ada kedekatan di hati satu sama lain.

Bila berkumpul dirumah pun masing-masing ada di dalam kamar atau sibuk melakukan aktivitas sendiri-sendiri. Karena itu suasana rumah jadi kurang nyaman dan penghuninya ingin selalu beraktivitas diluar rumah.

Keluarga kurang harmonis bisa juga terjadi karena orang tua sering bertengkar, dan terlalu memaksakan kehendak dan sering melarang anak.

5. Jenuh bekerja. Ada banyak orang kantoran yang memilih jalan-jalan, nongki bersama teman, atau melakukan kegiatan yang memeras adrenalin ketika mereka libur kerja.

Mereka beranggapan sayang sekali waktu kalau cuma digunakan untuk tidur di hari libur. Bagi mereka me-recharge energi dan kejeuhan adalah dengan melakukan aktivitas kesukaan di luar rumah.

Delapan Keuntungan Jadi Anak Rumahan

 

Seseorang jadi anak rumahan biasanya terjadi atas kemauan dan kesadarannya sendiri. Alasannya bisa karena menikmati kesendirian, ingin meluangkan waktu bersama keluarga, atau terlalu lelah karena selalu punya circle yang toxic.

Anak rumahan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah homebody.

Sebagian besar anak rumahan berkepribadian introversion (kita biasa menyebutnya dengan introvert) dan pastinya anak rumahan berbeda dengan orang yang menghindari dunia luar karena depresi. 

Anak rumahan menyukai aktivitas yang dilakukan didalam rumah. Sedangkan orang stres dan depresi berada di rumah karena takut dan cemas berhadapan dengan orang selain keluarganya.

Berikut keuntungan jadi anak rumahan yang bermanfaat bagi kesehatan jiwa dan raga.

1. Puas melakukan eksplorasi hobi. Banyak hobi yang bisa dilakukan di rumah dengan modal alakadar seperti memasak, menulis, berkebun, membaca, mengutak-atik elektronik, berolahraga, bahkan membersihkan rumah juga termasuk hobi, lho!

Eksplorasi hobi yang kita lakukan bisa membuat kita jadi menguasai bidang tersebut. Nantinya hobi itu bisa jadi uang atau membuat kita jadi ahli yang mana keahlian itu akan dibutuhkan banyak orang.

Connect Health mengungkap bahwa melakukan hobi dapat membuat kita bahagia yang baik bagi kesehatan memtal.

2. Bisa menerapkan gaya hidup sehat. Saat berada di rumah kita bisa memasak resep baru atau mencoba resep buatan sendiri dengan bahan sederhana yang sehat tanpa vetsin, makanan kaleng. atau yang berpengawet.

Tidur yang cukup juga bisa kita terapkan saat berada di rumah untuk menjaga kesehatan.

3. Terhindar dari penuaan dini akibat paparan sinar matahari dan kosmetik. 

Walau keluar rumah mengendarai mobil yang kacanya sudah anti-UV, tapi kita masih bisa terpapar saat keluar dari parkiran atau saat matahari sedang terik-teriknya menembus kaca film mobil dan mengenai kulit kita.

4. Menghemat bahan bakar dan mengurangi polusi udara. Kendaraan yang dipakai orang Indonesia masihlah yang berbahan bakar bensin yang dibuat dari fosil dinosaurus.

Bahan bakar dari fosil merupakan energi tidak terbarukan dan bisa habis dengan cepat bila semua orang boros memakainya. Dengan jadi anak rumahan, kita bisa menghemat bensin.

Pun kita tidak ikut-ikutan bikin polusi dari ojek, taksi, motor, dan mobil pribadi yang kita pakai untuk keluar rumah.

5. Terhindar dari keinginan mengikuti segala tren yang sedang viral atau dikenal dengan istilah fear of missing out (FOMO).

Related:  FOMO dan JOMO Ketakutan dan Kegembiraan Atas Keterlibatan Tren Sosial

Seringkali orang yang terjebak FOMO menghabiskan waktu dan uang dengan percuma karena tidak ingin dikatakan kudet (kurang update). Anak rumahan tidak ambil pusing pada apa yang sedang tren dan viral sebab hal itu belum tentu bikin mereka bahagia.

6. Menghemat pengeluaran karena tidak perlu ngopi cantik di kafe, ngebakso, atau nongki di  mall bersama teman-teman yang bisa bikin boros.

Ada juga, sih, anak rumahan yang sering pesan GoFood dan GrabFood dibanding masak sendiri, tapi itu biasanya anak rumahan jadi-jadian atau yang sedang capek kemana-mana. Anak rumahan yang asli lebih suka memasak daripada pesan makanan.

Kalau mau sering pesan juga tidak apa-apa, yang penting pengeluaran harus selalu lebih kecil dari pemasukan. Jangan tergoda PayLater atau pinjol karena itu sama saja berutang pada rentenir.

7. Suka menerima dan menjamu tamu. Menjadi anak rumahan bukan berarti anti-sosial. Kebanyakan anak rumahan lebih senang dikunjungi daripada mengunjungi orang lain.

Anak rumahan akan senang hati mengajak orang main ke rumahnya dan menjamu mereka sebaik mungkin.

8. Menghargai hal kecil yang dilakukan orang lain. Anak rumahan sering memberi apresiasi kepada hal positif yang dilakukan orang lain seperti tersenyum pada penyapu jalan, memuji anak yang sopan, memborong dagangan penjual lampu merah, atau memberi sedekah secara spontan.

Semuanya terjadi karena anak rumahan tidak sering berada di tengah orang banyak sehingga terbiasa menghargai orang dan memperhatikan tiap detail yang menarik perhatiannya atau yang terlintas di depan matanya.

Ada orang yang tadinya senang beraktivitas di luar rumah kemudian jadi anak rumahan. Ada juga yang tadinya anak rumahan sekarang jadi gampang bosan di rumah dan lebih suka bepergian. 

Jadi tidak selamanya seseorang jadi anak rumahan terus dan tidak selalu orang yang suka keluyuran tidak bisa jadi anak rumahan. Semua tergantung kondisi orang dan keluarga yang bersangkutan.

0 komentar

Posting Komentar