Cara Blog Umur Sebulan Diterima AdSense

Cara Blog Umur Sebulan Diterima AdSense

Baru bikin blog, tapi sudah ingin mendaftar ke AdSense? Bisa saja! Banyak blog yang baru aktif sebulan sudah bisa dipasang AdSense. Silakan simak cara berikut supaya blog yang baru dibuat bisa dipasangi AdSense.

Kendala Monetisasi Blog

 

Blog diterima AdSense itu gampang banget! Yang susah adalah monetisasinya setelah AdSense itu berjalan.

1. Adblocker

Banyak orang sekarang memakai adblock di peramban (browser) yang memblok setiap iklan yang muncul di blog. Banyak bloger memasang script yang memaksa pengunjung mematikan adblocker-nya.

Blog yang berani memasang script anti-adblocker hanya blog yang sudah langganan halaman satu Google, punya nilai cost per click tinggi, dan punya Domain Authority dan Page Authority tinggi. Blog seperti ini biasanya bertopik kesehatan, pendidikan, teknologi informasi, keuangan, rumah dan taman, kecantikan, dan hewan peliharaan.

2. Tidak ada yang klik iklan

Kita juga dibayar tiap iklan di blog tayang. Buat pengiklan ini namanya cost per million (CPM-biaya per 1000 iklan tayang).

Namun kita bakal dibayar lebih besar lagi kalau iklan itu diklik. Namanya cost per click (CPC-biaya per klik iklan).

Untuk memaksimalkan tayangan iklan kita bisa menggunakan fitur auto ads di AdSense. Iklan auto ads yang muncul di tengah artikel berpotensi membuat pengunjung blog tidak sengaja mengklik iklan itu yang membuat kita dapat rupiah. Namun pengunjung akan terganggu kenyamanan membacanya.

emperbaca.com sendiri mengaktifkan auto ads hanya di bagian footer sehingga tidak mengganggu kenyamanan pembaca sekali pun mereka tidak pakai adblocker.

3. Pengunjung blog sehari hanya puluhan

Ini biasa terjadi pada blog baru yang punya niche (topik khusus) gado-gado alias tidak mengacu pada satu topik. 

Blog yang punya satu niche, misal pendidikan saja, kesehatan saja, atau IT saja lebih cepat dapat pengunjung. Trafik mereka sehari bisa ribuan pengunjung. Yang seperti itu tentu membuat penghasilan dari AdSense jadi besar.

Cara Blog Umur Sebulan Diterima AdSense

 

Tidak susah, kok, cukup lengkapi dulu blog dengan hal berikut ini.

1. Beli domain. Paling umum digunakan untuk blog adalah domain berakhiran .com, .net, dan .web.id.

Membeli domain membuat blog kita jdai terlihat dikelola serius dan bukan sekadar iseng belaka. Harga domain berkisar antara Rp88.000-Rp155.000 belum termasuk pajak.

2. Beli template premium di situs yang menyediakannya. Template berbayar sudah mengandung SEO-off page sehingga kita tidak perlu repot meletakaan script yang SEO-friendly.

Memakai template bawaan dari blogspot, wordpress, atau hosting lainnya biasanya standar dan menunya terbatas. Membeli template premium membuat kita leluasa memilih template mana yang sesuai dengan tema blog.

3. Lengkapi struktur blog dengan:

a. About (Tentang). Berisi tentang siapa kita (bisa juga kelompok). Gunanya untuk memberitahu pembaca kalau blog ini ada pengelolanya, bukan blog spam atau blog abal-abal.

b. Sitemap (Peta Situs). Fungsinya memudahkan kita dan pengunjung untuk mencari artikel terbaru dari sebuah tema.

c. Contact (Kontak). Memudahkan orang atau sponsor menghubungi kita untuk menjalin kerja sama.

d. Privacy Policy (Kebijakan Privasi). Mencantumkan Kebijakan Privasi di blog berarti kamu berjanji melindungi data pengunjung yang mampir ke blog.

Artinya, jenis handphone, negara, kota, bahkan usia mereka tidak boleh kamu buka kepada siapa pun. Kalau ada data yang bocor kita tidak bisa dituntut karena sudah mencantumkan Kebijakan Privasi di blog.

e. Disclaimer. Disclaimer berfungsi untuk membatasi kewajiban kita terhadap konten blog. Misal kita pakai gambar dari situs asing, selama kita menuliskan sumber gambar itu, kita tidak bisa dituntut atas pelanggaran hak cipta.

4. Tulis dan posting artikel setiap hari tanpa putus.

Artikel haruslah yang bermanfaat bagi orang lain, bukan sekadar curhat. Kalau kamu ingin mengeluarkan unek-unek, riset pustaka dulu supaya artikel lebih berbobot.

Riset pustaka adalah sumber informasi dan pengetahuan dari bacaan. Bacaan bisa dari buku, internet, jurnal ilmiah, atau rilis resmi sebuah lembaga dan perusahaan.

