Kenapa Orang Indonesia Tidak Bisa Berenang Padahal Tinggal di Negara Air?

Kenapa Orang Indonesia Tidak Bisa Berenang Padahal Tinggal di Negara Air?

Indonesia adalah negara kepulauan yang punya 17.024 pulau yang namanya sudah dibakukan dan tercatat koordinatnya. Pencatatan nama baku dan koordinat belasan ribu pulau tersebut terakhir diperbarui oleh Badan Informasi Geospasial pada tahun 2022.

Dengan begitu negara kita punya garis pantai sepanjang 99.083 kilometer pada tahun 2021. Ini menjadikan Indonesia negara nomor dua yang punya garis pantai terpanjang di dunia setelah Kanada. Panjang garis pantai Kanada mencapai 202.000 kilometer.

Garis pantai adalah batas pertemuan antara bagian laut dan daratan saat terjadi air pasang tertinggi. Panjang garis pantai sebuah negara diukur mengelilingi seluruh pantai yang ada di kawasan tersebut.

Maka tidak heran kalau luas perairan Indonesia mencapai 6,32 juta km per segi. Sementara itu luas daratan Indonesia hanya 1,91 juta km per segi. Ini berarti Nusantara memang negara air karena perairannya lebih luas dari daratan.

Namun mengapa banyak penduduk Indonesia yang tidak bisa berenang padahal negaranya dikelilingi air berbentuk negara kepulauan? 

Ini penyebab orang Indonesia banyak yang tidak bisa berenang versi emperbaca.com.

1. Dipaksa Penjajah Jadi Negara Agraris

 

Selain kaya akan sumber daya laut, tanah Indonesia juga amat subur. Kalau kata Koes Plus, lempar kayu saja jadi tanaman. Tujuan utama penjajah (Belanda, Portugis, Inggris, Jepang) adalah merampok hasil bumi Indonesia untuk dibawa ke negaranya.

Penjajah Inggris bahkan juga merampok emas berton-ton dari Keraton Yogyakarta. Karena itu rakyat Indonesia, terutama di Jawa dan Sumatra, menjadi negara agraris karena telah dipaksa bercocok tanam terus-terusan selama 350 tahun dalam cengkeraman penjajah.

Akibatnya kita melupakan laut. Ikan dan kekayaan laut kita banyak dicuri negara lain karena tidak menganggap diri sebagai negara bahari melainkan negara daratan.

Jadinya banyak orang Indonesia tidak bisa berenang karena menganggap diri orang darat dan tidak menganggap kalau bisa berenang itu penting.

2. Malu Pakai Baju Renang

 

Cara supaya bisa berenang adalah kita harus latihan di kolam renang. Seringkali orang Indonesia, terutama perempuan, nyemplung ke kolam mengenakan baju biasa (kaus dan celana panjang) bukan baju renang.

Mereka tidak pakai baju renang karena malu terlihat lekukan tubuhnya. Baju renang dibuat dari bahan lycra, polyester, dan nilon yang memang tidak menyerap air sehingga tidak menghambat gerakan di air, tapi karena itulah baju renang juga menempel lekat di tubuh terutama saat kita berada di air.

Sementara itu, baju biasa yang kita pakai sehari-hari biasanya terbuat dari campuran katun dan ketika kena air akan berat ditubuh karena baju itu menyerap air. Baju yang menyerap air akan berat dipakai dan menghambat gerakan di air. 

Itulah sebabnya banyak kolam renang mewajibkan seluruh tamu memakai baju renang supaya risiko tenggelam akibat kelelahan memakai baju yang berat bisa dihindarkan.

Kolam renang yang sering terpapar baju berbahan katun juga lebih rentan tersumba sehingga mengganggu sirkulasi air.

Kemudian selain malu pakai baju renang di kolam renang. Para perempuan juga enggan dilatih pelatih laki-laki sementara di tempat tinggal mereka belum ada pelatih renang perempuan.

3.Tidak Ada Kolam untuk Latihan


Ada daerah yang punya banyak kolam renang umum dan ada yang tidak. Di kecamatan tempat admin emperbaca,com tinggal di Kabupaten Magelang ada 6 kolam renang umum. Sedangkan di kecamatan lain satu pun belum tentu ada.

Kalau tidak ada kolam renang lantas bagaimana orang mau latihan berenang? Kecuali mereka tinggal di pesisir pantai atau di laut seperti suku Bajo.

4. Terlalu Takut Tenggelam

 

Di banyak kolam renang banyak kita temui orang dewasa hanya mengapung-apung ringan di kolam dangkal atau hanya menemani anak-anak mereka berkecipakan di air. Selain karena malu (sudah dewasa, kok, main air) tidak sedikit orang dewasa yang takut tenggelam.

Padahal kalau tidak nyemplung, bagaimana mau mencontohkan atau mengajarkan anak berenang.

Soal takut tenggelam sebenarnya dengan udara di paru-paru manusia bisa mengapung dengan sendirinya bila tidak sengaja tenggelam di koam renang. Bahkan bila tenggelam di sungai berarus atau laut pun kita masih bisa mengapung tanpa pelampung untuk menjaga kepala tetap diatas air guna menghirup oksigen.

