Para Pendakwah yang Gagal Menampilkan Islam Rahmatan Lil Alamin

Para Pendakwah yang Gagal Menampilkan Islam Rahmatan Lil Alamin

Jumlah penganut Islam di Indonesia, berdasarkan indonesia.go.id, ada sekitar 207 juta penduduk atau 87,2% dari total penduduk Indonesia pada 2020. Dengan penganut sebanyak itu, Indonesia jadi tempat bagi 13% keseluruhan muslim (penganut agama Islam) dunia.

However, dengan jumlah sebesar itu apa lantas orang Islam di Indonesia bangga? Apa yang dibanggakan? Menguasai total muslim seluruh dunia, jadi agama yang damai, atau agama yang paling benar?

Paham agnostik dan ateis tidak dikenal di Indonesia. Di Nusantara lebih dikenal istilah Islam KTP untuk menggambarkan orang yang mengakui Islam sebagai agamanya (di KTP), tapi -selain merayakan Idul Fitri dan Idul Adha, tidak pernah menjalankan ibadah dan ajaran Islam. 

Akan tetapi, melihat jumlah agnostik dan ateis di Asia Timur dan negara-negara Barat terus bertambah dari tahun ke tahun, bukan hal yang mustahil orang yang Islam KTP berubah jadi agnostik, bahkan ateis.

Yuk Baca: Negara Berpenduduk Ateis Terbanyak di Dunia

Apa gak berlebihan menganggap muslim di negara mayoritas Islam terbesar di dunia bisa jadi agnostik dan ateis cuma gara-gara negara tetangga di Asia Timur banyak yang agnostik dan ateis??

Tidak berlebihan bila cara dakwah dai di Indonesia sering menjadikan wanita dan anak-anak sebagai subjek diatas laki-laki.

Muslim yang percaya pada otoritas laki-laki dan kemurnian agama, akan menelan mentah-mentah doktrin itu dan terbawa radikalisme. 

Sementara muslim yang apatis karena sangat sering menerima doktrin keliru yang bertentangan dengan akal sehat mereka, memilih jalan "gelap" dengan menjadi Islam KTP. Sebagian lagi mungkin pindah agama (murtad) atau jadi agnostik dan ateis di luar negeri.

Kok, jauh amat mikirnya sampe kesitu? 

Pertama, Islam radikal yang seperti Wahabi, Taliban, dan ISIS sudah menyusup ke kampus-kampus, masjid-masjid, kantor pemerintahan, bahkan TNI dan Polri.

Kedua, pendakwah yang menggambarkan Islam secara tidak tepat jumlahnya makin banyak daripada Islam yang mengutamakan keseimbangan habluminnallah dan habluminannas.

Ketiga, mereka yang tidak ikut Islam radikal dan Islam nusantara merasa terjebak lalu hilang keyakinan terhadap agama mereka sendiri. Mereka jadi apatis, lalu berkumpul dengan kaum hedonis, kemudian jadi agnostik dan ateis.

Poligami

Poligami tidak dilarang dalam Islam, tapi syaratnya sungguh berat dan hampir tidak bisa dipenuhi manusia kecuali nabi dan rasul.

Celakanya, ada orang yang menjual agama demi meraup untung dengan jadi mentor poligami. 

Belum lagi dalam banyak kesempatan, para pendakwah yang disebut ustaz dan ustazah lebih sering membela laki-laki yang poligami. Salah satu yang salah kaprah yang mereka tebarkan adalah, istri yang dipoligami akan masuk surga karena ridho Allah ada pada suami.

Padahal Allah meridhoi suami yang tidak menyakiti istrinya. Bila istri tidak terima dipoligami, bagaimana ridho Allah ada pada suami?!

Ulama dan kyai besar seperti Buya Hamka, Ahmad Dahlan, Hasyim Asy'ari, Gus Dur, dan Idham Chalid tidak pernah poligami. Buya Hamka bahkan mengatakan bahwa monogami lebih terpuji dan menenangkan.

Satu kasus paling menarik adalah kepindahan Trie Utami dari Islam ke Buddha karena tidak mau dipoligami oleh Andi Analta Baso Amir. Tri Utami dikabarkan mandul. Suaminya menikah lagi karena ingin punya keturunan. Islam memang membolehkan suami nikah lagi, terlebih kalau istri tidak bisa punya anak.