Sertakan sumber bacaan untuk mendukung artikel. Kalau referensi yang kamu tulis berasal dari, misalnya, kemdikbud(dot)go(dot)id maka sertakan link hidup pada artikel. 

Misal kita kesal dengan pelayanan di Samsat yang lemot, bertele-tele, dan pakai tes di jalanan seperti angka 8. Tulis alasan yang membuat kita kesal secara logis, bukan asal marah. Sematkan juga berita yang menginformasikan kalau pelayanan SIM harusnya cepat. 

Tautkan juga peraturan lalu lintas atau artikel dari media berita yang memuat bahwa tes dengan angka 8 itu sebenarnya tidak perlu.

Jumlah Kata Dalam Artikel

 

Google tidak pernah mensyaratkan minimal jumlah kata dalam sebuah artikel karena hanya menganjurkan artikel yang lengkap dan memberi informasi yang dibutuhkan pengunjung.

Jumlah kata yang ideal dalam artikel menurut pengalaman emperbaca.com minimal 500 kata. Banyak juga bloger yang menyarankan menulis minimal 1000 kata. Bagu s lagi kalau sampai 2000 kata supaya mudah terindeks Google oleh robot perayap, katanya.

Namun kalau kita menulis artikel sampai 1000-2000 kata, tapi tidak ada pengetahuannya sama sekali, buat apa panjang-panjang. Iya, tidak?!

Membuat blog yang dimonetisasi itu tidak susah, tapi juga tidak gampang karena ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi. Kalau kamu bikin blog cuma untuk senang-senang dan mencurahkan pikiran, sih, bebas, tidak terikat pada syarat dan ketentuan dari AdSense.

Oh ya, penyedia iklan buat cuma AdSense saja. Ada Adsterra, OptAd360, AdNow, Yllix, dan masih ada beberapa penyedia iklan yang boleh dipasang bersamaan dengan AdSense.

Because Life Isn't What We Seen on Social Media

Because Life Isn't What We Seen on Social Media

I'm frequently Twitter user due to its simple usage by only typing some words compare to Instagram or Facebook.

Then one day I have to made an account on Instagram for my son's requirement due to his participation in science competition.

When I started to following people and they followed me back, I later realized that Instagram is beyond-a-normal-limit to me. Everything looks out of reach and outrageous, and... 

At first, I'm so delighted by seeing others' photograph and what they have been shared. But I became more addicted to see what else they have and why don't I have what they have.

This is affect, even just a little, my mental health. Then I finally got my conclusion as same as when I deleted my Facebook account.

"Why are we even bother to frequently seeing other people's life."

As an adult I can strict myself to not open any other social media to keep my mind clear and not interrupt by the any kind of what people posts.

But what about our underage children? I'm honestly so wondering why most parents, in this country of course, always feel free letting they children to see and post everything on social media from the account that the parents created.

This is the reasons why we should restrict social media usage to our children and most importantly for ourselves.

1. Social media is addicting and can bring you multiple negative effects.

Multiple studies have found a strong link between heavy social media and an increased risk for depression, anxiety, loneliness, self-harm, also even suicidal thoughts.

2. Social media may promote negative experience such as inadequacy about our life of appearance.

This can be happened because we neither comparing nor mirroring they life to our lives.

When we realize lack of similarities between us and them, we instantly think our live is miserable.

3. The more we seen every photos and videos on Instagram, Facebook, TiKTok, and YouTube, the more we feel lonely.

The feeling of being part in the community of social media creates pseudo feelings.

When we ended up our social media session then back to reality, we feel none beside us. None has same passion with us. None can laugh with us.

Fact is, those are only pseudo feeling. Hence, that make us feel uncomfortable that cause by lack of confidence from the delusion that we can't have any goodness as we have in social media.

I'm so wondering why people said social media is entertaining them and make them can feel relaxed. 

To me, when I'm not on social media, that is time I can be myself who is got my freedom to think about anything and something without being affected by others' post.

Instagram, TikTok, also YouTube only show you some things that can be monetize whether it is good or bad.

Social media is not for connecting people nowadays, it is now purely business. Then actually it is okay for us to not often seeing our social media accounts. 

No need to be worry of missing anything because our lives not depend on what is happening on social media.

I am now rarely seeing Instagram not even post anything in a long time. But I still frequently on Twitter, hoho! I can envy nobody on Twitter because people only write they thoughts. Same as me.

Twitter users hard to monetize their tweet or account and can only held broadcast. There's a paid tweet but it is not saleable due to lack of people who bother to read paid tweet.

Echo Chamber dan Sisi Gelap Internet

Echo Chamber dan Sisi Gelap Internet

Pada konteks media massa dan media sosial, echo chamber berarti ruang gema, yaitu lingkungan di mana seseorang hanya terpapar pada keyakinan dan pendapat yang sesuai nilai-nilai yang telah mereka percayai.