Karena terlalu takut tenggelam itulah, banyak orang memilih olahraga lain karena berenang yang dianggap terlalu berisiko.

5. Mitos Laut

 

Tidak sedikit mitos yang berasal dari laut, contohnya di pantai selatan yang dipercaya jadi tempat tinggal Nyi Roro Kidul atau Ratu Laut Selatan. 

Selain itu ombak di laut selatan memang besar dan tinggi karena berada di Samudera Hindia yang merupakan samudera terbesar ketiga di dunia. Perairan di samudera berair hangat itu juga labil dan relatif tidak bisa diprediksi seperti samudera-samudera lainnya.

Titik terdalam atau palung Samudera Hindia berada di kedalaman 7.725 meter terletak di Laut Jawa. Jadi kalau ada makhluk hidup yang tenggelam diatas palung (lekukan panjang dan sempit di dasar laut) sangat mungkin tidak bisa naik lagi karena keburu meninggoy.

Karena bayangan akan seramnya laut itulah, banyak orang Indonesia yang senang ke pantai, tapi cuma main-main di pasir, berjemur, dan foto-foto sambil menikmati deburan air dibawah teriknya matahari.

Kalau lautnya tenang seperti Selat Sunda atau Selat Bali mungkin banyak orang yang mau berenang, ya. Kalau di samudera, kan, gelombangnya tinggi dan arusnya kuat.

Deklarasi Djuanda, ZEE, dan Negara Kepulauan


Berkaitan dengan nama Samudera Hindia, Badan Informasi Geospasial sedang memperjuangkan perubahan nama Samudera Hindia menjadi Samudera Indonesia.

Nama Samudera Indonesia sendiri berasal dari presiden RI Ir. Soekarno untuk menyebut bagian lautan dari Samudera Hindia yang masuk ke dalam wilayah kedaulatan Indonesia. Bagian ini luasnya 200 mil atau yang disebut dengan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).

Bung Karno memperkenalkan nama Samudera Indonesia untuk menandai wilayah laut dan ZEE milik Indonesia yang kemudian diakui dunia internasional dalam Deklarasi Djuanda tahun 1957.

Isi Deklarasi Juanda adalah: "Bahwa semua perairan di sekitar, diantara, dan yang menghubungkan pulau-pulau yang masuk daratan NKRI adalah bagian-bagian yang tak terpisahkan dari wilayah yurisdiksi Republik Indonesia".

Pada 1982, Konvensi Hukum laut PBB ke-III Tahun 1982 (United Nations Convention On The Law of The Sea/UNCLOS 1982) mengakui deklarasi itu. Barulah kemudian muncul Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 tentang pengesahan UNCLOS 1982 untuk mempertegas aturan dari PBB yang menyatakan Indonesia negara kepulauan.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "13 Desember 1957, Deklarasi Juanda Jadi Titik Balik Kelautan Indonesia", Klik untuk baca: https://nasional.kompas.com/read/2018/12/13/10262121/13-desember-1957-deklarasi-juanda-jadi-titik-balik-kelautan-indonesia.


Kompascom+ baca berita tanpa iklan: https://kmp.im/plus6
Download aplikasi: https://kmp.im/app6

ZEE sebenarnya sudah diterima banyak negara pada 1976 di mana negara-negara kepulauan sangat diuntungkan dengan adanya ZEE sejauh 200 mil dari pantai terluar. Namun baru diakui secara internasional pada 1982 dalam Konvensi Hukum laut PBB ke-III Tahun 1982 (United Nations Convention On The Law of The Sea/UNCLOS 1982) yang mengakui deklarasi Djuanda dan batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) yang diminta Indonesia.

Setelah diakui dunia, kemudian terbit UU Nomor 17 Tahun 1985 tentang pengesahan UNCLOS 1982 untuk mempertegas aturan dari PBB yang menyatakan Indonesia negara kepulauan.

Sebagai penduduk di negara kepulauan apakah ada kewajiban bagi penduduknya untuk bisa berenang? Kan, tidak. Namun ada baiknya anak-anak sudah dilatih berenang sedari kecil, sebab negara kita dikelilingi air.

Orang dewasa pun tidak usah malu belajar berenang. Minimal untuk mitigasi terutama kalau tinggal di daerah rawan banjir seperti Jakarta.

Lagipula sangat masuk akal rakyat yang tinggal di negara yang dikelilingi air punya kemampuan berenang-walau hanya sekadar mengapung dan mempertahankan kepala diatas air-dibanding rakyat yang tinggal di negara padang pasir.

Pasar Tradisional Sepi Pembeli Pascakebakaran, Ini Alasannya

Pasar Tradisional Sepi Pembeli Pascakebakaran, Ini Alasannya

Sekarang sudah tidak ada lagi pasar tradisional yang kumuh. Semua pasar sudah bersih karena lantainya  berkeramik, berventilasi, dan tidak ada lagi bau busuk sampah. Apalagi, pasar yang dibangun ulang pascakebakaran, tampilannya kece seperti mal.

Namun, ada satu hal yang mengganjal. Kenapa hampir semua pasar tradisional yang dibangun ulang setelah kebakaran justru lebih sepi daripada saat masih kumuh? Padahal dengan mengunjungi pasar yang bersih dan moderen, belanja juga jadi nyaman, kan?

