Beda Outing Class, Outbound, dan Piknik Pada Anak Sekolah

Beda Outing Class, Outbound, dan Piknik Pada Anak Sekolah


Jaman
saya masuk SD tahun 1987 sampai lulus SMA tahun 1999, outing class namanya karyawisata atau darmawisata, kemudian disebut dengan piknik.

KBBI mengartikan karyawisata sebagai kunjungan ke suatu objek dalam rangka memperluas pengetahuan dalam hubungan dengan pekerjaan seseorang atau sekelompok orang.

Sedangkan darmawisata adalah perjalanan atau kunjungan singkat dengan tujuan bersenang-senang dan sebagainya, atau perjalanan yang dilakukan untuk tujuan rekreasi sambil mengenal baik objek wisata dan lingkungannya.

Apakah karyawisata dan darmawisata sama dengan outing class? Atau malah berbeda? Sebenarnya kita bisa cari di Google. 

Outing class adalah bahasa Inggris yang kalau diindonesiakan jadi kelas-keluar. Karena merupakan bahasa Inggris wajar saja tidak ada dalam KBBI.

Akan tetapi kalau Anda malas googling untuk mencari tahu apa itu outing class, saya akan merangkumnya untuk Anda sebagai berikut.

1. Laman Dispendik Kabupaten Malang menulis bahwa outing class merupakan kegiatan belajar-mengajar yang diadakan di luar kelas yang tidak dilakukan di dalam kelas pada umumnya.

Outing class merupakan media paling efektif dan efisien dalam menyampaikan pembelajaran yang bukan didasarkan dari teori saja tapi juga pembuktian di lapangan secara langsung.

2. Radar Semarang yang merupakan media satu grup dengan Jawa Pos menulis bahwa outing class memberikan pengalaman siswa untuk belajar dengan alam, belajar dengan object secara langsung, belajar dengan ahlinya, bukan lagi sajian materi-materi pelajaran yang bersumber dari teks book.

3. Situs Kemenag Kota Semarang memuat kegiatan outing class MAN 2 Kota Semarang ke Bank Syariah Indonesia dan mengutip pernyataan wakasek bidang kesiswaan, "... manfaat yang di peroleh dari outing class yaitu menambah ilmu pengetahuan, wawasan, seluk beluk dari bank syari’ah..."

Outing class diharapkan mampu menambah variasi dalam pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi aktif, kreatif, dan inovatif."

4. Dinas Perpustakaan dan Pengarsipan Pangkalpinang memuat kegiatan outing class di situsnya menulis bahwa program pembelajaran outing class diharapkan dapat memperluas wawasan melalui sumber referensi yang tersedia di perpustakaan. 

Google dan mesin pencari lain menyediakan sangat buanyaakkk arti dan manfaat outing class yang secara sekilas ternyata beda dengan karyawisata atau pikni. Itulah sebabnya semua sekolah menamai kegiatan ini sebagai outing class, bukan karyawisata, darmawisata, apalagi piknik. 

Arti Outing Class yang Sebenarnya

 

Kemudian bisa disimpulkan bahwa outing class adalah kegiatan yang dilakukan di luar kelas untuk menunjang pembelajaran di dalam kelas agar siswa lebih memahami suatu objek yang ada hubungannya dengan pelajaran.

Outing class memberikan pengalaman siswa untuk belajar dengan alam, belajar dengan object secara langsung, belajar dengan ahlinya, bukan lagi sajian materi-materi pelajaran yang bersumber dari teks book.

Artikel ini telah terbit di :
https://radarsemarang.jawapos.com/artikel/untukmu-guruku/2021/06/20/outing-class-menciptakan-petualangan-baru-dalam-belajar/

Copyright © RADARSEMARANG.ID

Sejak diberlakukan Kurikulum 2013 istilah karyawisata dan darmawisata sudah tidak dipakai dan diganti dengan outing class. Menurut saya, kemungkinan karena tujuan diadakannya outing class adalah untuk menunjang pembelajaran dan bukan untuk memperluas pengetahuan apalagi bersenang-senang.

Outbond atau Outbound? 

 

Banyak yang menulis dan mengucapkan outbond sebagai akronim dari outdoor bonding yang artinya mengikat siswa jadi lebih dekat satu sama lain dengan kegiatan fisik yang diadakan di luar ruangan (dalam konteks anak sekolah).

Outbound anak TK biMBA AIUEO

Walau outdoor bonding (outbond) tidak bisa dibilang keliru, namun secara terminologi yang benar adalah outbound.

Secara tidak langsung outbound merupakan inovasi ilmu dan ide terapan yang dibuat oleh cendekiawan Jerman Dr. Kurt Hahn. 

Outbound sendiri diperkirakan sebagai akronim dari outward bound, yaitu sebuah organisasi Inggris yang digagas olehnya.