Penyebab Kita Terpapar Echo Chamber


1. Penggunaan media sosial berlebihan. Terlalu sering membuka medsos (padahal tidak ada yang harus dibagikan) mengakibatkan kita jadi membaca informasi yang tidak seharusnya kita baca.
 
Tanpa sadar kita terpapar opini keliru dan terus-menerus mencari informasi itu karena penasaran. Lama-lama kita merasa informasi itulah yang paling benar.

2. Kurang pergaulan. Cuma mau bergaul dengan orang yang seagama, sesuku, dan seras mengakibatkan pengetahuan kita tentang dunia luar jadi terbatas.
 
Maka dalam mencari informasi, kita cenderung hanya akan menerima berita dan opini dari sumber yang menguatkan pandangan kita saja.
 
Lama-lama kita jadi merasa eksklusif dan intoleran terhadap mereka yang tidak seagama, sesuku, dan seras.

3. Terlalu tergantung pada internet. Echo chamber terjadi karena kita terlalu mengandalkan internet untuk mencari tahu pengetahun dan informasi apa pun.

Misal ingin tahu tentang agama, kita tidak bertanya kepada kyai di pondok pesantren dan lebih suka mempercayai sebuah situs di internet yang bisa saja menyajikan dalil hadis tanpa sanad. 
 
Melansir NU Online, pada masa kekhalifahan dan sesudahnya sanad digunakan untuk menguji validitas sebuah informasi berupa hadis, atsar, dan khabar yang dibawa oleh seorang rawi (informan, guru, syekh). 
 
Selain itu, ulama hadis pada masa sebelumnya membaca sanad untuk memeroleh keberkahan dan rahmat dari Allah.
 
Di masa internet ini, seorang lulusan kampus agama terkemuka boleh berdakwah, tapi sanad yang dipakainya untuk berceramah belum tentu sevalid pendakwah dari pesantren.
 
Dari situlah cikal-bakal pola pikir kadrun berasal. Disebarluaskan oleh pendakwah yang sanadnya tidak jelas. Silakan baca: Kadrun dan Pola Pikir yang Menghambat Muslim

 

Sisi Gelap Internet

 

Mudahnya penggunaan internet dengan aneka jenis mesin pencari membuat manusia makin mudah dapat informasi. 

Sayangnya kemudahan itu tanpa kita sadari malah menjerumuskan. Kita tidak lagi mencari informasi baru untuk menambah kualitas hidup, melainkan hanya untuk memperkuat keyakinan dan sudut pandang semata. Juga menjelekkan hal yang berbeda pandangan dengan kita.

echo chamber

Pada 1996, peneliti dari Massachusset Institute of Technology (MIT) Marshall Van Alstyne dan Erik Brynjolfsson telah memperingatkan sisi gelap internet.

Mereka menulis dalam sebuah makalah

"Individu yang menyaring informasi yang tidak sesuai dengan preferensi mereka dapat membentuk klik virtual, mengisolasi diri mereka dari sudut pandang yang berlawanan, dan memperkuat bias mereka. 

Di internet, pengguna internet dapat berinteraksi dengan individu yang berpikiran sama yang memiliki nilai-nilai yang sama. Dengan demikian mereka jadi kurang memercayai keputusan penting dari orang-orang yang tidak sepaham dan nilai-nilainya berbeda."

Itulah echo chamber, memaksa orang untuk menutup pikiran mereka sendiri dari fakta dan lebih suka terbuai dengan informasi bohong, hanya karena informasi itu sesuai dengan nilai-nilai yang mereka percayai.

Echo Chamber dan Khilafah


Zakiah Aini nekat membeli airsoft gun dan menembak pos jaga Mabes Polri karena echo chamber. Polisi memaparkan bahwa Zakiah terpapar paham radikal ISIS dari internet.

Makin seseorang tertarik dengan suatu paham, makin dia mencari lebih banyak meski paham itu mengajarkan kekerasan yang mana semua agama justru melarang kekerasan.

Oleh penyebar sistem khilafah, pemerintah, termasuk aparat keamanan dianggap thogut (menindas, sewenang-wenang, dan melampaui Allah)  Maka mereka menolak segala yang datang dari pemerintahan thogut.

Karena meyakini hal yang seperti itu, maka informasi yang selalu ingin mereka dengar hanyalah tentang kelemahan dan keburukan pemeritahan semata.

Karena selalu mendengar apa yang ingin mereka dengar, pengetahuan mereka tentang Indonesia jadi tertutup. Padahal sejak sebelum Indonesia dijajah Belanda, Nusantara ini bukanlah negara Islam karena agama Islam masuk belakangan setelah Hindu dan Buddha, serta agama-agama kepercayaan.

Kalau sudah jadi negara Islam, Sunan Kalijaga tidak perlu repot memasukkan doa-doa dan shalawat di setiap kegiatan masyarakat di abad 15 yang mana banyak orang Jawa masih beragama Hindu.