Kelas Menengah Kebawah


Walau masyarakat kelas atas banyak juga yang berbelanja di pasar (kadang disebut sebagai pasar moderen), tapi pasar tradisional selalu identik dengan tempat belanja masyarakat kelas menengah kebawah.

Itu karena harga sayuran, makanan, sandang, sepatu, dan semua yang ada di pasar sangat terjangkau oleh kantong mereka. Pasar jadi tujuan utama untuk memenuhi semua kebutuhan mereka,

Maka, untuk mengetahui kenapa pasar yang dibangun ulang jadi lebih bagus malah sepi tidak ada yang belanja, kita lihat dari sudut pandang kelas menengah kebawah yang jadi konsumen utama pasar tradisional.

1. Bangunan pasar terlalu tinggi


Sebelum kebakaran, pasar tradisional paling tinggi hanya dua lantai saja. Setelah pasar itu dibangun ulang ada yang tingginya sampai empat lantai.

Orang-orang enggan naik ke lantai atas dan lebih memilih belanja di lantai paling bawah karena mereka ke pasar hanya untuk membeli barang yang paling diperlukan. Setelah selesai, mereka bakal langsung pulang.

Sementara itu di mal, kebanyakan orang datang ke sana bukan untuk belanja kebutuhan pokok, melainkan sekadar cuci mata, nongkrong bersama teman, nonton bioskop, atau belanja produk terbaru kesukaan mereka.

Jadi, orang yang ke mal memang punya waktu untuk "dibuang", tapi tidak demikian dengan orang yang datang ke pasar. Orang ke pasar karena benar-benar mencari barang yang mereka perlukan, bukan untuk bersantai dan menghabiskan waktu.

Itu sebab makin tinggi bangunan mal, makin senang orang memasukinya karena makin leluasa mereka memilih toko dan resto untuk menghabiskan waktu. Namun, makin tinggi bangunan pasar makin enggan orang ke sana karena buang waktu dan tenaga kalau harus naik ke lantai paling atas.

2. Bermunculan lapak dan toko yang menjual dengan harga sama


Orang tidak akan repot pergi ke pasar hanya untuk beli sayur atau sehelai kerudung jika rumah mereka selalu dilewati penjual sayur dan ada toko yang menjual kerudung dekat rumah.

Makanya, walau lokasi pasar berada di tengah kota yang strategis dan bisa dijangkau dari mana pun, daya tarik pasar memudar seiring makin mudahnya orang mencari kebutuhan harian di lapak dan toko dekat rumah.

Pasar (tradisional) masih ramai dikunjungi kalau orang mau masak besar atau cari baju Lebaran atau butuh barang grosiran. 

3. Uang sewa naik


Karena bangunannya sudah bagus, maka uang sewa yang ditetapkan oleh pengelola pasar juga lebih tinggi daripada ketika pasar masih kumuh. Harga sewa yang naik sementara orang yang datang belanja makin sedikit, menyebabkan banyak pedagang menutup tokonya.

Banyaknya toko yang tutup membuat pasar jadi lengang, terutama yang berada di lantai atas. Pasar jadi kurang ramai karena minim aktivitas jual-beli. Kondisi pasar yang lengang dan sepi membuat orang makin enggan datang ke sana karena mayoritas orang lebih suka berada dalam keramaian daripada kesepian.

Suasana sepi juga dapat memunculkan ketakutan di benak orang tentang kemungkinan ada kejahatan yang terjadi ssat sepi.

***

Di kota besar, pasar tradisional yang dibangun ulang pascakebakaran bakal tetap ramai, malah makin ramai karena dibangun juga bioskop rakyat di lantai atasnya. Pasar Santa di Kebayoran Baru, Jaksel, malahan bermetamorfosis jadi tempat hangout.

Akan tetapi, di luar kota besar, pasar yang bagus dan megah justru dijauhi karena dianggap sama dengan mal. Orang kelas bawah minder memasukinya, sementara kelas atas merasa "gak level' belanja ke pasar tradisional.

Walau tidak lagi seramai dulu, pasar tradisional di suatu daerah tetap punya masa di mana pembeli membludak dan pedagang panen laba. Masyarakat menengah kebawah juga masih butuh pasar karena di situlah tempat mereka belanja dengan bahagia tanpa menguras isi kantong.

Mengenang Wabah Covid-19 dan Istilah yang Kini Terlupakan

Mengenang Wabah Covid-19 dan Istilah yang Kini Terlupakan

Pada 16 Maret 2020 seluruh sekolah di Kabupaten Magelang ditutup dan para pelajar resmi melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

Sekolah ditutup karena makin meluasnya penyebaran virus Corona yang penderita pertamanya ditemukan di Cinere, Depok, setelah dia menghadiri acara di Jaksel.

Virus penyebab penyakit Covid itu ditemukan pertama kali tahun 2019 di kota Wuhan, Tiongkok. Makanya ada angka 19 dibelakang nama Covid.