Pada 1941, Lawrence Holt, anak pemilik kapal ekspedisi Blue Shipping, sedang mencari orang untuk melatih para awak kapalnya

Holt bertemu dengan James Hogan yang jadi pengawas di Gordonstoun School. Kepada James Hogan kemudian Holt menceritakan keluhannya terhadap kemampuan bertahan para pelaut muda di kapal miliknya yang lebih sering jadi korban saat kecelakaan perang dibanding para pelaut tua.

James Hogan lalu mengatakan pada Holt bahwa program yang dikembangkan oleh Dr. Kurt Hahn cocok untuk diterapkan pada para pelaut muda. 

Dr. Kurt Hahn (Getty Images via bbc.com)

Inilah cikal-bakal munculnya sekolah “Outward Bound”. Outward bound diambil dari istilah pelayaran yang terjadi saat kapal mulai mengangkat jangkar dan siap untuk meninggalkan dermaga menuju laut bebas.

Terjemahan bebas dari outbound ke dalam bahasa Indonesia menjadi: kegiatan di luar ruangan yang bertujuan melatih fisik dan mental seseorang.

Piknik

 

Ini tujuan utamanya adalah bersenang-senang karena KBBI mengartikan kata piknik sebagai "bepergian ke suatu tempat di luar kota untuk bersenang-senang dengan membawa bekal makanan dan sebagainya."

Karena tujuannya hanya untuk senang-senang sekolah tidak mungkin mengagendakan acara memakai istilah piknik atau tamasya karena  dari artinya saja tidak ada unsur edukasi bagi siswa.

Makanya piknik hanya dilakukan oleh keluarga, perkumpulan tetangga, paguyuban tani, atau ibu-ibu arisan yang ingin melepas penat dari kehidupan sehari-hari.

Perjalanan Pulang Terasa Lebih Cepat Karena Return Trip Effect

Perjalanan Pulang Terasa Lebih Cepat Karena Return Trip Effect

Saat liburan kita pasti sering merasa kalau perjalanan pulang ke rumah terasa lebih lancar dan cepat walau jarak dan waktu tempuhnya sama persis.

Bukan cuma waktu liburan, sering kita rasakan perjalanan pulang dari suatu tempat terasa lebih cepat, walau tempat itu kerap kita datangi seperti rumah orang tua di kota lain, tempat wisata favorit, atau hanya sekadar berkunjung ke rumah bestie yang masih satu kabupaten.

Hal itu karena kita mengalami return trip effect atau efek perjalanan pulang.

Ilusi Mata dan Waktu


Pembuat studi di PLOS ONE melihat sesuatu yang menarik terjadi di antara orang-orang yang mengalami return trip effect.

Peserta studi diminta menonton film simulasi perjalanan satu arah ke suatu tempat. Kelompok pertama berulang kali diminta untuk melapor ketika mereka merasa telah melewati tiga menit (tanpa melihat jam). 

Kelompok kedua diminta menonton simulasi perjalanan bolak-balik untuk menggambarkan bahwa mereka telah sampai ke tujuan lalu pulang kembali.

Dengan ukuran ini kedua kelompok menganggap waktu berlalu dengan kecepatan yang sama.

Perbedaan baru muncul ketika mereka diminta untuk membandingkan kedua perjalanan itu dalam retrospeksi (kenangan kembali/pandang balik).

Otak seseorang secara matematis melacak berlalunya waktu dengan neuron yang menyala pada kecepatan tertentu dan mekanisme yang mencatat berapa kali neuron itu berdenyut dalam periode tertentu. 

Sistem lain di otak yang lebih berbasis bahasa melihat kembali peristiwa sebelumnya dan menceritakan kisah tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan.

Ilusi return trip effect muncul bila sistem saraf yang berbasis bahasa mendominasi pikiran saat peserta mengingat pengalaman perjalanan dalam retrospeksi.

Persepsi Psikologis


Hasil penelitian yang dimuat pada jurnal di National Libraty of Medicine AS, efek perjalanan pulang-pergi hanya disebabkan postdictive atau postdiction.

Postdiction adalah konstruksi dari kondisi masa lampau untuk diandalkan di masa sekarang. Artinya kita akan selalu mengingat pengalaman selama perjalanan berangkat dan mengontruksikannya kembali di perjalanan pulang.

Akan tetapi, karena dalam perjalanan pulang kita sudah merasa santai, tidak terbebani, dan tidak diburu apa pun, maka konstruksi yang kita bangun berdasarkan perjalanan saat berangkat ternyata jadi lebih sederhana.

Secara tidak langsung itulah yang menyebabkan kita mengalami return trip effect.

Hal yang mempengaruhi persepsi psikologis terhadap return trip effect adalah sebagai berikut.

1. Familiar dan akrab

Saat pulang kita melewati jalan pulang yang sama dengan jalan saat berangkat sehingga menjadikan visual di kanan-kiri jalanan terlihat familiar (akrab).

Keakraban ini dihipotesakan oleh para peneliti sejak 1950-an untuk menjelaskan return trip effect atau efek perjalanan pulang. 