Maka itu tidak ada alasan mengubah ideologi bangsa dan mengganti pemeritahan dengan sistem khilafah karena Indonesia ini punya banyak suku dan agama.

Kenapa kami contohkan khilafah? Karena hoaks dan propanganda tentang agama dampak buruknya lebih besar dan merusak daripada hoaks soal Jokowi atau Prabowo Subianto.

Echo Chamber dan Covid-19

 

Orang-orang yang tidak mau divaksin Covid-19 kebanyakan adalah mereka yang tidak percaya bahwa wabah Covid-19 nyata adanya.

ketidakpercayaan dan penolakan terhadap protokol kesehatan dialami oleh Wagub Jateng Taj Yasin tiap kali mensosialisaskan bahaya Covid-19. 

Selain karena tidak percaya bahwa wabah Covid-19 benar-benar ada, mereka juga terpapar disinformasi berita yang mengatakan kalau vaksin Covid mengandung babi.

Disinformasi itu mereka telan mentah-mentah karena mereka sudah tidak mau lagi mendengar informasi apa pun dari kelompok lain, walau kelompok lain itu mungkin menyampaikan kebenaran.

Itulah echo chamber. 

Istilah Lain Echo Chamber

 

  1. Filter bubble. Selengkapnya tentang Filter Bubble klik di sini.
  2. Hugbox
  3. Cult
  4. Mutual Admiration Society

Bahaya Echo Chamber

 

1. Pola pikir seseorang jadi menyempt. Echo chamber membuat orang terlena karena menganggap apa yang dipikiran dan diyakininya yang paling benar.

Seseorang juga bisa kehilangan rasa empatinya karena selalu berpikir dari sudut pandang dan pola pikirnya saja.

2. Tertutup pada pengetahuan dan informasi baru. Seseorang yang terpapar echo chamber tidak pernah siap menerima perubahan.

Padahal dunia selalu berubah karena setiap harinya manusia menemukan pengetahuan dan kemajuan teknologi.

3. Perpecahan di masyarakat. Bila tiap kelompok menganggap kelompoknya yang paling benar, maka masyarakat mudah dipolarisasi untuk kemudian diadu domba.

Bangsa Indonesia yang besar dengan beragam suku terancam pecah kalau suku dan agama mayoritas tidak merangkul agama dan suku lain hanya karena merasa suku dan agama lain jelek.

Menghindari Jebakan Echo Chamber

 

1. Biasakan bertanya pada orang yang lebih paham tentang suatu hal daripada mencarinya di Google. 

Bila ingin tahu soal urusan agama, tanya kepada guru agama atau kyai di pondok pesantren. Kalau mau tahu tentang ilmu kepenulisan, tanyakan pada penulis, bukan tukang cilok supaya tidak sesat.

2. Kurangi melihat media sosial. Gunakan medsos hanya kalau benar-benar perlu dan bukan untuk mengisi waktu.

Selebriti medsos bahkan hanya menggunakan medsos untuk mengisi konten dan membalas komentar netizen seperlunya karena penghasilan mereka dari medsos, bukan untuk menghabiskan hidup di medsos.

Isi waktu luang dengan mendengarkan radio, beres-beres rumah, menonton pertunjukkan teater, menikmati konser musik, atau menonton film.

3. Mengakui kalau manusia diciptakan berbeda-beda. Perbedaan justru membuat hidup lebih dinamis dan bervariasi.

Dengan mengakui kalau banyak perbedaan di dunia ini, kita bisa terhindar dari pola pikir sempit yang selalu menolak perubahan.

Filter Bubble, Perangkap Internet yang Menyesatkan Pikiran dan Menyempitkan Wawasan

Filter Bubble, Perangkap Internet yang Menyesatkan Pikiran dan Menyempitkan Wawasan

Filter bubble atau gelembung filter adalah keadaan isolasi intelektual ketika algoritma situs web atau media sosial menebak informasi apa yang ingin dilihat pengguna berdasarkan riwayat penelusuran.

Selain dari riwayat penelusuran, algoritma di website atau media sosial "menebak" berdasarkan lokasi dan kebiasaan klik yang sering dilakukan pengguna. 

Cara Kerja Filter Bubble 


Algoritma dalam internet, termasuk di media sosial dan mesin pencari, menyaring informasi dan menunjukkan hanya yang kita sukai saja.

Maka hasil pencarian tiap orang bisa berbeda walau mengetikkan kata kunci yang sama di Google. Algoritma Google akan menyuguhkan informasi tergantung riwayat pencarian, lokasi, dan perilaku kita di dalam internet.

Contohnya, saat kita penasaran tentang khilafah lalu mencari info soal itu di Google, Twitter, dan Facebook. Esok harinya karena masih penasaran tentang sistem khilafah, kita mencarinya lagi.

Saat itu itulah algoritma di Google, Twitter, dan Facebook bekerja merekam hasil penelusuran, apa yang kita baca, dan ada dimana kita saat mengakses informasi itu.