Mungkin saja Trie Utami bisa "diselamatkan" dari kemurtadan bila dia menemukan pendakwah yang tidak pro-poligami. 

Bila para pendakwah/dai lebih banyak ceramah tentang beratnya poligami dan lebih mendukung istri, mungkin Trie Utami tidak akan murtad meski dia tetap bercerai dari suaminya. 

Kekerasan Terhadap Istri

Pendakwah Oki Setiana Dewi pernah mengatakan dalam ceramahnya mengatakan, jika suami menampar istri, itu adalah aib rumah tangga yang tidak boleh diceritakan ke orang lain, termasuk orang tua. 

Aib yang harus ditutupi bukan yang seperti itu. Contoh aib yang harus ditutupi, misal suami dipecat dari pekerjaannya, maka istri gak boleh mengeluh kemana-mana. Islam membolehkan suami memukul istri, tapi dengan cara yang sangat tidak menyakitkan seperti Nabi Ayyub. 

Istri Nabi Ayyub pergi ke pasar untuk menjual rambutnya demi membeli makanan. Nabi Ayyub marah karena istrinya lalai menaati perintahnya. Nabi Ayyub kemudian berjanji akan memukul istrinya bila dia sembuh.

Setelah sembuh, Nabi Ayyub memukul istrinya dengan seikat rumput. Menghukum dengan segenggam rumput tentu tidak menyakitkan. Ada versi yang mengatakan bahwa istrinya dipukul dengan 100 batang lidi yang diikat jadi satu lalu dipukulkan ke tubuh istrinya.

Saya lebih percaya versi seikat rumput daripada lidi. Nabi adalah orang yang menerima wahyu dari Allah SWT untuk dirinya sendiri dan keteladanannya dapat dijadikan contoh oleh manusia lain. Apakah logis Nabi mengajarkan kekerasan? 

Apalagi redaksi soal rumput dan lidi diambil dari bahasa Arab yang bisa saja menimbulkan penafsiran berbeda-beda.

Kemudian, kisah suami yang menampar istrinya itu Oki contohkan dari Jeddah, Arab Saudi, dimana kebahagiaan rumah tangga disana jauh dari ideal karena dipengaruhi ulama konservatif wahabi. 

Sebelum Arab Saudi melakukan reformasi, kehidupan perempuan amat terkekang. Jangankan menyetir mobil, sekedar keluar rumah tanpa ditemani mahramnya saja dilarang keras, apalagi bekerja kantoran. Siaran radio saja amat sangat dibatasi dan diawasi ketat oleh para ulama Wahabi.

Orang tua Durhaka

Selama ini lebih banyak pendakwah yang menyuruh kita untuk jadi anak salih dan salihah, tidak peduli seberapa buruk orang tua memperlakukan kita.

Tidak banyak pendakwah yang menyebut bahwa orang tua juga bisa durhaka bila mereka memperlakukan anak seenaknya, terutama kesehatan mentalnya.

Salah satu sahabat Rasulullah Ali bin Abi Thalib pernah mengatakan, "Didiklah anakmu sesuai zamannya karena mereka bukan hidup di zamanmu." Kalau pada zaman dulu kita harus tunduk semua perkataan orang tua sebagai bagian dari mental terjajah, kini tidak lagi.

Anak-anak harus dibesarkan dalam keadaan nyaman yang penuh kasih sayang dan keterbukaan, bukan dengan dipaksa, dimarahi, dan dihukum seperti zaman penjajahan.

Rasulullah juga sangat banyak memberi contoh bagaimana memperlakukan anak-anak. Saat beliau dikencingi balita yang digendongnya, dia malah menegur ibu sang balita karena memarahi si balita. Rasulullah berkata bahwa najis kencing bisa hilang, tapi kemarahan itu akan diingat si anak selamanya. Artinya, kemarahan ibu akan mempengaruhi kesehatan mental si anak kelak.

Pentingnya para pendakwah mengingatkan orang tua tentang kedurhakaan bisa jadi mengurangi penelantaran anak, secara fisik dan mental. Jadi, bukan cuma anak saja yang durhaka kepada orang tua. Orang tua amat mungkin lebih banyak durhakanya kepada anak.

