Bukan Rusia-Ukraina, Ini Ciri Perang Dunia III dan IV

Serangan Rusia ke Ukraina yang sudah berlangsung sejak 24 Februari 2022 belum tepat jika disebut sebagai Perang Dunia ke-3 walau banyak media, seperti CNBCdetikcom, atau kompascom mengatakannya demikian. Topik tentang perang Rusia-Ukraini bahkan pernah jadi trending di Twitter.

World War III atau Perang Dunia III sesungguhnya sudah terjadi sejak melesatnya penggunaan internet di awal tahun 2000-an. Akses internet dunia pada saat itu masih lambat. Sebagai perbandingan, untuk mengunduh satu lagu MP3 sebesar 3 MB, butuh waktu sampai 20 menit.

Walau kecepatan internet masih lambat, kejahatan pencurian data kartu kredit sudah terjadi, tapi apa hubungannya pencurian kartu kredit dengan Perang Dunia III?

Perang Diponegoro melawan Belanda yang berlangsung tahun 1825-1830 di Jawa (Salamadian.com)

Kemunculan Perang Dunia III


1. Serangan Siber ke Estonia

Serangan siber paling kasat mata dan mengagetkan dunia terjadi di Estonia pada April dan Mei 2007. Para peretas melancarkan gelombang serangan siber yang melumpuhkan hampir semua situs pemerintah, bank, dan perusahaan di Estonia, salah satu negara paling terhubung di Eropa.

Serangan online tersebut terjadi setelah Estonia memindahkan tugu peringatan Perang Dunia II Uni Soviet dari pusat kota Tallinn pada 27 April 2007. Pemindahan itu memicu protes keras dari pemerintah Rusia yang disusul oleh kerusuhan yang dipicu ketidakpuasan etnis minoritas Estonia di Rusia.

Dibalik peristiwa pemindahan tugu, negara-negara Barat menemukan bukti bahwa Rusia ada dibalik serangan siber terhadap Estonia. Rusia sendiri telah membantah dan menyatakan tidak terkait dengan serangan siber itu.

2. Ransomware Korea Utara

Serangan siber lain yang mengagetkan dunia setelah Estonia terjadi pada Sony Pictures Entertaiment. Perusahaan hiburan multimedia itu dilumpuhkan oleh peretas Korea Utara pada 2014 karena email dan data pribadi para karyawan dan keluarganya, diretas dan dimunculkan ke publik. Besaran gaji para karyawannya juga disebarkan oeh kelompok hacker yang menamakan diri "Guardian of Peace".

Awalnya, banyak pihak menduga Korut tersinggung atas penayangan film komedi keluaran Sony berjudul The Interview yang mengolok Kim Jun Un. Belakangan terungkap bahwa ketersinggungan itu cuma alasan. Politik "luar negeri" Korutlah yang melatarbelakangi peretasan itu.

Berdasarkan tayangan National Geographic berjudul Inside North Korea: The Criminal State, Korut punya 6000 pasukan siber yang digunakan untuk mengganggu negara lain. Pasukan siber itu juga digunakan untuk minta tebusan dan melakukan pemerasan kepada perusahaan-perusahaan internasional. Langkah Korut itu kemudian dikenal dengan ransonware, serangan siber untuk minta tebusan uang.

Uang yang didapat dari memeras dan "menyandera" data itu digunakan untuk membiayai pemerintahan Korut. Karena itu Korut dapat bertahan walau diembargo sana-sini oleh negara-negara Barat.

Masih berdasarkan dokumentasi National Geographic, setiap harinya, pasukan siber Korut juga meretas banyak situs terkemuka, membajak akun medsos, dan mencuri identitas warga Korsel. Namun, semua itu dilakukan bukan demi tebusan uang, melainkan "sekedar" mengganggu ketenangan hidup warga negara tetangganya.

3. Infiltrasi Peretas Tiongkok

Mirip seperti yang dilakukan hacker Korut yang sengaja dibentuk dan didukung oleh pemerintahnya, kegiatan para peretas di Tiongkok yang menginfiltrasi banyak perusahaan dunia disinyalir juga sama.

Melansir nytimes.com, pada 2020, Departemen Kehakiman AS menemukan fakta bahwa sekelompok peretas yang terkait dengan dinas intelijen utama Tiongkok telah menyusup ke lebih dari 100 perusahaan dan organisasi, termasuk media massa, di seluruh dunia untuk mencuri data dan membajak jaringan yang lalu digunakan untuk memeras.

Barat juga menuduh Tiongkok berada dibalik peretasan Komisi Pemilihan Umum Kamboja untuk mempengaruhi hasil pemilu. Kedubes Tiongkok untuk Kamboja telah membantah tuduhan itu dan menyatakan bahwa Kamboja mendukung Kamboja sepenuhnya. 

Selain kelumpuhan Estonia, ransomware Korut, dan infiltasi hacker Tiongkok, masih ada ribuan serangan siber setiap harinya yang menyasar lintas negara.

Situs-situs pemerintahan Indonesia juga paling sering kena retas karena tidak punya sistem keamanan berlapis. Jangankan cuma diganti headernya, data publik saja banyak yang bocor saking mudahnya diretas.