Kalau kita cenderung lebih sering melihat dan membaca tentang keunggulan khilafah, maka hasil penelusuran yang akan ditampilkan lebih banyak tentang kebenaran dan keunggulan khilafah. Pun sebaliknya kalau kita lebih sering melihat dan membaca tentang efek buruk khilafah untuk Indonesia, maka yang akan ditampilkan di internet adalah informasi seperti itu.

Karena itulah istilah filter bubble disebut juga sebagai bingkai ideologis. 

Secara tidak langsung dan tidak disadari, seseorang dapat menjadi fanatik atau membenci suatu hal berdasarkan apa yang dia lihat dan baca terus-terusan di internet.

Asal Mula Istilah Filter Bubble 

 

Istilah gelembung filter dibuat oleh aktivis internet Eli Pariser sekitar tahun 2010 dan dibahas dalam bukunya tahun 2011 dengan nama yang sama. 

Menurut Pariser, ketika perusahaan internet berusaha menyesuaikan layanan mereka (termasuk berita dan hasil pencarian) dengan selera pribadi kita, didalamnya ada konsekuensi berbahaya yang tidak diinginkan, yaitu filter bubble, yang mana kita cuma dapat informasi yang itu-itu saja.

Hal yang begitu tidak bakalan memperluas wawasan karena kita terjebak pada wawasan yang itu-itu saja dan cuma melihat hal-hal  yang sudah kita senangi tanpa adanya kemungkinan kita menyukai informasi dari sisi lain.

Filter Bubble untuk Iklan


Filter bubble juga digunakan untuk kepentingan para pemasang iklan di aplikasi, media sosial, dan situs web. Apa yang sering kita cari dan kita baca di internet akan terbaca oleh algoritma. Algoritma lalu akan menampilkan iklan sesuai dengan perilaku internet kita.

Misal, kita sering mencari info tentang cara melangsingkan tubuh, maka iklan yang muncul di medsos, aplikasi, atau website yang sedang kita kunjung adalah obat pelangsing.

Pun kalau kita beberapa kali mengakses atau mengunduh lagu, maka iklan yang muncul adalah iklan aplikasi streaming atau paket musik dari provider simcard.

Dampak Buruk Filter Bubble

 

Awalnya filter bubble memberi kemudahan pada pengguna supaya kita tidak usah susah-susah "menyaring" di internet apa yang mereka suka dan yang tidak. Lama-lama filter bubble justru "menghambat" orang mendapat informasi yang berimbang.
 
1. Dapat mengubah hoaks menjadi kebenaran. Orang yang sering melihat berita dan informasi yang sama terus-menerus akhirnya menganggap bahwa informasi itu benar.

Hal ini terjadi karena filter bubble hanya menyediakan informasi hanya yang kita sukai, walaupun informasi itu sebenarnya bohong atau palsu. 

Pikiran yang terpapar berita bohong terus-terusan bisa jadi sesat. Sesat berpikir dapat mencetus sesat logika. Akhirnya kita jadi merasa paling benar.

2. Memilih pemimpin yang salah. Contoh nyata dampak buruh filter bubble terjadi di Amerika Serikat (AS).

Pada pemilihan presiden 2017 Pendukung Hillary Clinton di dunia nyata jauh lebih banyak. Hasil survei juga selalu memenangkan Hillary, tapi pendukungnya lantas terlena.

Di medsos dan internet, mereka selalu dapat informasi tentang keunggulan Hillary, tapi tidak melihat bahwa pendukung Trump begitu masif dan giat memakai medsos untuk menyebarkan berita bohong.

Karena terlena dan menganggap Hillary pasti menang, banyak pendukung yang tidak memberikan suaranya karena memilih berlibur. Situasi makin suram karena penghitungan suara di AS memakai sistem electoral college di mana calon presiden yang dapat suara terbanyak tidak otomatis jadi pemenang.

3. Menyuburkan paham radikal dan ekstremisme. Melansir kompas.com, sejumlah pengamat terorisme mengatakan bahwa internet dan media sosial berperan besar dalam menyebarkan paham radikal termasuk khilafah.

Paham khilafah sudah dilarang di Indonesia karena dianggap melakukan makar terhadap ideologi Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.

sistem electoral college. Sistem electoral college ini membuat calon presiden yang memenangkan suara mayoritas secara nasional atau voting populer tidak otomatis menjadi pemenang.

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul "Simak Sistem, Tahapan dan Perhitungan Suara Pilpres AS 2020", Klik selengkapnya di sini: https://kabar24.bisnis.com/read/20200220/19/1203731/simak-sistem-tahapan-dan-perhitungan-suara-pilpres-as-2020.
Author: Denis Riantiza Meilanova
Editor : Nancy Junita

Download aplikasi Bisnis.com terbaru untuk akses lebih cepat dan nyaman di sini:
Android: http://bit.ly/AppsBisniscomPS
iOS: http://bit.ly/AppsBisniscomIOS
sistem electoral college. Sistem electoral college ini membuat calon presiden yang memenangkan suara mayoritas secara nasional atau voting populer tidak otomatis menjadi pemenang.