Konon katanya berasal dari kelelawar. Ada juga yang mengatakan karena kebocoran di laboratorium. National Institute of Allergies and Infectious Disease (NIAID) menyatakan kalau munculnya SARS-CoV-2 juga belum bisa dipastikan darimana.

PJJ dan PTM


Sejak sekolah ditutup muncullah istilah PJJ karena guru dan siswa tidak berada dalam tempat yang sama untuk belajar dan mengajar.

Istilah PJJ hanya sebentar saja menggaung karena hampir semua sekolah lebih suka menggunakan istilah daring (dalam jaringan-online).

Begitu juga dengan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) sudah jarang digunakan. Orang kini lebih suka menggunakan istilah luring (luar jaringan-offline) untuk menggantikan istilah PTM.

Padahal secara terminologi (asal kata) istilah PJJ dan PTM lebih tepat dari daring dan luring.

Daring berarti antara siswa dan guru terus berada dalam jaringan internet selama pembelajaran berlangsung. 

Nyatanya tidak. Tugas diberikan lewat grup WhatsApp disertai tautan YouTube atau video. Siswa kemudian mempelajari video itu dan mengerjakan tugas yang dikirim ke guru lewat WhatsApp.

Makanya lebih cocok disebut sebagai PJJ atau Pembelajaran Jarak Jauh bila tidak memungkinkan untuk melakukan Pembelajaran Tatap Muka (PTM)

Istilah daring lebih cocok digunakan bila guru dan siswa berada di Zoom, GMeet, Skype, atau platform online lain selama pembelajaran berlangsung.

Virus Corona 


Pandemi Covid-19 telah berlalu, namun duka yang ditinggalkannya akan terus melekat di benak para individu yang kehilangan keluarga dan teman yang harus meregang nyawa ditangan virus Corona.

Virus bernama SARS-CoV-2 ini hinggap di tubuh mereka bukan karena mereka abai terhadap protokol kesehatan. Juga bukan karena mereka pengikut teori konspirasi. Mereka tertular justru dari orang yang menganggap remeh wabah.

Social Distancing


Diartikan sebagai "jarak sosial" yang membatasi berkumpulnya lebih dari 5 orang dalam satu tempat. 

Karenanya kantor banyak yang menerapkan work from home (WFH) bagi karyawannya. Rapat-rapat juga jadi dilakukan via Zoom karena social distancing dan work from home itu.

Physical Distancing


Social distancing dianggap masih tidak mendisiplinkan warga, maka yang diwajibkan kemudian adalah physical distancing atau jarak fisik yang artinya orang tidak berdekatan saat berinteraksi dengan orang yang bukan keluarga serumah.

Diberlakukannya jarak fisik ini juga membuat mal, kantor, hotel, restoran, dan tempat wisata harus mengurangi kapasitas pengunjung menjadi maksimal 50-75 persen saja.

Pengurangan kapasitas itu termasuk peraturan yang ditetapkan pada PSBB.

PSBB adalah singkatan dari Pembatasan Sosial Berskala Besar yang dikeluarkan pemerintah.

PSBB berskala nasional, artinya semua daerah wajib mengikuti aturan dalam PSBB. Mudik pun dilarang supaya orang yang mudik tidak membawa virus kemana-mana.

Namun PSBB berkepanjangan bisa berdampak pada ekonomi nasional, sehingga PSBB digantikan oleh PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat).

Penerapan PPKM berbeda di tiap daerah. Ada PPKM level 1, level 2, dan level 3. Level 1 berarti banyak kasus positif Covid di daerah itu atau disebut juga dengan zona merah.

New Normal 


New normal adalah keadaan yang mana orang dapat beraktivitas secara normal, namun tetap menerapkan hal berikut yang dikenal dengan 5M.

  1. Memakai masker.
  2. Menjaga jarak saat berinteraksi dengan orang lain.
  3. Mencuci tangan pakai sabun.
  4. Menghindari kerumunan.
  5. Membatasi bepergian.

Protokol Kesehatan


Istilah new normal berangsur menghilang dan diganti oleh protokol kesehatan yang lebih sering diakronimkan jadi prokes. Imbauannya sama dengan new normal, hanya istilahnya saja yang diganti.

Termasuk dalam protokol kesehatan adalah tidak bersalaman kalau tidak perlu-perlu amat.

Protokol kesehatan masih diterapkan terutama bagi mereka yang sakit atau yang tetap ingin menjaga agar tidak tertular penyakit dari tempat umum.

***

Butuh waktu sampai dua tahun penuh bagi dunia berperang melawan virus Corona. Kini hidup sudah berjalan kembali, walau virus itu masih eksis dengan segala variannya.

Sejarah akan mencatat betapa Covid-19 bukan saja membuat dunia terguncang, tapi juga meninggalkan ingatan-ingatan suka dan dukacita bagi mereka yang ditinggal orang terkasih.

Tipe Orang yang Bakal Kamu Temui Tiap Kerja Kelompok

Tipe Orang yang Bakal Kamu Temui Tiap Kerja Kelompok

Sejak SD sampai kuliah, bahkan di dunia kerja, kita pasti akan ada masanya kita harus bekerja bersama orang lain dalam bentuk kelompok. Kalau cuma mengerjakan dengan satu orang, sih, tidak butuh penyesuaian besar.