Siksa Kubur, Surga, dan Neraka

"Aku melihat ke dalam surga, maka kebanyakan penduduknya adalah fuqara (orang-orang fakir) dan aku melihat ke dalam neraka, maka kebanyakan penduduknya adalah wanita." (HR Bukhari dan Muslim).

"Nurut sama orang tua. Kalo gak nurut masuk neraka lo!"

"Nurut sama suami, jangan buka aib rumah tangga curhat sana-sini, ntar masuk neraka, lho!"

Sungguh apes nasib wanita bila para pendakwahnya terus-menerus menggaungkan wanita harus taat kepada orang tua dan suaminya, walaupun sumber dosa bukan pada si wanita.

Allah punya sifat maha pengasih lagi maha penyayang. Allah tidak akan menjebloskan wanita ke neraka kalau ternyata suaminya yang kurang memberi uang. Suami hanya memberi Rp350.000 per bulan, padahal kebutuhan makan rumah tangganya sampai satu juta karena suami tidak mau tiap hari cuma makan sayuran seperti kambing.

Si istri jadi berutang kesana-kemari untuk menutup biaya makan. Ketika suami tahu istrinya banyak utang, diceraikanlah istrinya itu dengan alasan boros.

Bukan wanita seperti itu yang masuk neraka, tapi suami yang celaka.

***

Jadi, para pendakwah yang budiman, jangan ceramah yang itu-itu melulu. Soal haram-halal, bid'ah, durhaka, surga, neraka, siksa kubur, dan lain-lain yang membuat Islam seolah menakutkan, bahkan bagi pemeluknya.

Bukalah wajah Islam sebenarnya yang damai, merangkul semua makhluk, mendukung teknologi dan ilmu pengetahuan, dan memperlakukan semua manusia laki-laki, perempuan, anak-anak, dan lansia secara setara dan adil. Islam rahmatan lil alamin.

Satu hal lagi. Ada riwayat hadis yang mengatakan bahwa Rasulullah pernah mengatakan umatnya akan terpecah jadi 73 golongan. Bisa saja walau masih mengakui Allah SWT sebagai Tuhan, Muhammad sebagai Rasulullah, dan Kabah sebagai kiblat, mereka terpecah karena masalah kemanusiaan yang saling mengkafirkan, memusyrikkan, dan membid'ahkan.

Ramadan (Bukan) Bulan Pesta Pora

Ramadan (Bukan) Bulan Pesta Pora

Akal dan logika mengatakan bahwa selama Ramadan harusnya kita bisa berhemat karena selama sebulan kita puasa. Tidak makan di siang hari yang harusnya menghemat uang untuk makan siang. Pun Islam menyuruh kita puasa agar rendah hati dan menumbuhkan empati pada orang miskin yang tidak mampu makan tiga kali sehari.

Namun, yang terjadi sebaliknya. Alih-alih menumbuhkan empati dan mengasah kerendah-hatian, kita malah memborong bahan pangan selama Ramadan. Alasannya, supaya anak semangat puasa. Maka diboronglah sirup, susu, sari kelapa, dan kue-kue.

Alasannya, untuk menjaga vitalitas tubuh supaya tetap bugar saat bekerja sambil puasa. Maka diboronglah buah, aneka vitamin, dan suplemen makanan.

Belum lagi aneka makanan dan kue khas yang hanya dibuat dan dijual di bulan Ramadan, membuat air liur terbit dan akhirnya kita beli tiap hari. 


Jangan heran bila dompet kita malah jebol selama puasa. Alih-alih menyesapi esensi puasa, kita malah pesta pora.

Bulan Pesta Pora

Kok Ramadan dibilang pesta pora, sih? Itu menista agama!! Tahan, jangan marah dulu.

Puasa adalah bulan dimana kita harusnya menahan segala nafsu, termasuk nafsu makan. tapi kenapa kita malah beli banyak makanan untuk stok puasa?  

"Itu membantu ekonomi umat! Betul, tapi kita bisa beli dagangan mereka tiap hari, kan? Bukan cuma saat Ramadan?

"Mereka jualan cuma pas puasa aja, hari lainnya mereka jadi kuli bangunan." Kalau begitu di hari lain, kita bantu kasih mereka makan supaya kuat bekerja seharian selama jadi kuli. 