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul "Simak Sistem, Tahapan dan Perhitungan Suara Pilpres AS 2020", Klik selengkapnya di sini: https://kabar24.bisnis.com/read/20200220/19/1203731/simak-sistem-tahapan-dan-perhitungan-suara-pilpres-as-2020.
Author: Denis Riantiza Meilanova
Editor : Nancy Junita

Download aplikasi Bisnis.com terbaru untuk akses lebih cepat dan nyaman di sini:
Android: http://bit.ly/AppsBisniscomPS
iOS: http://bit.ly/AppsBisniscomIOS

Ini juga yang jadi sebab para pendukung NKRI ramai di medsos menyamai ramainya propaganda khilafah dan radikalisme. 

Bila tidak dilampaui, minimal diimbangi, maka yang terus muncul di algoritma internet dan media sosial adalah khilafah, ekstremisme, dan radikalisme. Orang kemudian akan menganggap itu sebagai kebenaran.

Apakah Filter Bubble Hanya Terjadi di Internet?

 

Tidak. Filter bubble juga terjadi di suatu komunitas. Misal, di perumahan mewah, sekolah elit, atau komunitas keagamaan. Anggota dari kelompok, kompleks, atau komunitas tersebut akan menganggap bahwa hidup seperti yang mereka jalani itulah yang paling baik.

Jadi, saat mereka dihadapkan pada kenyataan yang bertolak belakang dari apa yang mereka lihat dan alami sehari-hari, mereka akan menolak dan menutup diri dari kenyataan itu.

Namun, di sisi media ada kecenderungan orang yang menonton berita di televisi dan radio tidak mudah terperangkap filter bubble. 

Ini dikarenakan televisi dan radio mainstream tidak menyiarkan berita sesuai selera kita, melainkan berdasarkan fakta yang sedang terjadi, kecuali bila radio atau televisi itu memang merupakan media propaganda yang sengaja menyebarkan suatu paham atau pandangan.

***

Makin sering mengakses informasi itu-itu saja, makin mudah kita terperangkap filter bubble yang membuat wawasan kita tidak berkembang dan pola pikir malah jadi makin sempit.

Makanya tidak heran kalau pendukung radikalisme dan ekstremisme amat susah untuk kembali ke NKRI karena telah terperangkap filter bubble. Penyebabnya karena yang mereka akses itu-itu saja yang akhirnya dianggap sebagai kebenaran. 

10 Negara dengan Pengguna Instagram Terbanyak 2022

10 Negara dengan Pengguna Instagram Terbanyak 2022

Indonesia punya hampir seratus juta akun Instagram aktif. Sebagian besar dari pengguna Instagram itu selalu mengunggah foto, video, dan "siaran langsung"  tanpa absen. Makin banyak follower sebuah akun, makin wow sebuah akun di mata warganet.

Warganet adalah akronim dari warga internet alias netizen (internet citizen). Siapa pun orangnya ketika dia masuk ke internet dan berselancar, baik untuk membuka media sosial atau membaca berita, dia otomatis jadi warganet.

Kalau begitu, apakah Indonesia termasuk negara dengan pengguna terbanyak di dunia?

Melansir data di statista.com, berikut 10 negara dengan jumlah pengguna Instagram terbanyak di dunia.

10. Jerman

Negara di Eropa Tengah ini punya 29,85 juta akun. Menurut statcounter, jumlah pengguna Instagram hanya 7,32% dari total pengguna medsos di Jerman. 

Ini menjadikan Instagram sebagai medsos ketiga setelah Facebook dan Pinterest sebagai medsos yang paling banyak digunakan oleh orang Jerman 

9. Britania Raya (United Kingdom)

Negara yang disebut Britania Raya meliputi Inggris, Wales, dan Skotlandia. Akun Instagram pasangan kerajaan paling tersohor Kate Middleton dan Prince William yang bernama @dukeandduchessofcambridge punya 13 juta follower.

Akun terpopuler di Britania Raya adalah milik David Beckham yang punya 18 juta follower. Sebelumnya David punya 34  juta follower, namun jumlah itu terus menurun sampai pada 2022 dia hanya punya 18 juta follower.

Jumlah pengguna Instagram di United Kingdom mencapai 31,75 juta akun. 

8. Meksiko

Negara yang 70% kehidupannya dikuasai geng-geng kriminal ini punya 37,85 juta pengguna Instagram. Tidak tahu apakah geng kriminal punya jutaan follower atau malah tidak punya akun, yang pasti geng kriminal disana tidak takut untuk menghabisi polisi.