Bagaimana kalau kita harus menyelesaikan tugas dengan 4-5 orang? Lebih ribet lagi kalau semua anggota kelompok egois dan mau menang sendiri.

Berikut tipe orang yang sering kita temui dalam kerja kelompok.

 1. Si Pemimpin

 

Mengerjakan tugas bareng Si Pemimpin adalah idaman setiap orang karena dia bisa membagikan tugas dengan adil sesuai kemampuan anggota kelompoknya.

Anggota kelompok yang kemampuannya pas-pasan pun akan dibantu supaya hasil pekerjaan dia sama bagusnya dengan anggota yang lain.

Karena auranya tenang. kalem, jarang bicara, tapi sekalinya bicara langsung ke makna dan berorientasi solusi.

Kemampuan memimpinnya terlahir alami. Makanya Si Pemimpin sering ditunjuk oleh anggota kelompoknya untuk jadi ketua, walau Si Pemimpin tidak pernah mengajukan dirinya sendiri.

Si Pemimpin orangnya teliti dan paling bisa memotivasi anggota kelompoknya untuk bekerja sesuai tugas tanpa dia harus marah-marah. Kalau ada anggota kelompok yang kesulitan, Si Pemimpin langsung turun tangan membantu (cuma membantu, tidak mengambil-alih tugas anggotanya).

2. Si Pasrah

 

Si Pasrah sering pasrah bukan karena dia ditindas, tapi karena dia males ribut dan gak suka berkonflik dengan orang lain. Baginya ketenangan dan perdamaian kelompok adalah hal utama.

Dia juga akan pasrah saja menerima apa pun yang ditugaskan kepadanya walau itu berat. Demi selesainya tugas dan anggota kelompok tidak gontok-gontokkan, Si Pasrah akan diam, menerima apa yang ditugaskan padanya, dan menyelesaikannya. 

Saat anggota lain sedang berdebat atau berdiskusi menentukan suatu hal, Si Pasrah hanya mengamati dan tidak ikut urun suara kecuali diminta oleh ketua kelompok. Ketika ditanya dia akan menjawab setuju atau ikut pada suara mayoritas.

3. Si Ribut

 

Ributnya doang tapi gak bisa nyumbang ide karena terlalu malas, gak punya inisiatif karena otaknya terlalu tumpul, dan sering gak mau ikut aturan. Si Ribut paling sering overthinking terhadap tugas yang dijalankan oleh kelompoknya.

Saat anggota lain sedang fokus menyelesaikan tugasnya, Si Ribut akan berucap, "Kalau gak selesai gimana, nih. Punya kamu kira-kira kapan selesai. Kalau aku gak selesai gimana, dong!"

Si Ribut sering punya pikiran negatif tentang tugas kelompok yang sedang dikerjakan dan mengutarakannya pada anggota lain, menyebabkan pekerjaan anggota lain jadi terganggu. 

Kalau kamu ketemu Si Ribut saat mengerjakan tugas kelompok jawab dia seadanya dan kalau dia ribut, minta dia cepat mengerjakan tugasnya dan tawarkan bantuan.

4. Si Dominan

 

Sesuai namanya, tipe anggota kelompok yang seperti ini senang mengatur dan mengerjakan yang jadi kepentingannya saja.

 Si Dominan ini beda dengan Pemimpin, ya. Si Dominan cenderung gak mau mengerjakan bagian yang tidak disukainya karena dia ingin mengerjakan yang disukainya saja supaya tampak menonjol.

Kalaupun dia mau mengerjakan tugas yang tidak disukainya, biasanya dia akan merecoki bagian anggota lain hanya untuk membuat mereka merasa bodoh atau minder.

Walau bukan ketua atau pemimpin kelompok, Si Dominan senang mengatur dan mengubah aturan serta tugas anggota lain. Kalau ngaturnya benar, sih, gak apa, tapi kalau ngatur seenaknya sering berubah-ubah gimana kita gak kezel.

Walau bikin kerjaan jadi tertunda karena diubah seenaknya, anggota lain biasanya memilih mengalah supaya Si Dominan gak mengacak-acak dan mengubah seenaknya lagi.

Si Dominan paling senang jadi yang paling menonjol di kelompok walau dia nggak ngapa-ngapain. Dia juga senang mengatur orang lain kalau itu berguna bagi  kepentingan dirinya sendiri.

 5. Si Gercep

 

Si Gercep (gerak cepat) sering menyelesaikan tugasnya lebih cepat dari yang lain. Saking cepatnya, dia sering menawarkan bantuan kepada anggota kelompok lain supaya tugas mereka lebih cepat selesai.

Si Gercep cocok berpasangan dengan Si Pemimpin karena inisiatif Si Gercep akan membantu anggota lain mencari bahan dan kelengkapan tugas. Sayangnya, karena ingin serba cepat, Si Gercep cenderung tidak teliti.

Orang dengan tipikal gercep sangat dibutuhkan kalau didalam kelompok tidak ada anggota bertipe Si Pemimpin.

Namun, karena gerak dan kerjanya serba cepat, orang yang kecerdasannya rata-rata akan kesulitan kerja bareng Si Gercep. Untuk mengatasinya anggota lain harus bilang ke Si Gercep supaya jangan cepet-cepet kerjanya, yang penting selesai sesuai jadwal.