"Sambil nunggu Maghrib enaknya jalan-jalan sambil liat-liat, siapa tahu ada makanan enak buat buka puasa." Berarti fix, ya, karena lapar mata, bukan karena kebutuhan.

Pun, munculnya banyak pedagang karena hukum suppy and demand (pasokan dan permintaan). Mereka jualan karena yakin bakal diborong oleh orang yang puasa. Pedagang takjil tidak akan jualan kalau tidak ada yang beli.

Jangan sampai keberkahan puasa lenyap karena kita menuruti nafsu memborong sesuatu yang sebenarnya kita tidak butuhkan. Lain soal bila kita orang kaya. Tiap hari borong pun gak masalah karena duitnya memang ada. Setelah borong jangan dimakan sendiri. Bagi-bagikan ke panti asuhan, panti wreda, dan orang-orang miskin di lingkungan rumah.

Ramadan Momentum Berhemat


Kita telah memperlakukan bulan Ramadan sebagai bulan pesta pora dan pesta identik dengan pemborosan, Makanya pengeluaran kita jadi lebih boros saat bulan puasa.

Cara berhemat saar puasa bila kamu masih ingin punya uang ekstra saat Lebaran 

  • Beli takjil secukupnya. Beli hanya yang benar-benar kita ingin coba atau yang hanya yang kita suka.
  • Tidak keluar rumah saat sedang tongpes (kantong kempes/bokek). Ini untuk menghindari kita lapar mata lantas berutang.
  • Masak menu makanan seperti hari biasa.
  • Tidak perlu sering buka puasa bersama (bukber). 
  • Beli kebutuhan pokok sama seperti diluar bulan-bulan puasa.
  • Perbanyak mengaji dan ibadah sunah lain supaya terhindar dari keinginan beli ini-itu diluar kebutuhan.
Tidak perlu minder dan gengsi hanya karena di meja makan tidak ada menu spesial Ramadan. Ramadan akan afdol justru bila kita memahami esensi puasa dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Nyadran Bukan Makan Di Kuburan

Nyadran Bukan Makan Di Kuburan

Orang non-suku Jawa yang melihat nyadran sekilas akan beranggapan kalau orang-orang itu sedang melakukan ritual bid'ah yang diakhiri dengan makan bersama di kuburan.

Orang Jawa biasa menggelar acara nyadran setahun sekali. Nyadran dilakukan setiap bulan Ruwah pada kalender Jawa atau Syaban pada kalender Islam, menjelang bulan Ramadan. 

Diyakini, dalam menyambut bulan suci, lahiriah dan batiniah yang kotor pada manusia sebaiknya dibersihkan. Kuburan sebagai tempat peristirahatan terakhir manusia, perlu dibersihkan supaya manusia selalu ingat pada kematian dan kemudian mengisi hidupnya dengan perbuatan baik.

Nyadran memang bukan ajaran Islam. Sunan Kalijaga mengganti ritual Hindu dengan pembacaan ayat suci Al-Quran, tahlil, zikir, dan doa-doa. Menghilangkan apa yang sudah jadi tradisi dan kebiasaan masyarakat dengan alasan bid'ah hanya akan membuat penduduk Jawa (pada masa lampau) menjauhi syiar Islam.

Itulah sebab Sunan Kalijaga banyak melakukan asimilasi ajaran Islam dengan tradisi masyarakat Jawa yang sudah ada sejak tahun 358 Masehi. Kalau tidak begitu, Islam tidak bakalan jadi agama mayoritas di Indonesia seperti sekarang.

Makan di kuburan

Sejatinya, nyadran bukan makan-makan atau kenduri di kuburan. Orang-orang Jawa pada bulan Syaban biasanya membersihkan kuburan-kuburan orangtua dan saudara-saudara mereka untuk mengingat bahwa kelak mereka juga akan mati dikubur dalam tanah. 
Foto : antaranews.com

Bersih-bersih kuburan kurang lengkap tanpa mendoakan arwah orang yang kuburnya mereka bersihkan. 