7. Jepang

Lumayan juga Jepang ada di peringkat 7 dengan 46,1 juta akun Instagram. Tiga sampai lima tahun lalu Jepang dikenal sebagai negara yang penduduknya paling jarang online

Mereka cuma menghabiskan 3-4 jam sehari untuk terhubung dengan internet dan media sosial. Bandingkan dengan orang Indonesia yang menghabiskan lebih dari 8 jam sehari untuk online.

Facebook dan Instagram adalah platform medsos yang paling banyak digunakan orang Jepang pada 2022. Menyusul dibelakangnya ada Line dan YouTube.

6. Turki

Penduduk Turki ada sekitar 86 juta jiwa dan 52,15 jutanya adalah pengguna Instagram. Akun milik aktris Sinem Kobal punya follower terbanyak sebesar 5,9 juta. 

Aktris Turki Sinem Kobal (instagram/sinemkobal).

5. Rusia

Negeri Beruang Merah ini unik karena sebagian wilayahnya ada di Eropa dan Asia yang sering disebut sebagai Eurasia. Sama seperti Turki yang juga berada di Asia dan Eropa, orang-orang Turki lebih khas berwajah bule daripada ras Asia yang tubuhnya tidak setinggi Eropa dengan wajah yang lebih imut.

Pengguna Instagram di Rusia ada 63 juta pengguna dari 146 juta penduduknya. Presiden Rusia Vladimir Putin punya 386.000 follower di akunnya.

4. Indonesia 

Kita pasti sudah yakin bahwa Zamrud Khatulistiwa masuk jajaran negara dengan pengguna Instagram terbanyak di dunia. 

Jumlah follower yang dimiliki Raffi Ahmad-Nagita Slavina saja mencapai 60,2 juta. Sedangkan jumlah penduduk kita ada 279 juta jiwa. 

Jumlah penduduk Indonesia tahun 2022 dari Worlddometers.info

Menurut DataReportal, ada enam media sosial paling populer di Indonesia, yaitu YouTube, Facebook, Instagram, TikTok, Facebook Messenger, dan Twitter. 

Facebook Messenger rasanya kurang pas disebut sebagai medsos karena platform itu lebih cocok disebut pesan instan seperti WhatsApp.

3. Brasil

Wajar kalau negeri Samba ini nangkring di urutan tiga besar negara yang punya akun Instagram terbanyak. Jumlah pengguna internet di sana juga nomor lima terbesar di dunia dengan 165,3 juta orang yang online setiap harinya.

Jumlah pengguna Instagram di negara terbesar di Amerika Latin ini ada 119,45 juta.

2. Amerika Serikat

Negeri Paman Sam punya 159,75 juta pengguna. Berdasarkan data dari Pew Research Center tahun 2021, kelompok usia yang paling banyak memakai Instagram adalah mereka yang berusia 18-29 tahun.

Jumlah penduduk di United State of America pada Mei 2022 ada lebih dari 334 juta jiwa atau yang ketiga terbanyak di dunia setelah Tingkok dan India.

1. India

Pada 21 Mei 2022, negara ini telah berpenduduk 1.406.082.278 miliar. Jumlah ini nyaris menyamai Tiongkok yang berpenduduk 1.449.864.867 orang pada tanggal yang sama.

worlddometer.info
Makanya tidak heran kalau India punya jumlah pengguna Instagram terbanyak di dunia dengan 230,25 juta akun..

Akun dengan follower terbanyak dimiliki oleh Virat Kohli dengan 195 juta akun yang mem-follownya. Virat Kohli bukan artis Bollywood, melainkan mantan kapten tim nasional kriket India.

***

Akun Instagram dengan follower terbanyak di dunia jadi milik Cristiano Ronaldo dengan 444 juta followers
Tangkapan layar akun Instagram Cristiano Ronaldo

Tiongkok sebagai negara berpenduduk terbesar di dunia dengan lebih dari 1,4 miliar penduduk tidak masuk dalam daftar ini. Itu karena Tiongkok melarang Instagram yang notebene bikinan Amerika. Medsos yang digunakan Tiongkok adalah Weibo.

Kalau pengguna TikTok mungkin banyak karena TikTok dibuat oleh ByteDance yang merupakan perusahaan asal negeri Tirai Bambu itu.

Luxury Influencer, Gaya Hidup Mewah Selebriti Internet untuk Sponsor dan Iklan

Luxury Influencer, Gaya Hidup Mewah Selebriti Internet untuk Sponsor dan Iklan

Syahrini bisa disebut pelopor luxury influencer paling sukses di Indonesia, sebelum disalip Nagita Slavina. Mengawali karir dari menyanyi, Syahrini lantas dikenal karena gaya hidupnya yang glamor, mewah, dan serba mahal. Tiada barang lokal, apalagi yang murah, menempel di tubuhnya. 

Syahrini juga jadi selebriti yang memamerkan Lamborghini Aventador dan ikut konvoi dengan rombongan klub Lamborghini. Belakangan diketahui bahwa Lamborghini itu hanya disewa olehnya, bukan dibeli.