Alasan Harry dan Meghan Tidak Melepas Gelar Duke and Duchess of Sussex Meski Sudah Keluar dan Selalu Menyudutkan Kerajaan

Alasan Harry dan Meghan Tidak Melepas Gelar Duke and Duchess of Sussex Meski Sudah Keluar dan Selalu Menyudutkan Kerajaan

Tidak sedikit bangsawan di negara yang masih menganut demokrasi monarki yang keluar dari kerajaan dan pindah keluar negeri serta melepas gelar kebangsawanan mereka dengan berbagai alasan.

Pangeran Harry dan Meghan bersama ibu Meghan dan keluarga kerajaan saat pembabtisan anak mereka Archie Harrison Mountbatten-Windsor tahun 2019.
Hanya saja mereka kemudian tetap fokus pada urusan dan pekerjaan masing-masing alih-alih terus menyudutkan kerajaan.

1. Princess Martha Louise dari Norwegia. Melepas gelar princess setelah tunangan dengan orang Amerika bernama Shaman Durek.

Putri Martha melepas gelarnya karena tidak ingin mencampuradukkan urusan bisnis dengan tugas kerajaannya.

Walau masih bertugas kecil-kecilan membantu kerajaan, Martha Louise sudah tidak punya gelar kebangsawanan lagi dan menjadikan dia sebagai rakyat biasa.

2. Putri Mako dari Jepang.
Keponakan dari Kaisar Naruhito. Putri Mako melepas gelar kebangsawanan dan tidak lagi menerima tunjangan dari kekaisaran setelah dia bertunangan dengan yang orang biasa, Kei Komuro.

Princess Mako dan Kei Komuro bertunangan pada 26 Oktober 2022 dan menikah di tahun yang sama. Sekarang dia tinggal di New York bersama suaminya.

3. Princess Madeleine dari Swedia.
Princess Madeleine kini tinggal di New York bersama suaminya yang orang Amerika keturunan Inggris.

Walau Madeleine sudah tidak pernah mengaitkan dirinya sebagai princess, masih banyak orang di Amerika yang memanggilnya sebagai Princess Madeleine.

Tiga contoh bangsawan diatas bertolak belakang dengan Prince Harry dari Inggris dan istrinya Meghan Markle.

Prince Harry dan Meghan keluar dari kerajaan dan tidak lagi mengerjakan tugas kerajaan karena ingin mandiri secara finansial dari pekerjaan lain.

Ironisnya biaya keamanan mereka selama tinggal di Kanada (sebelum pindah ke AS) dibiayai oleh kerajaan Inggris.

NBC News juga mengungkap kalau Prince Harry menginginkan penjagaan dari kepolisian Inggris tiap kali dia dan keluarganya pulang kampung.

Ini salah satu yang disayangkan banyak warga Inggris. Pangeran Harry sudah pindah ke Amerika, tidak lagi mengerjakan tugas kerajaan, menuduh keluarga kerajaan rasis terhadap Meghan, tapi masih ingin pengamanan seperti anggota kerajaan.

Reuters memberitakan kalau Mahkamah Konstitusi Inggris mengabulkan judicial review Pangeran Harry dan dia sekeluarga akan dapat pengamanan polisi tiap datang ke Inggris Raya, asalkan dia bayar sendiri biaya pengamanan itu.

Di United Kingdom (Inggris Raya) tidak semua anggota kerajaan dapat pengamanan, hanya mereka yang berstatus senior royal dan working royal.

Anggota senior royal dan working royal sekarang tinggal Raja Charles III, Queen Consort Camilla, Princess Royal (Putri Anne), Pangeran Edward, Countess Sophie, Pangeran William, dan Princess Catherine (Metro UK)

Menurut Royal Central, istilah "senior royal" ditujukan kepada bangsawan dari lingkaran terdekat pemegang tahta (sekarang Raja Charles III) yang menjalankan sejumlah tugas atas nama kerajaan dan raja. Makanya mereka juga disebut sebagai working royal.

Princess Eugenie dan Princess Beatrice, walau sama-sama cucu mendiang Ratu Elizabeth II seperti William dan Harry, termasuk minor royal dan bukan working royal.

Menyalahkan Kerajaan


Sejak berhenti dari senior royal dan working royal, Prince Harry dan Meghan merilis beberapa publikasi yang menyuratkan bahwa kerajaan Inggris bersikap rasis terhadap Meghan dan tidak ada kebebasan selama menjadi working royal.

Pertama, mereka membuat biografi berjudul Finding Freedom. Disusul wawancara dengan Oprah Winfrey, serial dokumenter Netflix, dan buku memoar berjudul Spare.

Sebelum perilisan memoarnya, Harry juga melakukan wawancara di ITV dan CBS.

Semuanya wawancara, buku, dan serial dokumenter berkisah tentang kehidupan kerajaan yang mengekang Meghan Markle. Padahal dia, kan, nikah sama pangeran paling tersohor sedunia, terus kenapa heran sama keketatan protokoler, ya. 