Dua hal ini tidak bertentangan dengan ajaran Islam yang membolehkan ziarah kubur. Setelah energi terkuras untuk bersih-bersih maka mereka menyantap bekal/hidangan yang mereka bawa, untuk dimakan bersama.
.
Bersih-bersih kuburan akan terasa berat kalau dilakukan sendirian, apalagi zaman dulu kuburan identik dengan kesan seram dengan pepohonan besar dimana-mana. Jika dilakukan beramai-ramai akan menghilangkan kesan seram sekaligus menjaga kebersamaan dan kerukunan antar warga kampung. 

Di beberapa kampung di daerah yang masih mengadakan nyadran, doa-doa tidak lagi dilakukan di pemakaman, melainkan di masjid. Setelah mendengar tausyiah dan mengumandangkan doa-doa, mereka makan bersama. Bersih-bersih kuburan dilakukan sebelum atau sesudah berdoa di masjid. 

Jadi nyadran bukan makan bersama di kuburan. Filosofi dibalik nyadranlah yang utama. Makan-makan hanya kegiatan wajar setelah lelah beraktivitas. Jika lokasi makannya di kuburan itu karena sebelumnya ada aktivitas  membersihkan kuburan. Kalau kita selepas kerja bakti membersihkan got dan selokan, makan-makannya juga di sekitaran selokan itu, kan, bukan di rumah masing-masing, kan?

Mendoakan arwah keluarga, kebersamaan, silaturahmi, kerukunan warga kampung, dan pengingat kematian. Itulah filosofi nyadran.

Saya pribadi berpendapat ini tidak bertentangan dengan syariat Islam. Kalau bertentangan tentu Walisongo, terutama Sunan Kalijaga, tidak akan mengasimilasikan kebudayaan itu dengan Islam. Sunan Kalijaga mengganti ritual Hindu dengan doa-doa Islam supaya ajaran Islam bisa diterima masyarakat tanpa melanggar ajaran Islam itu sendiri.

Ziarah kubur dan mendoakan arwah dibolehkan dalam Islam, apalagi silaturahmi wajib hukumnya.

Jadi selama satu kebudayaan tidak bertentangan dengan ajaran Islam, tidak haram, dan tidak memaksakan diri, tidak apa-apa dilakukan.

Adopsi dari Panti Asuhan Lebih Baik Dari Adopsi Anak yang Punya Orang tua Kandung

Adopsi dari Panti Asuhan Lebih Baik Dari Adopsi Anak yang Punya Orang tua Kandung

Sudah jamak di negara kita pasangan suami-istri yang mengalami infertilitas "mengambil" anak dari kerabat untuk dijadikan anak adopsi. Ada juga yang mengadopsi dengan maksud "mancing anak" dengan harapan setelah mengasuh anak angkat mereka dikaruniai anak kandung.

Mengapa mengangkat anak dari kerabat sendiri dan bukan dari panti asuhan? Keengganan mereka karena kuatir anak dari panti asuhan punya asal-usul buruk. Misal, ibu si anak diperkosa oleh perampok. Anak dikhawatirkan akan punya sifat buruk seperti ayah kandungnya

Kekuatiran lain adalah soal penyakit genetik. Bila orang tua si anak punya penyakit genetik, maka si anak akan berisiko mengidap penyakit yang sama.

Maka itu pasangan infertil memilih mengangkat anak dari lingkaran keluarga alih-alih mengadopsinya dari panti asuhan.

Lalu, bagaimana dari sisi suami-istri yang anaknya "diambil" jadi anak angkat oleh kerabatnya? Apa mereka bersedia dengan kerelaan? Atau bersedia karena tuntutan keluarga besar?

Dipaksa menyerahkan bayinya

Banyak suami-istri yang diminta menyerahkan bayinya demi kerabat lain yang tidak punya anak, padahal mereka tidak ingin anaknya diadopsi siapa pun.

Saya sendiri pernah melihat bagaimana keluarga besar memaksa paman dan bibi untuk mengambil anak sepupu saya yang baru lahir. Waktu itu mereka sudah 10 tahun menikah dan belum punya anak.

Beruntung si paman dan istrinya menolak karena tidak tega si bayi pisah dari ibunya.
Alasan paman waktu itu adalah si bayi masih butuh ASI. ASI tidak bisa digantikan oleh apapun. Maka selamatlah sepupu saya dari gempuran keluarga besar yang minta dia merelakan anaknya diasuh si paman.