Penelitian lain menyebut bahwa mengalami rangsangan asing dapat membuat kita menganggap waktu bergerak lebih lambat. Itu juga yang terjadi kalau kita berada di lingkungan baru dengan orang-orang baru. Waktu juga akan terasa lebih lambat berlalu dibanding kalau kita sedang bersama keluarga atau teman-teman.

Namun, percobaan pada 2011 menunjukkan bahwa keakbaran pada sesuatu bukan alasan paling utama terjadinya return trip effect. 

Para peneliti meminta beberapa pengendara sepeda melakukan perjalanan pulang-pergi standar, dengan rute yang sama bolak-balik. Pengendara lain diinstruksikan untuk mengambil rute berbeda yang belum pernah mereka lewati.

Anehnya, kelompok pesepeda dengan rute familiar dan rute yang asing sama-sama menilai perjalanan pulang mereka makan waktu lebih cepat.

2. Sering melebih-lebihkan berapa lama perjalanan pulang

Psikolog Belanda Niels van de Ven pernah membuat analisis di tahun yang sama, bahwa orang sering melebih-lebihkan waktu perjalanan pulang sehingga seolah waktu perjalanan pulang jadi lebih cepat, semisal, "Ahh, kayaknya bakal macet nih, hari terakhir libur sekolah."

Niels van de Ven juga menjelaskan bahwa return trip effect tidak terjadi pada rute yang setiap hari kita lewati (rumah-kantor atau rumah-sekolah) karena orang tidak pernah melebih-lebihkan waktu pada perjalanan yang jadi rutinitas harian.

3. Kuatir tidak tepat waktu

Psikolog Dan Zakay, seperti dimuat pada British Psychological Society, berpendapat kalau return trip effect terjadi karena kekuatiran yang muncul saat berangkat bahwa kita tidak akan tiba tepat waktu di tujuan.

Kekuatiran itu terutama terjadi kalau kita sudah memesan kamar hotel, menuju tempat wisata dengan jam buka pagi, atau sudah janjian akan tiba di rumah orang tua atau saudara pada hari sekian dan jam sekian.

Memiliki janji membuat otak kita mencurahkan lebih banyak sumber daya untuk mengkhawatirkan waktu. Maka waktu pun terasa berjalan lebih lambat. 

Jadi meskipun jarak tempuh saat pulang persis sama, waktunya terasa lebih singkat karena kita tidak lagi mengkhawatirkan apa pun sehingga perhatian kita tidak lagi tercurah pada waktu.

Return trip effect sebenarnya tidak merugikan kita, malahan cenderung positif andai kita mengalaminya.

Sisi Positif Mengalami Return Trip Effect


1. Terhindar dari kelelahan fisik berlebihan

Karena perjalanan pulang rasanya lebih cepat, walau sampai di rumah sudah malam, kita masih punya sisa tenaga untuk menaruh koper ke kamar, mencuci muka dan ganti baju sebelum tidur, serta sedikit bercengkrama bersama anggota keluarga.

Dengan begitu pulang liburan membuat keluarga jadi tambah akrab. Ibu juga tidak kemrungsung saat bangun esok harinya karena koper dan sisa liburan tidak berserakan di ruang tamu seperti kapal pecah.

2. Liburan jadi lebih menyenangkan dan berkesan

Karena perjalanan pulang rasanya lebih cepat, liburan rasanya jadi lebih seru dan berkesan walau saat berangkat kita sempat nyasar dan kena macet panjang.

Anak-anak juga akan mengingat liburan itu sangat menyenangkan karena perasaan gembira yang mereka bawa dari tempat liburan ke rumah lebih lama menempel di memori.

3. Lebih termotivasi untuk bekerja dan belajar giat

Perjalanan pulang yang terasa lebih cepat membuat kita bersemangat untuk liburan lagi. Dorongan yang tinggi untuk berlibur cenderung membuat kita lebih semangat untuk bekerja dan belajar karena perasaan termovitasi memperoleh liburan yang menyenangkan lagi ketika masa libur tiba.

Puasa Sampai Mati dan 4 Cara Bunuh Diri yang Dibolehkan Di Luar Indonesia

Puasa Sampai Mati dan 4 Cara Bunuh Diri yang Dibolehkan Di Luar Indonesia

Berpuasa sampai mati alias berhenti makan dan minum secara suka rela (Voluntarily Stop Eating and Drinking (VSED) banyak dilakukan oleh manusia lanjut usia di Amerika Serikat dan Kanada.

Alasan mereka melakukan VSED adalah untuk mempercepat kematian. Mereka telah merasakan kebikmatan hidup selama puluhan tahun lalu tiada lagi yang ingin dilakukan di dunia, maka berhenti makan dan minum secara sadar adalah pilihannya.

Apakah VSED termasuk bunuh diri? Ya, menurut pemeluk Islam. Manusia diharuskan menjaga kesehatan dengan makan dan minum yang halalan toyyiban (halal dan baik). Sengaja tidak makan dan minum adalah bentuk menyakiti diri sendiri.