Catherine Middleton juga dapat aturan dan protokoler yang sama sebagai istri dari cucu Ratu Elizabeth II, but she never complained.

Keanehan Sedari Awal


Dari awal tunangan aja udah aneh banget. She and Harry keeps holding hands wherever they go, even later in the Queen's Elizabeth II's funeral.

Pasangan yang segitu kasmarannya juga ga sampe pegangan tangan tiap detik.

Menurut pakar bahasa tubuh Jesus Enrique Rosas alias The Body Language Guy, Meghan kentara banget ingin terlihat menguasai Harry.

Tiap Harry bicara dan terlihat menikmati bicara dengan orang lain, Meghan akan mengeluarkan bahasa tubuh yang menyuruh Harry untuk berhenti melakukan yang dia lakukan bersama orang lain.

Bukan cuma Enrique Rosas yang menganalisa bahasa tubuh Harry and Meghan, banyak video serupa yang menganalisa hal sama bahwa Meghan terlihat mendominasi.

Pendapat ahli bahasa tubuh lain mengatakan kalau Meghan sering mengeluarkan bahasa tubuh yang terlihat mendominasi karena dia tidak nyaman berada di keramaian tanpa Harry.

Pastinya banyak video lain di YouTube dari pakar bahasa tubuh yang berbeda-beda yang menyatakan Meghan memang dominan terhadap Prince Harry.

Meghan, Duchess of Sussex Pertama


Pangeran Harry adalah bangsawan kedua yang memegang gelar Duke of Sussex. Gelar itu diterimanya dari Ratu Elizabeth II saat dia menikah dengan Meghan tahun 2018.

William juga dapat gelar Duke of Cambridge saat menikah dengan Catherine Middleton di 2011 sebagai hadiah pernikahan dari mendiang Ratu Elizabeth II.

Related: Queen Consort dan Gelar yang Disandang Setelah Raja Charles lII Berkuasa

Diterimanya gelar Duke of Sussex oleh Harry otomatis menjadikan Meghan Markle sebagai Duchess of Sussex.

Gelar Duke of Sussex sebelumnya dipegang oleh Pangeran Augustus Frederick, anak Raja George III. Gelar itu berakhir saat Pangeran Augustus wafat tahun 1843.

The Washington Post menyebut belum pernah ada yang memegang gelar Duchess of Sussex sebelumnya. Pangeran Augustus Frederick kemudian berpisah dengan istrinya Lady Augusta Murray karena pernikahan mereka tidak disetujui Raja George III.

Perpisahan orangtua menyebabkan dua anak Pangeran Augustus dan Lady Augusta Murray tidak bisa dapat gelar bangsawan. 

Itulah sebab belum pernah ada Duchess of Sussex dan Meghan Markle adalah wanita pertama yang memegang gelar itu.

Mengingat Meghan sangat suka publikasi terutama yang berhubungan dengan kerajaan, maka dipastikan dia dan Harry tidak akan melepas gelar sebagai Duke and Duchess of Sussex. Apalagi Meghan adalah wanita pertama yang jadi Duchess of Sussex. 

Menjadi yang pertama itu hal yang istimewa, makanya sesaat setelah keluar dari kerajaan, Harry dan Meghan bukannya melepas segala gelar kerajaannya malahan membuat akun Instagram dan website bernama Sussex Royal.

Para penggemar Harry dan Meghan (dari Amerika dan Kanada) yang meyakini bahwa ada rasisme di kerajaan Inggris lantas menyebut diri sebagai SussexSquad.

Benci Kerajaan tapi Suka Jadi Bangsawan

 

Meghan juga sering menyebut diri sebagai Duchess of Sussex meski tidak suka berada dalam lingkungan kerajaan. Ini menandakan dia sangat suka jadi bangsawan (yang dipuja-puja), tapi ogah terikat dengan aturan-aturan ala kerajaan.

SussexSquad bahkan selalu menyebut Meghan dengan sebutan Princess Meghan. Lebih ekstrem lagi Queen Meghan. 

Dalam serial dokumenter Netflix, Harry dan Meghan bilang kalau mereka sering dikejar paparazzi. Namun semua foto dan video di teaser yang menggambarkan mereka dikejar paparazzi berasal dari video dan foto milik orang main.

Ada video premier film Harry Potter, foto saat Harry sedang bersama mantannya Chelsea Davy, dan video persidangan Katie Price.

Maka banyak yang bilang kalau mereka ngarep dikejar dan dibuntuti paparazzi seperti dialami Lady Diana dan Catherine. Nyatanya jangankan dikejar, Meghan justru tepergok sedang mondar-mandir di depan kantor berita supaya difoto.

Kenapa Ada Orang Tidak Bisa Naik Motor? Ini 5 Penyebabnya

Kenapa Ada Orang Tidak Bisa Naik Motor? Ini 5 Penyebabnya

Hari gini enggak bisa naik motor kayaknya aneh. Motor sudah jadi alat transportasi paling praktis yang bikin kita cepat sampai tujuan.

Bahkan orang yang gajinya cuma satu juta sebulan bela-belain beli motor demi kepraktisan dan penghematan ongkos transpor kerja pulang-pergi.