Lima tahun kemudian istri paman meninggal karena kanker payudara. Untung saja mereka tidak jadi mengadopsi anak dari mana pun. Bila mereka jadi mengadopsi, lantas siapa yang mengasuh anak itu sepeninggal si istri. Pekerjaan paman mengharuskannya untuk keluar kota.

Bagaimana bila orang tua si bayi kuasa menolak bila dia dapat gempuran keluarga besar, seperti, "Kamu lagi susah keuangan, lebih baik anakmu diasuh si Fulan biar masa depannya baik. Toh, Fulan masih keluarga kita, kamu bisa nengok anakmu kapan saja."

Bayangkan kalau ada tiga saja anggota keluarga yang terus-menerus mendesak seperti itu, apakah si orang tua tidak terpojok lalu terpaksa menyerahkan anaknya?

Tidak ada orang tua yang tidak menyayangi anaknya, kecuali dia kesetanan. 

Orang tua yang kesetanan bisa dihitung dengan jari, dan orang tua yang dipaksa untuk menyerahkan bayinya kepada saudaranya, bukan karena keinginan dia, bukanlah orang tua yang kesetanan.

Terpaksa menyerahkan bayinya

Ada orang tua yang terpaksa menyerahkan bayinya untuk diadopsi karena si perempuan hamil di luar nikah dan belum ingin menikah karena dia dan ayah kandung si bayi ingin melanjutkan sekolah. 

Bayi yang lahir di luar pernikahan itu lantas diserahkan ke kerabat yang ingin mengadopsi atau ke panti asuhan.

Pun ada wanita yang suaminya sudah meninggal dan dia kesulitan membiayai anak-anaknya. Si anak lantas diserahkan ke panti asuhan atau orang lain yang ingin mengadopsinya.

Dalam kondisi yang demikian, orang tua si bayi secara sadar dan tidak dipaksa, punya kerelaan menyerahkan bayinya karena pertimbangan mereka sendiri.

Suami-istri yang ingin mengadopsi anak tidak boleh memaksa orang tua lain untuk menyerahkan bayi mereka agar diadopsi. 

Pada Pasal 12 dan Pasal 13 PP No. 54 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak, disebutkan bahwa syarat anak yang akan diangkat, meliputi:
a. Belum berusia 18 tahun
b. Merupakan anak terlantar atau ditelantarkan
c. Berada dalam asuhan keluarga atau dalam lembaga pengasuhan anak, dan
d. Memerlukan perlindungan khusus

Maka jika keluarga besar atau seseorang memaksa orang lain untuk menyerahkan anak kandungnya padahal si anak tidak terlantar dan tidak perlu perlindungan khusus, maka mereka melanggar hukum.

Pada syariat Islam, anak angkat tidak lantas menjadi anak kandung. Bila anak adopsi tersebut laki-laki, maka si ibu tidak menjadi mahram si anak. Pun jika yang diadopsi anak perempuan, maka anak perempuan itu tidak menjadi mahram bagi si ayah. 
Ilustrasi anak adopsi (emperbaca.com diolah dari Wepik)

Artinya, aurat ibu tidak boleh terlihat oleh anak laki-laki angkatnya ketika anak itu dewasa. Juga aurat anak perempuan tidak boleh terlihat oleh ayah angkatnya ketika anak perempuan itu dewasa.

Jika mengikuti hukum Islam, anak angkat juga tidak mendapat hak waris sebagaimana anak kandung.

Bila ngebet mengadopsi anak


1. Mengadopsi anak dari panti asuhan lebih baik daripada kita mengambil anak dari keluarga sendiri. Bila nekat, Anda telah melakukan kejahatan psikologis dengan memisahkan anak dari orang tua dan saudara kandungnya, bila dia punya saudara kandung.

Bila si anak dewasa dan tahu dia adalah anak angkat yang masih punya orang tua kandung, dia akan marah pada orang tua kandungnya karena menganggap dia ditelantarkan. Padahal kitalah yang memisahkan dia dari orang tuanya. 

2. Bila ingin mengadopsi anak dari panti asuhan atau anak yatim-piatu dan dia punya saudara kandung, adopsi semua saudara kandungnya, jangan hanya dia seorang. 

Memisahkan anak dari saudara kandungnya termasuk kejahatan juga karena anak akan mengalami trauma sampai dewasa. Si anak akan terus memikirkan saudara kandungnya dengan berharap mereka bisa kumpul lagi.