Apa Itu Luxury Influencer?


Luxury influencer atau pemengaruh kemewahan adalah orang yang dibayar untuk mempromosikan merek dan produk yang mahal. 

Karena itulah gaya hidup seorang luxury influencer terlihat mewah dan glamor karena dia merepresentasikan merek dan barang yang harganya selangit. Selangit menurut orang kebanyakan bisa jadi cuma secuil bagi orang kaya.

Dia juga bisa mempromosikan beberapa produk dari jenama (merek) yang berbeda dalam satu sesi foto. Misal, dia sedang berpose di lapangan golf. Produk yang dia promosikan bisa berupa set tongkat golf, topi, kaus, rok, sepatu, jam tangan, sampai tabir surya dari brand berbeda.

Walau yang seperti itu memang jarang terjadi, tapi dimungkinkan bila si influencer dibayar untuk secara tidak langsung mempromosikan produk-produk itu. Gunanya supaya si influencer tetap tampil sesuai gayanya sehari-hari dan tidak tampak seperti sedang mempromosikan suatu produk.

Seorang luxury influencer atau pemengaruh kemewahan kerap kali diharuskan glamor dan jadi trendsetter. Itu karena produk yang dipromosikannya hanya bisa dibeli oleh orang berduit dan orang yang tidak ingin punya barang "pasaran" yang dipakai banyak orang.

Foto dari akun Instagram luxury influencer Tara Whiteman yang sedang berada di Dubai (intagram/taramilktea)

Siapa yang Bisa Melakoni Pekerjaan Sebagai Luxury Influencer?


Semua orang, terutama mereka yang punya paras rupawan karena umumnya kemewahan berbanding lurus dengan kebersihan tubuh, kerapian penampilan, dan keidealan bentuk tubuh.

Seseorang juga harus senang travelling dan tidak risih membeli barang berharga mahal. Plus, dia harus punya jutaan follower di media sosial (terutama Instagram) atau platform berbagi video YouTube dan TikTok.

Tidak semua orang yang punya jutaan follower di Instagram bisa jadi luxury influencer karena dia harus lebih dulu memajang gaya hidupnya yang mewah. Setelah itu baru merek-merek mahal membayarnya untuk mempromosikan produk. 

Berapa Pendapatan Luxury Influencer?


Orang yang ingin produknya dipromosikan oleh Syahrini untuk dipamerkan di Instagram harus membayar Rp150 juta untuk satu foto dan pose. Tarif endorse ratusan juta itu sepadan karena Syahrini punya 38,7 juta follower.

Sebanyak 70-80 persen dari follower biasanya sangat loyal terhadap orang yang di-follownya. Jumlah sebanyak itu adalah pasar potensial buat para pengusaha untuk menarik pasar sebanyak mungkin.

Bagaimana kalau 80% followernya loyal, tapi berkantong cekak? Mereka memang cekak, tapi jumlah mereka cukup untuk membuat trending sebuah nama atau produk. 

Kalau sesuatu sudah jadi tren di media sosial, berarti branding yang dibuat untuk suatu produk sudah berhasil. Nama brand itu akan menguat di benak masyarakat. Selanjutnya orang akan membeli barang mahal yang menurut mereka unik dan tinggi kualitasnya.

Kenapa Orang Senang Menonton Selebriti Adu Kemewahan?


Jawabnya mudah, untuk kesenangan semu. Seolah mereka ikut menikmati kekayaan dan kegembiraan hidup yang bergelimang harta. Padahal makin sering kita nonton yang seperti itu, makin kita jadi pemalas dan pengkhayal.

Bukannya malah termotivasi untuk jadi orang berduit juga?

Kalau nontonnya sesekali mungkin iya. Kita termootivasi untuk kreatif dan giat bekerja, tapi kalau sering kita malah jadi terlena. Merasa kita sudah bahagia walau cuma nonton para selebriti liburan ke mana-mana, pakai sepatu mahal, dan punya muka glowing. Akibatnya kita jadi terlena dan tumpul. 

Top 10 Luxury Influencer Dunia


Ternyata orang yang disebut sebagai Top 10 Luxury Influencers versi situs influence4you.com semuanya tidak punya follower puluhan juta seperti Syahrini, Raffi-Nagita, bahkan Bella Shofie.

  1. iamrenanpacheco.
  2. taramilktea
  3. jeremyaustiin
  4. ericasgirlyworld
  5. amelialiana
  6. lornaluxe
  7. andathousandwords
  8. leoniehanne
  9. theluxurytraveller
  10. ericconover

Mereka disebut luxury influencer bukan karena gaya hidupnya, tapi pekerjaannya sebagai kreator konten kemewahan dan mempromosikan tempat-tempat eksotis di seluruh dunia. Walau followernya tidak sampai juta-jutaan, 6 dari influencer ini sudah bercentang biru di Instagram, alias terverifikasi sebagai orang yang punya pengaruh atau orang penting.