Banyak orang juga rela menunda bayar kontrakan asalkan cicilan motor terbayar tepat waktu supaya motor tidak ditarik leasing.

Sebegitu besar manfaat punya motor hingga orang yang gak bisa naik motor kerap disepelekan. Kayak naik sepeda, kok, mosok enggak bisa.

Tahukan kamu penyebab ada orang tidak bisa naik motor? Apakah karena mereka tidak mampu beli motor?

1. Orang Tajir

 

Sangat lazim bagi orang tajir untuk membelikan anak-anak mereka mobil sedari kecil. Sebelum si anak belajar mengendarai mobil, mereka ke mana-mana diantar supir pribadi.

Orang-orang kaya punya motor, tapi penggunaan utamanya untuk mobilitas para pekerja rumah tangga ke minimarket atau ke pasar. Bahkan pekerja rumah tangga pun kadang diantar supir untuk belanja.

Related: Punya Mobil Belum Tentu Kaya dan Cara Jadi Orang Kaya

Karena terbiasa diantar supir dan mengendarai mobil sendiri sedari dini, tidak sedikit orang tajir yang akhirnya tidak bisa mengendarai motor.

Salah satu contoh orang tajir adalah Raditya Dika. Komika ini sudah kaya-raya dari lahir dan lebih dulu kenal mobil daripada motor. Apalagi dia lahir sebelum tahun 1990 masa motor belum jadi transportasi massal seperti sekarang.

Orang kaya pada masa lalu jarang yang punya motor, tapi mereka punya 3-4 mobil. Maka gak heran kalau Raditya Dika baru belajar mengendarai motor (matic) di usia 38.

2. Cuma Punya Bebek Non-matic

 

Banyak keluarga-keluarga yang sudah beli motor bebek nonmatic sebelum motor matic jadi primadona.

Sebelum tahun 2015 motor matic dianggap sebagai motor perempuan, makanya banyak laki-laki malu mengendarai motor matic

Ketika laki-laki juga sudah motor matic, motor bebek nonmatic sayang untuk dijual karena merupakan motor perjuangan yang dibeli dengan mencicil gaji yang juga pas-pasan.

Sedangkan untuk beli motor matic baru mereka merasa hal itu sebagai pemborosan. Jadilah istri, adik, atau anak mereka tidak bisa naik motor karena belajar motor nonmatic menurut mereka lebih susah.

3. Trauma Kecelakaan Melibatkan Motor

 

Melibatkan motor tidak berarti dia pengendara motornya, melainkan bisa berarti diseruduk motor, disenggol motor, atau sebal karena kelakuan pengendara motor di jalanan.

Trauma karena melihat kecelakaan motor juga bisa jadi penyebab orang jadi tidak mau belajar motor. Selagi di jalan, dia tidak sengaja melihat motor gagal nyalip lalu terserempet truk yang mengakibatkan truk itu melindas si pemotor.

Related: 8 Karakter Pengendara di Jalan Raya

Kecelakaan mengerikan yang terjadi di depan mata bisa membuat trauma dan membuat seseorang tidak berani mengendarai kendaraan bermotor. Mereka kemudian lebih memilih naik kendaraan umum.

4. Hidup Dibawah Garis Kemiskinan 

 

Kepala keluarga yang penghasilannya tidak sampai Rp1,5juta per bulan untuk menghidupi empat anggota keluarganya, banyak yang punya motor. Itu sebabnya walau hidup pas-pasan mereka belum disebut hidup di bawah garis kemiskinan.

Mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan betul-betul tidak punya uang untuk membayar uang muka dan cicilan motor. Mereka juga tidak punya keluarga yang bisa dipinjami uang.  

Inilah yang disebut orang yang hidup di bawah garis kemiskinan. Sebab penghasilan benar-benar pas untuk makan saja. 

Paling mampu mereka beli sepeda yang dibeli dengan susah payah mengumpulkan rupiah demi rupiah. Kadang-kadang yang mereka beli sepeda bekas, bukan sepeda baru.  

5. Punya Penyakit Tertentu

 

Ada orang-orang yang terpaksa tidak mengendarai motor dan mobil karena punya penyakit yang berhubungan dengan penglihatan, saraf, atau otot dan sendi.

Salah satu penyakit yang berhubungan dengan mata adalah mata malas. Mata malas atau amblyopia adalah gangguan penglihatan pada salah satu mata karena otak dan mata tidak terhubung dengan baik. 

Akibatnya, daya penglihatan pada salah satu mata akan menurun sedangkan mata lainnya dapat melihat dengan jelas. Walau banyak terjadi pada anak-anak, tidak sedikit juga orang dewasa yang menderita mata malas.

Orang dewasa yang mengidap mata malas tidak boleh mengendarai kendaraan bermotor karena membahayakan keselamatan berkendara.

***

Jadi memang ada orang yang tidak bisa mengendarai motor karena situasi dan kondisi  yang mereka alami memang berbeda dari orang kebanyakan.

Daripada meledek orang yang tidak bisa naik motor, mending kamu nebengin mereka sekalian. Kebaikan yang kamu buat dari memberi tebengan kepada yang tidak bisa naik motor akan berbalik ke kamu juga. Kelak kamu akan menerima kebaikan yang tidak kamu duga.