Daripada Anda membuat kejahatan seperti itu, maka adopsi semua bersaudara, tidak hanya satu anak saja.

3. Coba lebih dulu program bayi tabung. 
Kalau Anda punya banyak uang, coba lebih dulu program in vitro fertilization alias bayi tabung. 

Biaya bayi tabung memang tidak murah dan ada risiko gagal, tapi bila gagal kita bisa mencobanya sekali lagi. Bila gagal lagi, barulah pertimbangkan punya anak adopsi dengan cara yang baik.

4. Jadi orang tua asuh
Islam lebih mengutamakan anak asuh dan orang tua asuh daripada adopsi, sebab adopsi dikhawatirkan akan mengacaukan nasab dan mencampuradukkan hak serta kewajiban antara anak kandung dan anak adopsi.

Anak miskin atau anak yatim-piatu yang punya orang tua asuh tetap tinggal bersama keluarganya, tapi semua biaya pendidikannya ditanggung orang tua asuhnya. Dengan begitu dia tidak terpisah dari keluarga kandungnya, tapi tetap punya kehidupan yang layak karena dibiayai orang tua asuh.

Anak juga bakal punya kesehatan mental yang lebih baik karena diberikan banyak kasih sayang, dari keluarga kandungnya dan dari orang tua asuhnya.

***
Punya anak adalah komitmen seumur hidup karena anak bukan tanaman yang diberi makan-minum lalu tumbuh subur dengan sendirinya. Rohaninya harus dipupuk sama baiknya dengan jasmaninya.

Bila suami-istri belum dikaruniai anak, lebih baik perkuat komunikasi, kepercayaan, dan kemesraan. Jangan poligami istri karena dia mandul, pun jangan minta cerai kalau suami mandul. Kebahagiaan bisa kita ciptakan sendiri, dengan atau tanpa anak.

Spirit Doll, Efek Psikologis dan Religi Buat Pengadopsinya

Spirit Doll, Efek Psikologis dan Religi Buat Pengadopsinya

Spirit doll atau boneka arwah tersohor di dunia mungkin masih dipegang Chucky dan Annabelle, sebab mereka sampai difilmkan berkali-kali. Namun, bila Annabelle benar ada di kehidupan nyata, Chucky hanyalah tokoh fiksi.

Boneka arwah belakangan ini jadi tren sejak beberapa selebritis, seperti Ivan Gunawan, Soimah, Siti Badriah, Celine Evangelista, Lucinta Luna, dan Ruben Onsu memamerkannya di akun medsos masing-masing. 

Ivan Gunawan dan dua boneka arwah yang dimilikinya (pop.grid.id)

Mereka mengadopsi spirit doll dari Furi Harun, cenayang yang memang mengoleksi boneka arwah dari berbagai negara.

Disebut adopsi (bukan beli) karena boneka arwah harus diperlakukan seperti bayi dan anak, seperti diberi makan, diajak ngobrol, diganti bajunya, bahkan diajak main dan jalan-jalan.

Jiwa spirit doll

Boneka arwah lazim ditemui di Thailand dengan nama luk thep yang berarti malaikat anak. Disebut begitu karena bentuknya menyerupai bayi atau anak-anak.

Luk thep disebut dapat membawa keberuntungan bagi pemiliknya dalam hal kelancaran rejeki, jodoh, dan dapat melindungi pemiliknya dari malapetaka.

Bila luk thep diisi arwah orang yang sudah meninggal, maka spirit doll yang ada di Indonesia diisi oleh elf dan fairy, bukan jin. 

Spirit doll juga dikatakan aman karena bukan pesugihan atau jimat dan semacamnya.

Tunggu! Elf dan fairy?

Makhluk halus cuma ada jin, jadi yang dimasukkan ke dalam boneka arwah adalah jin, sebab manusia yang telah mati telah menetap di alam kubur sambil menunggu kiamat tiba. Tidak mungkin arwah manusia tinggal di dalam boneka.

Efek psikologis pemilik spirit doll

Orang polos alias yang tidak punya kemampuan indera keenam seperti paranormal, indigo, dukun, dan sebagainya dapat terjerumus ke jurang delusi dan halusinasi bila kebablasan memelihara boneka arwah.