Lebih jauh lagi, VSED dilakukan untuk mempercepat kematian diri sendiri yang sama saja dengan bunuh diri. Bunuh diri sangat dilarang dan berdosa besar jila melakukannya karena kelahiran dan kematian di tangan Allah. 

Segala bentuk mengakhiri hidup amat sangat dilarang, haram, dan tidak dibolehkan bagi penganut agama Islam.

Namun, menurut LSM Compassion & Choice yang membantu lansia berpuasa sampai mati, VSED adalah hak untuk mengakhiri hidup demi mencegah manusia menderita berkepanjangan. 

Catatan Compassion & Choice mengungkap bahwa selain lansia, orang yang mengalami hal berikut ini juga memilih VSED.

  1. Sakit yang sudah tidak bisa disembuhkan, misalnya kanker stadium 4A dan 4B.
  2. Pengobatan tidak menunjukkan tanda kesembuhan meski sudah lama dilakukan.
  3. Kesulitan menelan akibat penyakit tertentu.
  4. Gastro-intestinal obstruction atau penyumbatan yang menghalangi makanan melewat usus kecil dan usus besar (kolon0
  5. Ketidakmampuan tubuh menyerap obat dan memproses pengobatan.
  6. Demensia tahap awal dan sedang.

Ritual puasa sampai mati juga dilakukan penganut Hindu di India untuk membersihkan diri dari karma buruk dan mencapai moksha.

Moksha adalah pelepasan dari siklus kelahiran kembali. Manusia terus akan terlahir kembali untuk menebus perbuatan buruknya di kehidupan lampau. Bila sudah mencapai kesempurnaan dan tidak lagi harus menanggung karmaphala, maka jiwa manusia akan moksha.

Praktik puasa sampai mati yang dilakukan penganut Hindu India dinamakan santhara.

Berikut cara mengakhiri hidup yang dibolehkan dan diakui hukum (legal) di luar negeri.

1. Euthanasia (Suntik Mati)

Euthanasia dibolehkan untuk orang yang menderita sakit berat dan tidak dapat disembuhkan. Suntik mati harus dilakukan oleh dokter dan dengan bukti rekam medis bahwa orang yang ingin disuntik mati benar-benar sakit.

Negara-negara yang membolehkan suntik mati per tahun 2022 adalah Kolombia, Spanyol, Belanda, Belgia, Luxemburg. Kanada, Selandia Baru, dan Australia (hanya di negara bagian Victoria dan Australia Barat). Sedangkan di AS, euthanasia hanya dibolehkan di negara bagian Oregon, Washington D.C., Hawaii, Washington, Maine, Colorado, New Jersey, California, dan Vermont.

2. Medical Assistance in Dying (MAiD)

Medical Assistance in Dying atau bantuan medis dalam kematian adalah proses pemberian obat-obatan secara oral (diminum langsung) atau intravena melalui infus yang dilakukan oleh dokter dan perawat.

Dokter dan perawat akan terus mendampingi selama proses pemberian obat sampai pasien dinyatakan meninggal dunia.

3. Physician-assisted Suicide

Physician, dalam terminologi kedokteran Barat, adalah dokter umum yang belum melanjutkan pendidikan spesialisasi. 

Dokter umum boleh memeriksa kondisi pasien dan memberikan resep obat, tapi belum boleh melakukan operasi atau tindakan medis untuk pasien. Semua tindakan medis dilakukan oleh dokter spesialis.

Pada physician-asisted suicide, pasien dibolehkan mengakhiri hidup kalau dia telah terbukti punya penyakit kronis yang membuat usianya maksimal tinggal enam bulan lagi.

Dokter akan meresepkan obat kepada pasien untuk mempercepat kematian dan si dokter tidak dapat dituntut untuk itu.

4. Voluntary-assisted Dying

Pasien memprakarsai dan memutuskan sendiri pemberian obat untuk mempercepat kematian. Bahkan prosesnya pun dilakukan sendiri tanpa bantuan dokter, perawat, atau keluarga.

Namun, hanya mereka yang sudah sekarat karena penyakit,atau kondisi medis yang tidak dapat disembuhkan secara lanjut dan progresif, yang dapat mengakhiri hidup secara suka rela tanpa pendampingan.

Keluarga tidak bisa ikut campur dalam voluntary-assisted dying karena, sesuai namanya-voluntary, pengakhiran hidup harus diputuskan dan dilakukan semua oleh si pasien.

***

Negara-negara Timur tidak melegalkan bunuh diri karena bangsa Timur percaya bahwa kematian adalah urusan Tuhan. Orang berpenyakit berat bisa saja sembuh dengan kuasa Allah lewat doa dan berobat.

Sementara kalau sudah waktunya seseorang meninggalkan dunia, dia akan mati tanpa harus menderita sakit berat atau apa pun.