Serangan siber telah bukti bahwa tumbuh pesatnya internet di era 1990-an telah berkembang dan digunakan sebagai senjata (cyber weapon). Internet bukan cuma digunakan untuk kejahatan mencuri data kartu kredit, melainkan melumpuhkan negara lain.

Einstein dan Bom Atom Perang Dunia II


Albert Eisntein, pada pernyataannya dibanyak media AS, sering mengutarakan kekhawatirannya terhadap teknologi nuklir. Einstein tahu bahwa dialah yang membuat rumus persamaan E=mc2 yang memuat teori pelepasan energi atom.

Akan tetapi, meski E=mc2 menjelaskan energi yang dilepaskan dalam sebuah energi atom, persamaan tersebut tidak menjelaskan bagaimana cara membuat membuat bom atom. Bom atom sendiri dibuat oleh J. Robert Oppenheimer yang menyatakan dirinya sebagai Bapak Bom Atom. Bom atom bikinan dialah yang menghunjam Hiroshima dan Nagasaki pada 6 dan 9 Agustus 1945 dan mengakhiri Perang Dunia II.

Bom atom adalah senjata nuklir yang ledakannya berasal dari proses reaksi fisi. Energinya diproduksi dari inti atom.

Walau banyak yang menuduh Einstein terlibat dalam pembuatan bom atom itu, nyatanya Einstein tidak terlibat. Pada 1933, dia diminta oleh rekan ilmuwannya, Leo Szilard, untuk menulis surat pada Presiden AS Franklin Delano Roosevelt tentang kemungkinan buruk yang terjadi jika Jerman lebih dulu membuat bom atom daripada AS.

Einstein yang telah melihat kerusakan akibat bom atom di Jepang lantas khawatir bahwa jika terjadi Perang Dunia ketiga, maka senjata yang diluncurkan adalah nuklir. Ketika Perang Dunia III terjadi dan nuklir meledak di mana-mana, maka bumi ini pasti hancur.

Karena bumi telah hancur dan tiada lagi yang tersisa, maka andai, jika, terjadi lagi perang dunia untuk keempat kali, manusia hanya akan menggunakan tongkat kayu dan batu sebagai senjata. Itulah sebab Einstein menyatakan bahwa, "I know not with what weapons World War III will be fought, but World War IV will be fought with sticks and stones." 

Pada pernyataannya itu Einstein sudah melihat bahwa nuklir akan terus digunakan (betul, sekarang banyak digunakan sebagai sumber energi). Namun, Einstein yang sangat khawatir digunakannya nuklir sebagai senjata, secara tidak langsung ingin mencegah manusia menggunakannya sebagai senjata di perang dunia ketiga.

Nuklir pada Perang Dunia IV


Andai manusia sudah kehilangan akal sehat dan memutuskan untuk menggunakan bom atom lagi sebagai senjata perang, maka hal itu mungkin akan terjadi pada Perang Dunia IV.

Paling mungkin senjata yang digunakan andai terjadi Perang Dunia IV adalah nuklir karena 

Saat ini tercatat ada sembilan negara yang punya senjata nukilr, mengutip kompascom, yaitu Rusia, Amerika Serikat, Tiongkok, Prancis, Inggris, Pakistan, India, Israel, dan Korea Utara.

Ukraina pernah punya ribuan senjata nuklir hasil warisan Uni Soviet. Pada 1994 Ukraina menandatangi Budapest Memorandum on Security Assurances ketika bergabung dengan Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir, yang mengatakan bahwa Rusia, Inggris, dan AS menegaskan kewajiban mereka untuk menahan diri dari ancaman atau penggunaan kekuatan terhadap integritas teritorial kemerdekaan politik Ukraina.

Perjanjian itulah yang membuat Ukraina menyerahkan nuklirnya. Tidak jelas senjata-senjata nuklir itu kemudian dihancurkan atau disimpan negara lain.

Daya rusak senjata nuklir bisa menyebabkan kecacatan genetik sampai generasi dibawahnya pada orang yang pernah terpapar radiasi, seperti yang terjadi di Jepang. Bom atom yang djatuhkan ke Hiroshima dan Nagasaki "hanya" 15 kiloton dan masih menyisakan radiasi yang menempel di baju sampai 73 tahun kemudian. Hulu ledak nuklir saat ini bisa mencapai 1.000 kiloton. 

Negara-negara yang punya senjata nuklir beranggapan nuklir yang mereka punya cuma buat "jaga-jaga" dan melindungi diri kalau ada negara lain yang mengganggu. bukan untuk memulai perang. Pemimpin mereka yang sekarang mungkin tidak akan meluncurkan nuklir, tapi siapa menjamin pemimpin selanjutnya juga cuma menganggap nuklir buat sekedar jaga-jaga?

***

Semua perang hanya punya dua tujuan, yaitu membebaskan diri dari dominasi atau mendominasi. Itu sebab bila satu negara atau kelompok yang terlalu lama mendominasi, akan ada perlawanan dari terdominasi. Terjadilah perang.

Peretasan jaringan lewat internet dan nuklir pada dasarnya sama-sama punya daya rusak yang besar. Perang siber bertujuan mengubah pola pikir seseorang. Pola pikir itu bisa mengubah manusia jadi mesin pembunuh.

Hanya saja nuklir lebih menakutkan dan mengerikan karena menyebabkan kerusakan fisik yang kasat mata. 

0 komentar

Posting Komentar