Menurut laman Very Well Mind, delusi atau waham adalah bagian dari gangguan psikotik. Penderitanya punya keyakinan yang tetap dan salah yang bertentangan dengan kenyataan.

Lazimnya orang dewasa merawat anak betulan alias anak manusia, bukan boneka. Menurut psikolog Nuzulia Rahma Tristinarum, tidak lumrah orang dewasa memperlakukan boneka seperti bayi manusia, karena orang dewasa sudah bisa merawat anak sendiri atau anak asuh.

Kasus seperti Ivan Gunawan yang keukeuh menyatakan dua spirit doll yang dimilikinya sebagai anaknya sendiri, adalah bentuk pelarian karena ingin punya anak, tapi situasi dan kondisinya belum memungkinkan.

Contoh musyrik, percaya bahwa boneka arwah dapat membawa keberuntungan. Tangkapan layar akun Twitter @amaaisanEfek psikologis lain, orang memelihara boneka arwah karena ada rasa ketidakpercayaan diri dan kesepian.

Boneka arwah dianggap sebagai sahabat dan pelindung. Padahal sebaik-baiknya pelindung adalah Allah SWT, bukan?

Efek Religi

Islam melarang kita menyimpan patung dan boneka yang menyerupai manusia dan hewan karena dapat mengundang jin untuk menempatinya. 

Kalau boneka seperti Teddy Bear, Teletubbies, atau Mickey Mouse, sih, boleh ya. Anak-anak perempuan malah dianjurkan bermain boneka untuk melatih motorik, imajinasi, serta tanggung jawab dalam merawat mainannya.

Boneka yang jadi mainan anak-anak boleh disimpan dan dimainkan asal bentuknya tidak menyerupai manusia dan hewan sungguhan.

Bentuk boneka arwah amat menyerupai manusia (bayi dan anak-anak), jadi memelihara boneka arwah sama dengan memelihara jin. 

Di sisi lain, boneka arwah harus diperlakukan seperti anak manusia supaya pemiliknya dapat keberuntungan. Yang begini bisa menjauhkan muslim dari akidahnya karena mencari keberuntungan tidak lewat jalan Islam.

Musyrik

Islam hanya mengenal jin, tidak ada elf dan fairy, karena jin disebut dalam Quran dan Hadits.

Ringkasnya begini; 

Iblis itu pasti jin (karena membangkang perintah Allah), tapi jin belum tentu iblis. Iblis sudah pasti setan, tapi tidak semua jin adalah setan karena ada jin yang muslim. Manusia dan jin yang jahat disebut sebagai setan (karena setan bukan makhluk, melainkan sifat).

Bila kita punya spirit doll yang berisi jin, jin itu bisa mengundang jin-jin lain untuk datang ke rumah kita. Jin jahat dapat datang tanpa diundang karena dia melihat ada jin-jin yang berdatangan ke suatu rumah.

Jadilah rumah kita ditempati jin jahat alias setan. Setan yang nangkring di rumah kita dapat membawa pengaruh buruk. Kita jadi mudah marah, rumah terasa tidak nyaman, malas beribadah, dan pikiran cenderung negatif terus.

Yang lebih parah, percaya bahwa boneka arwah dapat membawa keberuntungan, kebaikan, dan perlindungan berarti menyekutukan Allah. Dosa besar.

Pemborosan

You know, orang-orang yang miara khodam di keris dan batu akik aja ga sampe segitunya memperlakukan jin piaraan mereka.

Spirit doll diberi makan dan minum seperti manusia, kadang diberi softdrink dan makanan ringan kemasan.

Saya pikir, walaupun kita tajir melintir, uang untuk merawat boneka arwah lebih baik disumbangkan ke panti asuhan, rumah jompo, dan lembaga sosial yang mengurus zakat-infak-sodaqoh.

Kepercayaan yang meyakini boneka arwah membawa keberuntungan tidaklah sama dengan Islam. Islam punya cara sendiri untuk umatnya meraih kebaikan dan keberuntungan melalui cara yang diridhoi Allah.


Silent Is (Really) Gold

Silent Is (Really) Gold

Nobody can hear you if you remain silent
That is true
But will you speak your mind up like a bunch of bees?
Or you just silent to wait the right time to speak?
Whatever you choose, silent, sometimes, is really golden.