Quiet Quitting, Untuk Kebahagiaan Hidup atau Kurang Motivasi?

Quiet Quitting, Untuk Kebahagiaan Hidup atau Kurang Motivasi?

Gaya kerja quite quitting disebut ingin melawan efek buruk dari etos kerja hustle culture yang membuat karyawan terpenjara dalam pekerjaan mereka. 
 
quiet quitting

 
Quiet quitting diyakini akan membuat karyawan terhindar dari stres yang diakibatkan tekanan pekerjaan.
 
Dengan begitu para karyawan akan lebih bahagia karena tidak harus bekerja berlebihan yang membuat mereka tidak ada waktu untuk melakukan hobi, kumpul bersama teman, atau melakukan aktivitas sosial lainnya. 
 

Apa Itu Quite Quitting 

 
Quite quitting adalah sikap serius dalam melakukan pekerjaan, tapi tetap dalam batas-batas uraian kerjanya (job description).
 
Seorang karyawan yang menerapkan gaya kerja quiet quitting tidak akan lembur atau melakukan pekerjaan lain hanya karena disuruh bos.
 
Misal, pada jobdesc-nya tidak tertulis tugas "memfotokopi hasil rapat". Maka dia tidak akan memfotokopi hasil rapat yang diminta bosnya, walau cuma dia sendiri dan si bos yang menghadiri rapat bersama klien.

Meskipun namanya "quitting" tapi sama sekali tidak ada hubungannya dengan berhenti bekerja atau resign. Justru quitting disini berarti tidak keluar dari pekerjaan.
 

Dipopulerkan di TikTok

 

Pada Maret 2022 lalu video unggahan pengguna bernama Brian Creely viral dan disukai lebih 100.000 akun dengan lebih dari 4000 komentar.

Brian mengutip artikel di majalah Insider yang ditulis koresponden senior Aki Ito. Tajuk dalam artikel bertuliskan, "Muak dengan jam kerja yang panjang, banyak karyawan diam-diam (quiet) memutuskan santai di tempat kerja daripada berhenti dari pekerjaan mereka (quit)."

Brian meringkas artikel itu jadi, "Lebih banyak orang berhenti diam-diam daripada berhenti (quiet quitting).
 
Sejak videonya viral dan jadi rujukan bagi orang-orang untuk bekerja apa adanya, Brian menegaskan kepada Insider kalau yang dia maksud dengan quiet quitting bukanlah malas atau bekerja asal-asalan.
 
Brian bilang, "Bukan malas atau melakukan pekerjaan yang buruk. Quiet quitting berarti memulihkan keseimbangan yang sehat dalam karier dan pekerjaan. Dengan kata lain kita melakukan persis sesuai jobdesc dan menetapkan batasan yang tegas."

Pelaku Quiet Quitting

 
Menurut poling dari Axios dan Generation Lab sebanyak 82% dari Generasi Z atau Gen Z yang ikut dalam poling meyakini bahwa quiet qutting di kantor adalah sesuatu yang sangat menarik untuk mempertahankan pekerjaan mereka.
 
 
Sebanyak 15% dari 82% Gen Z yang berpartisipasi dalam poling mengaku telah melakukan quiet quitting.
 
Gen Z menganggap mereka bekerja untuk hidup, bukan hidup untuk bekerja. Jadi melakukan pekerjaan seminimal mungkin di tempat kerja bagus untuk mencegah kebosanan dan ketidakseimbangan hidup. 
 
Melihat Gen Z yang menyukai quiet quitting amat wajar karena mereka baru memasuki dunia kerja setelah lulus kuliah dan belum banyak terlibat di dalamnya. Mereka juga telah melihat bagaimana Milenial dan Gen X telah menjadi robot tanpa kehidupan selain dunia kerja.

Gen Z tidak mau terperangkap pada hustle culture dan lebih menyukai quiet qutting karena dirasa dekat dengan kehidupan mereka di kampus sebelum masuk ke dunia kerja yang serius.

Bila Gen Z melakukan quiet quitting karena sesuai dengan gaya hidup mereka yang dinamis dan tidak mau terkungkung, sebagian Milenial melakukan quiet quitting karena kecewa.
 
Mereka telah bekerja keras selama pandemi, tapi tidak dapat pengakuan atau penghargaan dari atasan sebagaimana yang mereka kira layak didapat.
 
Secara keseluruhan, quiet quitting dilakukan oleh orang yang tidak bisa resign (keluar dari pekerjaan) karena usia, pendidikan, dan alasan lainnya, sekaligus tidak mau dipecat.

Kontroversi Quiet Quitting 

 

Seorang guru bernama Maggie Perkins dalam wawancara di CNBC mengatakan kalau dia telah menerapkan quiet quitting sejak 2018, sebelum quiet quitting populer lewat TikTok.
 
Dia melakoninya karena sadar kalau karirnya sebagai guru tidak bisa bisa berkembang alias mentok. Tidak ada kenaikan pangkat dan jabatan. Walaupun seorang guru telah mendapat penghargaan Teacher of the Year, gaji dan tunjangan yang didapatnya tetap sama dengan guru yang tidak.

Jadi, Maggie tidak pernah lembur dan tidak melakukan pekerjaan selain mengajar di tempatnya bekerja. Meski begitu banyak yang bilang kalau Maggie adalah guru yang baik.
 
Konsultan karir Kelsey Wat mengatakan, orang yang ingin gajinya naik dan dapat pengakuan harusnya melakukan kerja yang berprestasi melebihi rekan-rekannya.
 
Kalau kita kerja cuma biasa-biasa saja, standar, dan alakadar, mana mungkin kita dapat kenaikan gaji atau jabatan.
 
Pete Hinosoja dari kantor konsultan personalia Insperity bilang kalau quiet quitting bisa menimbulkan konflik di kantor. Sebabnya pekerja yang betul-betul menyukai pekerjaannya di kantor, termasuk yang bersedia lembur, kerap berseberangan ide dan sulit bekerja sama dengan pekerja yang melakukan quiet quitting.

Jadi Pete berpendapat quiet quitting tidak bisa diterapkan terus-terusan di kantor. Ada waktu yang tepat untuk quiet quitting disaat kita sudah benar-benar lelah dan butuh penyegaran.

Kantor butuh pekerja yang menyukai tugasnya dan lembur bila diperlukan karena berimbas pada efisiensi dan efektivitas perusahaan secara keseluruhan.

Meski disebut bagus buat keseimbangan antara pekerjaan kantor dengan kehidupan pribadi, quiet quitting disebut lebih jelek dari yang digembar-gemborkan tentang keseimbangan hidup di dunia nyata. 
 
Itu karena kebanyakan pelaku quiet quitting tetap melakukan kewajiban mereka di kantor dengan baik, namun cenderung menganggap remeh kehidupan sosial, bahkan enggan terlibat di dalamnya.
 

Quiet Quitting yang Positif


Selain pada profesi guru, quiet quitting lebih cocok diterapkan di pekerjaan yang kenaikan gaji dan jenjang karirnya mentok seperti tukang bangunan, buruh pabrik, atau karyawan kontrak dan outsourcing.

Penting untuk sesuaikan etos kerja dengan kepentingan pekerjaan. Boleh jadi ada kantor atau pekerjaan yang butuh kerja keras dari karyawannya sebelum dipromosikan ke jabatan dan gaji yang lebih tinggi. 

Dan ada juga kantor yang menerapkan kenaikan gaji dan jabatan berdasarkan lama kerja, bukan prestasi, sehingga kita bisa saja menerapkan quiet quitting.

Apa Itu Fotosensitivitas, Jenis, dan Cara Meminimalisir Gejalanya

Apa Itu Fotosensitivitas, Jenis, dan Cara Meminimalisir Gejalanya

Photosensitivity atau fotosensitivitas adalah kondisi sensitivitas ekstrim terhadap sinar ultraviolet (UV) dari matahari dan sumber cahaya lainnya semisal lampu neon dalam ruangan dan warna silau dari layar.

Fotosensitif

Penggunaan layar ponsel dan laptop di luar ruangan juga dapat memicu fotosensitif pada penderitanya karena layar itu memantulkan ultraviolet dari matahari. Menurut alodokter.com, bahaya ultraviolet yang terpantul dari layar gawai justru berisiko lebih besar memicu kanker kulit daripada yang terpapar dari kertas putih.

Penderita fotosensitif dapat mengalami ruam, kulit mengelupas, atau luka bakar bahkan dengan hanya sedikit kena sinar matahari.

Pada penderita yang punya penyakit lupus atau epilepsi, fotosensitif bisa membuat mereka sakit kepala dan demam.

Jenis-jenis Fotosensitivitas


Beberapa bahan kimia (dalam obat) dapat menyebabkan seseorang menjadi peka terhadap sinar matahari. Kepekaan terhadap sinar matahari terbagi jadi dua jenis.

1. Phototoxic atau fototoksik. Reaksi fototoksik disebabkan ketika bahan kimia yang baru masuk ke tubuh berinteraksi dengan sinar ultraviolet matahari. 

Obat-obatan seperti doksisiklin dan tetrasiklin adalah penyebab paling umum dari jenis reaksi fototoksik.

Jenis reaksi fototoksik berupa ruam kulit yang terlihat seperti terbakar sinar matahari parah. Biasanya terjadi dalam waktu 24 jam setelah terpapar sinar matahari.

2. Photoallergic atau fotoalergi. Selain muncul dari efek samping obat, reaksi fotoalergi juga dapat timbul dari produk kecantikan (makeup dan skincare) dan tabir surya.

Jenis reaksi ini muncul dalam waktu beberapa hari setelah terpapar sinar matahari. 

Jadi ada baiknya kalau mencoba merek kosmetik dan skincare baru tunggu sehari setelah pemakaian pertama sebelum menggunakannya untuk kedua kali. Kalau ada reaksi fotoalergi berarti kita tidak cocok memakai merek tersebut. 

Penyebab Photosensitivity


Fotosensitif dapat disebabkan karena efek samping obat antibiotik, kemoterapi, dan diuretik. Kondisi medis yang diderita seseorang seperti penyakit lupus, erupsi cahaya polomorf, epilepsi, dan prurigo aktinik juga dapat membuat penderitanya mengidap fotosensitif.

Kita harus memeriksakan diri ke dokter untuk tahu apakah mengidap fotosensitif atau hanya terbakar matahari biasa, Tidak bisa hanya dari pemeriksaan online atau menduga-duga gejalanya.

Dokter akan memeriksa riwayat kesehatan dan obat-obatan yang pernah diminum selain memperhatikan perkembangan pola ruam dan paparan sinar matahari.

Bila perlu dokter akan merekomendasikan biopsi kulit untuk memastikan apakah seseorang mengidap fotosensitivitas atau tidak.

Pemicu Fotosensitivitas

 

Orang yang punya fotosensitivitas akan merasakan gatal, ruam, dan perih pada kulitnya kalau terpapar hal berikut. Pada pengidap epilepsi, lima hal dibawah ini diduga, melansir epilepsy.com, dapat membuat penyakit mereka kambuh.

  1. Kedipan cahaya dari layar televisi, komputer, dan ponsel yang berkedip-kedip secara cepat.
  2. Kilatan cahaya dalam efek film atau game.
  3. Pola warna yang berganti secara cepat dalam layar.
  4. Cahaya matahari yang terpantul di air, cermin, atau bilah pepohonan.
  5. Lampu strobo dari ambulans, bus, dan mobil polisi.

Selain ruam kulit dan gatal, sebagian penderita fotosensitivitas juga mengalami sakit kepala dan demam terlalu lama terpapar atau kena cahaya panas matahari dan cahaya layar yang menyilaukan.

Selain ruam kulit dan gatal, sebagian penderita fotosensitif juga mengalami sakit kepala dan demam kalau terlalu lama terpapar sinar matahari dan cahaya layar yang menyilaukan.

Menjaga Agar Fotosensitif Tidak Mudah Kambuh

  1. Selalu memakai lengan panjang, topi, dan kacamata hitam saat berada di luar ruangan,
  2. Pakai topi atau payung saat matahari sedang panas-panasnya.
  3. Tidak berada terlalu lama dibawah sinar matahari atau terpapar cahaya lampu yang sangat terang di dalam ruangan.
  4. Menonton televisi atau menatap layar tidak terlalu dekat untuk menghindari kilatan dan kedipan cahaya dari layar.
  5. Pemakaian obat-obatan harus dalam pengawasan dokter.

Fotosensitif digolongkan sebagai penyakit kulit dan dikategorikan sebagai penyakit langka karena hanya satu dari 100.000 orang yang menderitanya, seperti dilansir National Library of Medicine AS.

Pekerjaan Paling Cocok Untuk Orang Berkarakter Lone Wolf

Pekerjaan Paling Cocok Untuk Orang Berkarakter Lone Wolf

Secara kiasan lone wolf adalah seseorang yang meminimalisir campur tangan orang lain dalam urusannya dan sekuat mungkin menyelesaikannya sendiri.


Menyendiri beda dengan mengisolasi diri. Lone wolf tetap berteman, bekerja, dan beraktivitas seperti orang normal. 

Sedangkan mengisolasi diri berarti tidak ingin berkomunikasi dengan siapa pun kecuali keluarga inti, tidak sekolah, tidak bekerja, dan amat jarang keluar rumah. Tindakan mengisolasi diri seperti itu dikenal dengan istilah hikikomori.

Bacaan Lain: Hikikomori dan Mental yang Goyah dari Kesenjangan dan Budaya Tinggi Ekspektasi

Arti Kata  


Dalam bahasa Inggris lone wolf artinya serigala penyendiri. Istilah lone wolf disematkan kepada orang yang lebih suka sendiri dalam hal pekerjaan, bersenang-senang, sampai menyelesaikan masalah.

Serigala adalah hewan yang selalu hidup berkelompok. Sangat jarang serigala mencari mangsa dan berkelanan sendirian tanpa kelompok. Serigala yang sendirian biasanya karena kalah bertarung memperebutkan posisi di kelompoknya. 

Manusia juga dikenal sebagai makhluk sosial yang hampir butuh orang lain dalam segala aspek kehidupan. Maka manusia yang lebih senang sendirian dalam banyak hal disebut lone wolf, sama dengan individualis.

Bacaan Lain: Lone Wolf, Dikaitkan Pada Teroris Padahal Individualis

Walau istilah lone wolf di Indonesia erat dikaitkan dengan teroris, tapi orang yang menjadi lone wolf di dunia jumlahnya terus bertambah. Bukan karena ingin jadi teroris, tapi sejak pesatnya kemajuan di bidang internet, banyak pekerjaan baru yang memungkinkan seseorang menjadi lone wolf.

Penyebab Orang Memilih Jadi Lone Wolf

 

Seseorang sengaja memilih menyendiri bukan karena mereka kesepian dan tidak punya teman, melainkan karena:

  1. Ingin fokus pada apa yang hendak diraihnya.
  2. Tidak tahan dengan tuntutan sosial yang menginginkannya jadi orang hebat. Hal ini biasanya terjadi pada anak-anak orang sukses.
  3. Tidak kunjung menemukan sekelompok orang yang punya minat sama.
  4. Lelah dengan kepalsuan di social circle.
  5. Sudah tidak ingin menerima penolakan jika minta bantuan atau mengajak orang lain.

Pekerjaan yang Cocok Untuk Lone Wolf

 

Seorang lone wolf lebih nyaman bekerja sendiri untuk menuangkan ide dan kreativitasnya tanpa gangguan dari orang lain. Ini pekerjaan yang cocok bagi lone wolf.

1. Web Designer atau Web Developer. 

Seorang web designer dan developer bekerja dalam tim, namun untuk mengerjakan algoritma dan bahasa pemrograman tidak perlu banyak campur tangan dari orang lain.

4. Gamer dan Pro Player. 

 Orang yang memainkan gim untuk tujuan komersil dinamakan gamer. Mereka biasa melakukan streaming di YouTube dan Twitch dan dapat uang dari monetisasi akunnya.

Gamer juga bisa memainkan suatu gim dan ketika level gim itu sudah tinggi, dia akan menjual akun gim itu dengan harga mahal.

Sedangkan pro player adalah gamer yang bermain untuk klub esport dan digaji profesional.

3. Penulis atau Pengarang

Orang yang membuat karangan fiksi seperti novel, cerpen, dan puisi disebut pengarang. Sedangkan orang yang membuat artikel atau karya nonfiksi disebut penulis.

4. Petani

Seorang lone wolf yang memilih jadi petani masih bisa jadi anggota kelompok tani dan mengikuti pelatihan khusus dari dinas pertanian setempat. Namun, semua keputusan memilih bibit, pupuk, dan pestisida ada ditangannya, tidak butuh orang lain untuk mencampuri pertaniannya.

Dia juga bebas menggunakan metode tanam mutakhir seperti hidroponik, tabulampot (menaman buah menggunakan pot), vertikultur, vertical garden, polybag, atau budikdamber (budidaya ikan dan sayuran) tanpa harus bekerja secara tim.

Bacaan Lain: Jus Lezat dari Sayuran Hidroponik

6. Trader Saham, Forex, dan Indeks Berjangka

Mencari penghasilan dari saham, foreign exchange, dan indeks sekarang sudah bisa dilakukan di rumah melalui komputer atau smartphone

Keputusan menginvestasikan uangnya ada ditangan si lone wolf sendiri dengan membaca analisis teknikal dan fundamental, bukan atas saran orang lain.

7. Buka Usaha Sendiri atau Bekerja di Startup

Seorang lone wolf bisa merasakan kenyamanan bekerja di startup, tapi tidak di pemerintahan atau perusahaan besar.

Ini karena birokrasi di pemerintahan amat panjang hanya untuk pengambilan satu keputusan saja dan tentu melibatkan banyak orang dengan bermacam karakter. Sementara di perusahaan besar, kerja sama dan rapat tim lebih sering dilakukan dan membuat lone wolf tak nyaman.

Maka bekerja di startup atau berwirausaha adalah pilihan yang cocok untuk lone wolf.

Beda Lone Wolf Dengan Introvert

 

Lone wolf hanya bersosialisasi seperlunya dan tidak berusaha menjalin hubungan sosial dengan orang lain. Introvert bisa bersosialisasi dengan banyak orang dari berbagai kalangan dan terlihat supel.

Seorang introvert juga bisa menghabiskan waktu berjam-jam bersama orang yang sama sekali tidak punya kesamaan apapun dengannya. Setelah menghabiskan waktu bersama banyak orang, introvert perlu menyendiri untuk mengembalikan energinya.

Namun, lone wolf tidak bakalan menghabiskan waktu dengan orang yang tidak punya minat, pandangan, dan kesukaan yang sama dengannya. Dia juga tidak akan basa-basi dengan orang lain kalau dirasa tidak ada gunanya.

Bisakah Lone Wolf Tidak Lagi Jadi Lone Wolf?

 

Bisa saja, tapi amat jarang karena lone wolf merupakan karakter yang melekat karena kekecewaaan pada proses sosialisasi yang dialami seseorang.

Namun, seorang ekstrovert bisa saja jadi lone wolf kalau dia merasa lelah dengan orang banyak atau menghadapi kekecewaan besar dalam hidupnya yang dikarenakan campur tangan orang lain.